Rabu, 03 Desember 2014

Stop Stigma ODHA




Oleh: Nico Ajah
HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan dua hal yang terpisah secara definisi, namun merupakan satu-kesatuan. HIV merupakan virus yang dapat menyebar melalui darah, sedangkan AIDS adalah menurunnya sistem kekebalan tubuh akibat dari HIV. Banyak orang menyebutkan bahwa HIV dan AIDS itu sebuah penyakit yang menjijikkan, padahal pemikiran itu tidak benar. Mari jauhkan pemikiran kita tentang hal tersebut, karena secara tidak langsung sudah men-stigma pengidap HIV itu sendiri. HIV dan AIDS bukan lah suatu penyakit fisik yang nampak, karena bisa saja berbagai penyakit oportunistik dapat timbul akibat HIV dan AIDS ini. Seseorang yang terinfeksi HIV positif tidak secara langsung mengalami AIDS, sebab masa inkubasi dari HIV menjadi AIDS sekitar 5-10 tahun. Dengan obat-obatan antiretroviral (ARV) bisa saja memperlambat kerusakan yang diakibatkan HIV pada sistem kekebalan tubuh dan hal ini dapat menunda awal terjadinya AIDS.

Senin, 01 Desember 2014

Mahkota Untuk Ayah dan Ibu



By: Nikodemus Niko

27 November 2014
Hari ini adalah hari dimana aku sangat bangga mengenakan mahkota bertali emas ini. Yah, hari ini adalah hari wisuda ku yang pertama kali aku rasakan seumur hidupku. Hari pertama kali aku mengenakan mahkota yang sangat mahal, toga. Dan hari pertama pula untuk ayah dan ibu menghadiri acara sakral ini.

Senin, 24 November 2014

Goresan Mimpi Seorang Anak Petani

Oleh: Nico Ajah



Mengawali cerita dalam tulisan ini, aku kini mengetahui bahwa ‘Cinta adalah menyadari dengan susah payah ada sesuatu yang nyata selain diri sendiri’.

Rabu, 12 November 2014

Pejuang Aksaraku



Flash Fiction
Oleh: Nico Ajah

Tahun 2010
Hidupku, hidup kami, tidak pernah jauh dari kemakmuran. Namun, aku senantiasa dipenuhi rasa bahagia walau bukan dengan materi yang berlimpah. 4 tahun lalu, saat mengawali studi ku dengan beasiswa yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang tidak mampu, aku menangis saat aku lolos seleksi tanpa ujian masuk di universitas ternama di Kalimantan Barat ini. Kebanggaan, namun aku tidak pernah menunjukkan hal itu kepada siapa pun.

Selasa, 04 November 2014

Kado Untuk Bapak dan Ibu



Aku bingung harus memulai cerita ini dari mana. Mungkin dari keinginan ku malam itu, hingga aku beranikan diri untuk ceritakan semuanya pada bapak.
“Pak, niko sangat ingin mendaftar beasiswa lagi, untuk S2.” Begitu kira-kira kata yang berani aku ucapkan di ujung telepon.
“Sudahlah, kerja saja dulu.” Bapak hanya menanggapi begitu saja. Apakah ini berarti bapak tidak setuju jika aku mendaftar beasiswa, mungkin saja begitu. Ah, sudahlah lupakan beasiswa itu. Aku hanya ingin bekerja setelah lulus kuliah S1 ini. Aku tidak ingin menyusahkan bapak dan ibu, aku tidak ingin menjadi beban pikiran mereka. Aku semakin semangat menyelesaikan studi ku, ingin segera mewujudkan apa yang orang tuaku inginkan. Yah, aku tahu mereka punya keinginan agar aku menjadi seorang guru, pendidik anak bangsa. Aku tidak ingin menjadi seorang guru, meski aku tahu tugas guru itu sungguh mulia. Saat itu aku punya keinginan untuk bekerja di salah satu perusahaan tambang yang ada di daerah ku. Bapak dan ibu pasti setuju akan hal itu.

