Rabu, 28 Oktober 2015

Anak Muda Masa Kini: Refleksi Hari Sumpah Pemuda


28 Oktober, setiap tahun di gaungkan sebagai hari sumpah pemuda. Saat dimana pemuda Indonesia bersatu dalam ikatan kepemudaan untuk mempertahankan nusa dan bangsa. Hari ini diwariskan kepada pemuda-pemudi Indonesia untuk tetap berjuang, untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan yang dideklarasikan, bertanah air satu, berbahasa satu, berbangsa satu yakni INDONESIA sebagai harga mati.
Hari bersejarah ini selalu dan tetap menimbulkan sejarah-sejarah baru di setiap tahunnya. Entah para pemuda yang haus akan sejarah cetakan baru atau bagaimana, sehingga sejarah yang sesungguhnya sulit diketahui kebenarannya. Hari sumpah pemuda yang seharusnya dimaknai dengan penyadaran-penyadaran kepemudaan masa kini, malah justeru berakhir dengan ricuh. Bahkan pengrusakan-pengrusakan dan atau baku hantam dengan aparat keamanan. Anehnya lagi kejadian seperti ini menjadi berita terhangat atau berita terkini di media-media, yang dapat di akses oleh siapa saja. Lalu apa makna hari ‘kepemudaan’ yang dapat dipetik dari berita seperti itu?

Selasa, 27 Oktober 2015

Rindu Untuk Ibu

Tiada yang bisa kau lakukan saat sedang merindukan seorang ibu, selain mendoakannya, kemudian kau menangis dalam kesunyian. Perlahan kau pejamkan mata, scene kenangan bersama ibu akan semakin terlihat jelas dan membuatmu semakin menangis. Ketika merindukannya, kau tak akan mungkin langsung menelponnya. Entah mengapa menangis adalah pilihan pertama untuk kau mengungkapkan sebuah rindu: ini semacam hipnotis diri yang tak dapat kita ketahui alasannya.
Ibu. Entahlah, dengan aksara apa aku harus mendeskripsikan makhluk jenis ini. Ia seperti tak berharga, tidak akan ada nilai yang pantas baginya selain sebuah Cinta. Seperti apa pun rupanya, ia tetap terlihat cantik. Serenta apa pun umurnya, ia tetap terlihat anggun. Sepahit apa pun hidupnya, ia tetap terlihat manis dalam sunggingan senyum di raut wajahnya. Apa kau rela untuk tidak merindukannya?

Sabtu, 24 Oktober 2015

‘Bayam’ Smooth Fried—Jajanan Sehat Ala Anak Kos-Kosan


Bayam atau yang bernama latin Amaranthus spp ini merupakan tanaman yang bisa tumbuh baik di wilayah Indonesia. Tahukah sahabat, bahwa tidak hanya daunnya saja yang dapat di konsumsi bahwa batangnya pun sangat enak. Bayam ini merupakan sumber zat besi yang sangat penting bagi tubuh, lho!
Berdasarkan penelusuran penulis di http://ayokesehatan.blogspot.co.id bahwa bayam memiliki banyak sekali manfaat untuk tubuh kita, seperti:

Rabu, 14 Oktober 2015

Opini: Fenomena Hot Issues di Indonesia

Asap: Musuh Siapa? Rakyat-Negara
Tiga anak SD dari Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat turut diundang dalam acara show Hitam Putih, di salah satu stasiun tv nasional saat darurat asap di Kalimantan, dengan tagline acara “Melawan Asap”. Disatu sisi saya pribadi merasa bangga dengan kehadiran tiga bocah cilik yang berasal dari Kabupaten daerah asal saya itu. Mereka layak mendapatkan apresiasi. Namun sayang sekali tidak menghadirkan anak-anak yang berasal dari Riau, karena asap parah juga melanda di wilayah Sumatera sana, sangat disayangkan.
Terlepas dari itu, masalah asap yang kian parah di Kalimantan sudah menjadi konsumsi tahunan bagi masyarakat setiap menjelang musim kemarau. Mengapa kehebohan itu memuncak di tahun 2015 ini? Setiap siang dan malam masyarakat menghirup udara tidak sehat, beraktifitas bahkan saat tidur pun menghirup asap. Berbagai macam solusi tentu sudah diluncurkan pemerintah dan presiden, namun apa nyata nya: Menko Polhukam menyatakan bahwa “bencana asap tidak perlu dijadikan bencana nasional”, kemudian ditambah lagi pernyataan Menteri Kesehatan yang menyatakan bahwa “asap belum berbahaya dan maskernya cukup biasa saja, toh ini belum bencana luar biasa”. Dimanakah mata para petinggi negeri ini? Bagaimana bisa pernyataan sekelas menteri dapat menyakitkan hati rakyatnya yang sedang di rundung duka. Iya, ibu pertiwi sedang menangis pilu saat ini, tetapi bisa-bisanya lagi pernyataan sekelas menteri justru ingin merobek-robek hati rakyat kecil.

Sekapur Sirih "Stigma ODHA: Fenomena Pontianak"

Secarik Asa yang Hilang
Tulisan pengantar ini tidak dimuat pada lembaran halaman buku karena saya tidak mungkin sanggup mendeskripsikan ‘mereka’ secara vulgar, karena saya juga punya hati nurani. Iya, mereka adalah para ODHA yang sering saya temui saat penulisan buku ini disertai dengan penulisan tugas akhir saya, yang artinya adalah buku ini merupakan hasil edit ulang tugas akhir saya pada saat menyelesaikan studi S1. Pada saat mengerjakan tugas akhir ini saya merasakan pengalaman hidup serta tantangan yang sangat luar biasa.