Senin, 31 Agustus 2015

Aku: Ketika Cinta dan Takdir Saling Berbenturan




Kenapa lagi ini Tuhan? Aku hanya bisa melirih dalam hati, saat potongan-potongan kejadian tadi malam melintas dalam pikiranku. Iya, kau telah menikah dengan perempuan pilihan orangtuamu, didepan mataku. Kau pasangkan cincin dijari manisnya, merangkulnya erat, mencium keningnya mesra—sama ketika pertama kali kau memintaku untuk menjadi bagian dari hidupku. Menghujam hati ini dengan bilahan parang. Sakit. Perih.

Jumat, 28 Agustus 2015

Penelitian dan Pengabdian: Bukan Hanya Sekedar Label


*Nikodemus Niko
*Universitas Padjajaran
 nicoeman7@gmail.com
disampaikan pada 4th Scientific Meeting 2015, PPBU DIKTI Nasional dengan tema: "Membangun Karakter Dosen untuk Kemajuan Pendidikan Tinggi di Indonesia".

Menjadi seorang dosen merupakan sebuah tugas dan amanah mulia yang dititipkan kepada tidak banyak orang sebagai generasi muda di Indonesia. Bukan perkara mudah untuk menjadi pendidik yang secara sungguh-sungguh mendidik—membangun karakter anak didiknya. Seorang dosen tidak kalah berat tugasnya, sama seperti seorang guru yang pada dasarnya memiliki fungsi yang sama: mendidik. Hanya saja yang menjadi pembeda antara guru dan dosen, seorang guru tidak terlalu dituntut untuk melakukan suatu penelitian atau suatu publikasi ilmiah, sedangkan seorang dosen dituntut untuk itu sebagai suatu kontribusi pengabdian kepada masyarakat dan bangsa.

Kamis, 27 Agustus 2015

Manusia Tanpa Kelamin—Tiada Yang Bisa Mengatur Tubuhku Selain ‘aku’ Sendiri


Jenis Kelamin itu tidak bisa didefinisikan dengan sebuah CD (celana dalam)

Malam semakin sayup menerpa kelopak dinding-dinding rumah yang terbuat dari bambu—pelapor’o begitu masyarakat subsuku dayak mali menyebutnya. Rembulan mulai menampakkan dirinya, menyapa lelahku yang tak telah terbayar lunas ketika tiba di kampung halamanku. Pejalu, demikian nama kampung yang tidak terlalu dikenal banyak telinga itu. Entah bagaimana filosofi nama itu, aku pun tidak begitu banyak tahu. Aku pernah mendengar cerita ayahku, kalau kampung kami dahulunya adalah tempat persinggahan pasukan belanda. Di hulu sungai kampung ada tempat persembunyian bernama Kemawang’k Tayan, dimana pasukan belanda melepas penat dan beristirahat menginap.