Jumat, 31 Oktober 2014

Anak Kampong Masuk Kementerian (part 4)



Oleh: Nico Ajah
28 Oktober 2014
Hari ini, mungkin saja hari pengadilan terpanas yang aku rasakan selama ini. Itu masih dalam angan kemungkinan sih. Test LGD di hari pertama sudah membuat tubuh ini panas dingin, seperti es teh manis yang belum diminum peneyantapnya (apa hubungannya sih?). Flash back malam harinya. Hmm, aku masih merasakan hawa jika hantu itu benar-benar dekat denganku. Ah, mungkin ini firasatku saja. Tetapi, apa pun itu namanya, hantu berambut panjang itu benar-benar nyata dalam intuisi ku. Aku pejamkan mata sejenak, aku mencoba melihat dengan mata batinku, benar saja seorang perempuan berambut panjang samar-samar dalam penglihatanku. Sementara di ruang dapur, seorang suster ngesot agak malu untuk mendekati kami. Oh, God. Ini benar adanya, sembari aku membuka mata. Aku bukan seorang paranormal, atau seorang yang bisa menerawang masa lalu dalam artian indigo. Bukan, aku hanyalah manusia biasa yang meng-imani adanya Tuhan. Tapi kali ini, bayangan itu benar-benar terlihat ada. Mungkin karena hawa yang mengitari rumah ini.

Anak Kampong Masuk Kementerian (part 3)



Oleh: Nico Ajah
27 Oktober 2014
Pagi ini, jam 05.00 semua sudah terbangun. Hari pertama, memang harus tepat waktu. Mandi pagi? Oh, no. I hate morning. Tak terbiasa, tapi hari itu harus aku lakukan. Jam 06.00, semua sudah siap, tapi enggan untuk berangkat. Masing-masing berpikir, apa yang akan terjadi di hari ini. Pengadilan, yah, mungkin seperti itulah. Hari ini cukup menentukan masa depan ‘kami’. Tepat pukul 06.15, jalan kaki menuju depan lampu merah, sekitar 5 menit. Naik angkot menuju Kementerian Keuangan RI, tidak sampai 10 menit kami sudah tiba. Ah, haru sarapan dulu lah. Nyari sarapan pagi, sudah nongkrong tukang bubur ayam di perempatan kementrian depan polsek.

Anak Kampong Masuk Kementerian (part 2)



Oleh: Nico Ajah
26 Oktober 2014
Bangun pagi, ah, aku sangat membenci pagi, sehingga aku agak terlambat bangun. Mandi, gosok gigi (ehh jadi kayak nyanyian anak-anak deh), to the point aja, hari ini kami mau jalan-jalan dulu setelah itu baru deh nyari alamat om aku yang kebetulan ada rumah di daerah Senen, jakarta pusat. Naek busway. Yeh, sekarang mesti pakai kartu yang mirip ATM. Kami harus membelinya Rp40.000, dengan isi pemakaian Rp20.000, berarti harga kartunya Rp20.000. cukuplah untuk kami 6 orang. Tujuan kami ke Monas. Setibanya disana, ribuan polisi sudah memadati seluruh sudut Monas. Ada apa sih? Eh, rupanya untuk pengamanan pelantikan presiden baru, Jokowi. Foto-foto (wajib), beli oleh-oleh gak jelas (gak tau untuk siapa), santai-santai, setelah itu kami bertekad untuk melihat gedung untuk kami test besok, Departemen Keuangan RI. Amazing...

Anak Kampong Masuk Kementerian (part 1)

Oleh: Nico Ajah



25 Oktober 2014
Persiapan aku dan teman-teman sudah matang hari ini. Berangkat ke Jakarta, ibu kota negara. Katanya sih lebih kejam dari ibu tiri. Memang benar sih. Buktinya 2 sahabat saya Kamirul dan M.Asyura terlantar selama kurang lebih 5 jam di bandara Soekarno Hatta. Lho kenapa bisa? Awal mula ceritanya karena perbedaan waktu jam terbang. Meskipun kamu sama-sama menggunakan maskapai Sriwijaya Airlines, tetapi jam terbangnya berbeda, mereka terbang jam 08.00 pagi sedangkan aku dan M.Amin terbang jam 13.30 (seharusnya sih jam 12.40, dellay, biasa). Kenapa gak bareng aja pagi-pagi? Eh, semua bermula dari pagi. Aku membencinya. Titik. Sehingga mereka yang sudah dahulu mendarat di Soeta harus menunggu kami, biar bareng-bareng meng-gembel di Jakarta.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Jurnalis Kampus ‘harus’ Berotak Ph.D

Oleh: Nikodemus Niko

Lajunya arus informasi global masa kini mendorong kita sebagai generasi muda untuk menjawab berbagai tantangan dalam menyaring ilmu kekinian. Bila anak muda masa kini tidak cerdik, bisa saja globalisasi menghancurkan bangsa dengan mudahnya. Terlebih peran seorang jurnalis kampus yang merupakan corong informasi bagi seluruh masyarakat kampus. Sebagai seorang jurnalis kampus, tentu saja kita harus mampu menaklukkan hal tersebut. Kita dituntut untuk mengisi otak kita dengan ilmu secara up to date. Mengutip pendapat seorang jurnalis dan News Anchor RCTI, Putra Nababan dalam tabloid mahasiswa UNM Edisi 160, dia mengatakan bahwa seorang jurnalis itu harus memiliki ilmu sebagai seorang doktor. Dimana ilmu seorang wartawan tidak boleh dibawah ilmu yang dimiliki narasumber.

1 November “Hari Tangisan Rakyat Kecil Se-Indonesia”



Oleh: Nikodemus Niko
Mahasiswa Sosiologi Universitas Tanjungpura Pontianak

Semenjak Pemilu Capres dan Cawapres beberapa bulan lalu, sudah berhembus berita bahwa BBM bersubsidi akan di naikkan. Hal ini berarti pemerintah akan mencabut subsidi BBM. Hal itu semakin jelas, saat kini awal pemerintahan presiden Jokowi. Dari beberapa informasi yang saya baca dari media online seperti www.merdeka.com menyebutkan bahwa mulai 1 November 2014 pemerintak akan menaikkan BBM, dengan alasan penghematan anggaran negara. Penghematan tersebut dapat mencapai 20 triliun untuk tahun ini.

Senin, 08 September 2014

KEMISKINAN STRUKTURAL MASYARAKAT PESISIR PANTAI DI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN KAYONG UTARA



KEMISKINAN STRUKTURAL MASYARAKAT PESISIR PANTAI DI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN KAYONG UTARA

TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH: STRUKTUR SOSIAL


Program Studi Sosiologi

Disusun Oleh:
KARMANSAH MIDIN          NIM.E51110069
NELLY OKTAVIANI NIM.E51110070
NIKODEMUS NIKO              NIM.E51110071
SITI FATMAWATI                NIM.E51110073

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNG PURA
PONTIANAK
2014

Mengenal Bahasa Dunia



 
Nikodemus Niko
Mahasiswa Sosiologi
Universitas Tanjungpura

Indonesia dikenal sebagai negeri beribu pulau, dari Sabang sampai Marauke. Negara ini dikenal sebagai masyarakat yang multikultural. Beragam kebudayaan di Indonesia menciptakan keindahan bagi dunia. Selain multi budaya, Indonesia juga multi bahasa. Keberagaman penggunaan bahasa saat ini adalah isu penting dunia. Di dunia ini lebih banyak masyarakat yang multilingual daripada monolingual. karena dengan adanya multilingual akan menentukan kelangsungan hidup dalam masyarakat yang multikultural seperti di Indonesia. Dan dengan sumber daya yang multi bahasa maka peran lebih mudah untuk diambil dalam berbagai bidang kehidupan.

SUMPIT SEBAGAI SENJATA KHAS ETNIS DAYAK DI KALIMANTAN BARAT (Suatu Kajian Ilmiah Tentang Sumpit Sebagai Senjata Khas Etnis Dayak di Kalimantan Barat)



Karya Tulis Ilmiah

SUMPIT SEBAGAI SENJATA KHAS ETNIS DAYAK DI KALIMANTAN BARAT
(Suatu Kajian Ilmiah Tentang Sumpit Sebagai Senjata Khas Etnis Dayak di Kalimantan Barat)




OLEH
NIKODEMUS NIKO
NIM. E51110071



FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014




BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau tropis. Bangsa Indonesia juga merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan seperti nilai-nilai, norma-norma, tindakan dalam hidup bermasyarakat, dan benda-benda hasil karya manusia. Hasil kekayaan kebudayaan yang beranekaragam itu lahir dan terbentuk karena adanya usaha nenek moyang kita pada masa lampau dalam mengatur kehidupan dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Goresan Tanpa Judul 4


 
Selamat malam entah siapapun disana. Tak ingin lagi mengingat tentangmu, tak ingin lagi tuk menyebut namamu. Bagaimana kabar mu dan cinta baru mu? Ku harap engkau bahagia bersama dia pilihan hati dan cintamu. Cinta yang kemarin kamu ceritakan kepadaku, tentang kisah sayang kamu dan dia.
Aku tahu kamu bahagia, pasti bahagia. Semua tergambar jelas dalam status-status di akun facebookmu. Maaf bila diam-diam aku selalu membuka timeline mu sekedar untuk melihat status terbarumu, ini memang terkesan konyol. Tapi aku bisa apa? Hanya itu yang bisa aku lalui meski terkadang bersama air mata. Iya, air mata yang hanya sekedar tuk ungkapkan kebahagiaan ini karena menyaksikan sendiri kebahagiaan yang kamu ukir bersama nya, iya bersamanya, bukan bersama ku. Mungkin aku berbohong kali ya jika aku berkata jika aku juga turut bahagia dengan kebahagiaan mu, begitu kah? Entahlah. Aku juga tidak cukup mengerti akan hal itu.

Dilematis Keberagaman Seksual dan Stigma



Notes By: Aries Pena

Manusia merupakan mahkluk sosial yang pada hakikatnya akan membentuk sebuah struktur ataupun sistem masyarakat yang akan melahirkan standar nilai maupun norma yang akan menjadi pedoman hidup. Pada kenyataannya interaksi di dalam masyarakat tidak pernah berjalan lancar tanpa adanya pertentangan. Pertentangan ini terjadi karena adanya perbedaan kebutuhan setiap orang. Dari segi kebutuhan tentunya masing-masing individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Apabila kebutuhan individu tersebut bertentangan atau bahkan mengancam kebutuhan individu lainnya, dapat dipastikan akan muncul konflik antar individu untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhan masing-masing. Untuk menghindari pertentangan tersebut, dibutuhkan suatu tatanan masyarakat yang mengatur interaksi antar individu yang dinamakan norma sosial. Norma sosial lahir dari konvensi sosial untuk membantu orang berperilaku baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Politik dan LGTB


Notes By: Aries Pena

Politik merupakan sebuah strategi; Memenuhi kemauan dan kepentingan; Pertarungan kepentingan untuk kebutuhan orang banyak dan Politik adalah ruang dimana kita harus berjuang untuk memperjuangkan kebutuhan kita. Lalu sudah adilkah politik di negeri ini? Belum. Sangat banyak sekali kaum minoritas yang tertindas oleh kebijakan-kebijakan politik, terutama kaum LGTB. Kaum minoritas menindas kaum minoritas, hal ini mungkin cocok untuk menamai situasi saat ini. Anggota parlemen juga merupakan kaum minoritas, namun mereka memiliki kekuasaan. Tetapi berbanding berbalik dengan kaum LGTB yang merupakan kaum minoritas yang terpinggirkan. Disinilah terlihat fungsi politik yang tidak secara adil.

Adakah Hari Esok Untuknya?


Oleh: Nikodemus Niko
Mahasiswa Sosiologi
 
Malam kini telah terganti pagi yang menyapa dengan mentari pagi. Mengawali hari yang penuh kejutan ini, ditemani embun yang kian menepis di dedaunan. Dengan penuh semangat pagi ini, aku melangkahkan kaki menuju kampus Biru yang tak lama lagi akan aku tinggalkan, iya dalam beberapa bulan kedepan saat aku memperoleh gelar sarjana. Sekarang aku sedang bersemangat untuk menyelesaikan tugas akhir ku. Skripsi, yah begitulah banyak orang menyebutnya.

Janjian ketemu di kantor jam 10.00 siang ini. Mengiringi aku menuju kantor KPA Kota Pontianak, mentari bersinar menyengat kulitku. Setiba nya di sana, orang yang ingin aku temui tidak berada di tempat melainkan sudah di lapangan. Aku berusaha menghubunginya agar hari ini aku bisa untuk turun lapangan. Dan akhirnya aku di suruh datang langsung ke rumah sakit sudarso pontianak.

Hari ini adalah hari yang belum pernah kubayangkan dalam hidup sebelumnya. Masuk ke dalam kehidupan ODHA dengan kategori pengguna narkoba jarum suntik (penasun) yang ada di kota pontianak.

