Senin, 08 September 2014

Adakah Hari Esok Untuknya?


Oleh: Nikodemus Niko
Mahasiswa Sosiologi
 
Malam kini telah terganti pagi yang menyapa dengan mentari pagi. Mengawali hari yang penuh kejutan ini, ditemani embun yang kian menepis di dedaunan. Dengan penuh semangat pagi ini, aku melangkahkan kaki menuju kampus Biru yang tak lama lagi akan aku tinggalkan, iya dalam beberapa bulan kedepan saat aku memperoleh gelar sarjana. Sekarang aku sedang bersemangat untuk menyelesaikan tugas akhir ku. Skripsi, yah begitulah banyak orang menyebutnya.

Janjian ketemu di kantor jam 10.00 siang ini. Mengiringi aku menuju kantor KPA Kota Pontianak, mentari bersinar menyengat kulitku. Setiba nya di sana, orang yang ingin aku temui tidak berada di tempat melainkan sudah di lapangan. Aku berusaha menghubunginya agar hari ini aku bisa untuk turun lapangan. Dan akhirnya aku di suruh datang langsung ke rumah sakit sudarso pontianak.

Hari ini adalah hari yang belum pernah kubayangkan dalam hidup sebelumnya. Masuk ke dalam kehidupan ODHA dengan kategori pengguna narkoba jarum suntik (penasun) yang ada di kota pontianak.

Detak jantung berdegup kencang, mengiringi langkah ku menuju kantin belakang RS. Soedarso tempat dimana terapi metadon untuk para pengguna narkoba jarum suntik berkumpul siang ini. Mereka kerap kali datang ke tempat ini kala mereka sedang sakaw, dengan terapi metadon ini mereka dapat mengganti cairan metadon sebagai pengganti narkoba jarum suntik. Hal ini salah satu home reduction upaya pencegahan penularan HIV melalui jarum suntik, dan tidak pernah di sangka aku kini berada di tengah mereka.

Aku berusaha bersikap santai, berusaha relax dalam segala tindakan ku. Wajah ku pucat pasi, tubuh ku gemetaran kala itu, namun aku selalu santai dalam berdiskusi dengan kelompok penasun ini. Dan ini lah kehidupan mereka, hidup penuh bahagia (bagi mereka). Hidup hanya begini-begini saja, “Kalau tidak masuk penjara, ya meninggal” ungkap salah satu dari mereka. Beginikah kehidupan orang yang sudah kecanduan narkoba? Masa depan mereka di renggut oleh obat haram yang berupa butiran debu itu.

Meski mereka penyandang ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) tetapi mereka adalah saudara kita. Tidak pantas kita untuk mengasingkan mereka dalam pergaulan kita sehari-hari. Mereka tidak berbahaya, mereka hidup layaknya manusia pada umumnya. Justeru, melalui mereka lah kita dapat belajar menghargai kehidupan. Agar kita jangan sampai terjerumus ke dalam jurang yang sama seperti mereka. Melalui mereka kita dapat berbagi cerita kehidupan, dimana kita selalu saja mengeluh karena kekurangan. Sementara mereka, masih tetap bersyukur menikmati sisa hidup yang mereka miliki. Setidaknya hal itu yang aku temukan dalam kehidupan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar