Jumat, 31 Oktober 2014

Anak Kampong Masuk Kementerian (part 4)



Oleh: Nico Ajah
28 Oktober 2014
Hari ini, mungkin saja hari pengadilan terpanas yang aku rasakan selama ini. Itu masih dalam angan kemungkinan sih. Test LGD di hari pertama sudah membuat tubuh ini panas dingin, seperti es teh manis yang belum diminum peneyantapnya (apa hubungannya sih?). Flash back malam harinya. Hmm, aku masih merasakan hawa jika hantu itu benar-benar dekat denganku. Ah, mungkin ini firasatku saja. Tetapi, apa pun itu namanya, hantu berambut panjang itu benar-benar nyata dalam intuisi ku. Aku pejamkan mata sejenak, aku mencoba melihat dengan mata batinku, benar saja seorang perempuan berambut panjang samar-samar dalam penglihatanku. Sementara di ruang dapur, seorang suster ngesot agak malu untuk mendekati kami. Oh, God. Ini benar adanya, sembari aku membuka mata. Aku bukan seorang paranormal, atau seorang yang bisa menerawang masa lalu dalam artian indigo. Bukan, aku hanyalah manusia biasa yang meng-imani adanya Tuhan. Tapi kali ini, bayangan itu benar-benar terlihat ada. Mungkin karena hawa yang mengitari rumah ini.

Anak Kampong Masuk Kementerian (part 3)



Oleh: Nico Ajah
27 Oktober 2014
Pagi ini, jam 05.00 semua sudah terbangun. Hari pertama, memang harus tepat waktu. Mandi pagi? Oh, no. I hate morning. Tak terbiasa, tapi hari itu harus aku lakukan. Jam 06.00, semua sudah siap, tapi enggan untuk berangkat. Masing-masing berpikir, apa yang akan terjadi di hari ini. Pengadilan, yah, mungkin seperti itulah. Hari ini cukup menentukan masa depan ‘kami’. Tepat pukul 06.15, jalan kaki menuju depan lampu merah, sekitar 5 menit. Naik angkot menuju Kementerian Keuangan RI, tidak sampai 10 menit kami sudah tiba. Ah, haru sarapan dulu lah. Nyari sarapan pagi, sudah nongkrong tukang bubur ayam di perempatan kementrian depan polsek.

Anak Kampong Masuk Kementerian (part 2)



Oleh: Nico Ajah
26 Oktober 2014
Bangun pagi, ah, aku sangat membenci pagi, sehingga aku agak terlambat bangun. Mandi, gosok gigi (ehh jadi kayak nyanyian anak-anak deh), to the point aja, hari ini kami mau jalan-jalan dulu setelah itu baru deh nyari alamat om aku yang kebetulan ada rumah di daerah Senen, jakarta pusat. Naek busway. Yeh, sekarang mesti pakai kartu yang mirip ATM. Kami harus membelinya Rp40.000, dengan isi pemakaian Rp20.000, berarti harga kartunya Rp20.000. cukuplah untuk kami 6 orang. Tujuan kami ke Monas. Setibanya disana, ribuan polisi sudah memadati seluruh sudut Monas. Ada apa sih? Eh, rupanya untuk pengamanan pelantikan presiden baru, Jokowi. Foto-foto (wajib), beli oleh-oleh gak jelas (gak tau untuk siapa), santai-santai, setelah itu kami bertekad untuk melihat gedung untuk kami test besok, Departemen Keuangan RI. Amazing...

Anak Kampong Masuk Kementerian (part 1)

Oleh: Nico Ajah



25 Oktober 2014
Persiapan aku dan teman-teman sudah matang hari ini. Berangkat ke Jakarta, ibu kota negara. Katanya sih lebih kejam dari ibu tiri. Memang benar sih. Buktinya 2 sahabat saya Kamirul dan M.Asyura terlantar selama kurang lebih 5 jam di bandara Soekarno Hatta. Lho kenapa bisa? Awal mula ceritanya karena perbedaan waktu jam terbang. Meskipun kamu sama-sama menggunakan maskapai Sriwijaya Airlines, tetapi jam terbangnya berbeda, mereka terbang jam 08.00 pagi sedangkan aku dan M.Amin terbang jam 13.30 (seharusnya sih jam 12.40, dellay, biasa). Kenapa gak bareng aja pagi-pagi? Eh, semua bermula dari pagi. Aku membencinya. Titik. Sehingga mereka yang sudah dahulu mendarat di Soeta harus menunggu kami, biar bareng-bareng meng-gembel di Jakarta.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Jurnalis Kampus ‘harus’ Berotak Ph.D

Oleh: Nikodemus Niko

Lajunya arus informasi global masa kini mendorong kita sebagai generasi muda untuk menjawab berbagai tantangan dalam menyaring ilmu kekinian. Bila anak muda masa kini tidak cerdik, bisa saja globalisasi menghancurkan bangsa dengan mudahnya. Terlebih peran seorang jurnalis kampus yang merupakan corong informasi bagi seluruh masyarakat kampus. Sebagai seorang jurnalis kampus, tentu saja kita harus mampu menaklukkan hal tersebut. Kita dituntut untuk mengisi otak kita dengan ilmu secara up to date. Mengutip pendapat seorang jurnalis dan News Anchor RCTI, Putra Nababan dalam tabloid mahasiswa UNM Edisi 160, dia mengatakan bahwa seorang jurnalis itu harus memiliki ilmu sebagai seorang doktor. Dimana ilmu seorang wartawan tidak boleh dibawah ilmu yang dimiliki narasumber.

1 November “Hari Tangisan Rakyat Kecil Se-Indonesia”



Oleh: Nikodemus Niko
Mahasiswa Sosiologi Universitas Tanjungpura Pontianak

Semenjak Pemilu Capres dan Cawapres beberapa bulan lalu, sudah berhembus berita bahwa BBM bersubsidi akan di naikkan. Hal ini berarti pemerintah akan mencabut subsidi BBM. Hal itu semakin jelas, saat kini awal pemerintahan presiden Jokowi. Dari beberapa informasi yang saya baca dari media online seperti www.merdeka.com menyebutkan bahwa mulai 1 November 2014 pemerintak akan menaikkan BBM, dengan alasan penghematan anggaran negara. Penghematan tersebut dapat mencapai 20 triliun untuk tahun ini.