Detak jantung berdegup kencang, mengiringi langkah ku menuju kantin belakang RS. Soedarso tempat dimana terapi metadon untuk para pengguna narkoba jarum suntik berkumpul siang ini. Mereka kerap kali datang ke tempat ini kala mereka sedang sakaw, dengan terapi metadon ini mereka dapat mengganti cairan metadon sebagai pengganti narkoba jarum suntik. Hal ini salah satu home reduction upaya pencegahan penularan HIV melalui jarum suntik, dan tidak pernah di sangka aku kini berada di tengah mereka.

Aku berusaha bersikap santai, berusaha relax dalam segala tindakan ku. Wajah ku pucat pasi, tubuh ku gemetaran kala itu, namun aku selalu santai dalam berdiskusi dengan kelompok penasun ini. Dan ini lah kehidupan mereka, hidup penuh bahagia (bagi mereka). Hidup hanya begini-begini saja, “Kalau tidak masuk penjara, ya meninggal” ungkap salah satu dari mereka. Beginikah kehidupan orang yang sudah kecanduan narkoba? Masa depan mereka di renggut oleh obat haram yang berupa butiran debu itu.

Meski mereka penyandang ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) tetapi mereka adalah saudara kita. Tidak pantas kita untuk mengasingkan mereka dalam pergaulan kita sehari-hari. Mereka tidak berbahaya, mereka hidup layaknya manusia pada umumnya. Justeru, melalui mereka lah kita dapat belajar menghargai kehidupan. Agar kita jangan sampai terjerumus ke dalam jurang yang sama seperti mereka. Melalui mereka kita dapat berbagi cerita kehidupan, dimana kita selalu saja mengeluh karena kekurangan. Sementara mereka, masih tetap bersyukur menikmati sisa hidup yang mereka miliki. Setidaknya hal itu yang aku temukan dalam kehidupan mereka.

Taman Kampus atau Tempat ‘Nongkrong’


Oleh: Nikodemus Niko
Mahasiswa Sosiologi Untan

Kampus merupakan tempat bagi mahasiswa dan mahasiswi untuk menimba ilmu. Baik itu mahasiswa S1, S2 maupun S3. Saya bersyukur menjadi bagian dari salah satu kampus di Universitas Tanjungpura Pontianak, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Menimba ilmu di Fakultas tercinta ini tentu impian bagi banyak orang, termasuk saya.

Lebarankah Mereka?


Oleh: Nikodemus Niko
Mahasiswa Sosiologi Untan

Menjelang hari raya Idul Fitri tahun 2014 ini saya memang sengaja untuk tidak pulang ke kampung halaman. Meskipun saya sendiri tidak ikut merayakan, namun kemeriahan nya di Kota Pontianak sungguh terasa.
Malam yang indah untuk berkeliling, karena malam ini malam lebaran yang pertama, dimana takbiran bergema hingga di pinggiran kota. Momen yang indah pula untuk jalan-jalan sekedar untuk menikmati segarnya angin di malam hari.
Padatnya kendaraan di jalan raya membuat sejumlah jalan kota macet. Meski jalan-jalan tanpa arah dan tujuan mau kemana, saya tetap menikmati perjalanan malam yang di hiasi kembang api di langit yang menambah pesona indahnya Kota Pontianak. Walau kabut asap yang sedikit agak mengganggu dalam perjalanan.
Malam takbiran yang sungguh indah ini aku menemukan seorang kakek tua yang sedang menarik gerobaknya di depan salah satu Mall di Kota Pontianak. Kakek berpakaian lusuh dan tidak memakai alas kaki itu tidak menghiraukan sekelilingnya, betapa susahnya mencari uang di kota mungkin yang ada dalam benaknya “Yang penting bisa makan untuk malam ini.”
Setelah melewati jalan itu, aku hendak pulang ke rumah. Kondisi sama masih terjadi, macet dan padat. Di jalan Ahmad Yani 1, saya juga menemukan sejumlah pengemis yang masih meminta-minta di lampu merah. Dua orang ibu-ibu dan satu orang anak dalam gendongan ibu nya. Di malam yang penuh kemenangan ini, apakah mereka tidak ikut merayakan? Sungguh kasihan, karena kemiskinan yang memaksa mereka untuk meminta belas kasihan orang di malam lebaran.