Sabtu, 12 April 2014

Dear Tuhan



Oleh: Nico Ajah
Senandung mega hitam yang menemani awan cukup menutup mentari di sore yang mendung ini. Rintik hujan yang kini mulai membasuh bumi membuatku seakan larut dalam lamunanku. Aku masih termangu disudut kamar yang tidak mewah ini, menatap lembaran kertas yang kian berserakan di lantai. Air mata mulai mengalir dari kedua mataku, semakin kian deras hingga aku terisak dalam tangis. Tiada kata yang dapat aku ucapkan. Sembari mengusap air mata, aku memulai untuk menggoreskan kata demi kata dalam sebuah buku kecil yang selama ini selalu menjadi teman setiaku.

Dear Tuhan
Tuhan, aku lelah, aku capek. Topang aku untuk sebentar saja, aku hanya ingin berada dalam peluk-Mu. Aku tak tahu harus memulai cerita ini darimana. Yang aku ingin kan hanyalah dia selalu ada disini untukku, untuk mendengar isi hatiku.
Yah, walaupun tanpa ku katakan dia pasti selalu menemaniku. Tapi kenapa kini dia pergi tinggalkan aku sendiri? Aku tak akan mungkin sanggup tanpa dia disini. Tuhan, kenapa engkau biarkan dia pergi dari hidupku? Apa karena cintaku ini terlarang, sehingga dia dan aku tidak pantas untuk bersama?
Aku sungguh tak mengerti dengan semua ini, Tuhan. Aku seorang laik-laki, tapi kenapa sifat-sifat aku seperti perempuan? Banyak orang berfikiran bahwa aku seorang ‘banci’. Aku mencintai seorang cowok yang bisa membuat aku merasa nyaman dan dihargai, dia adalah sahabatku sendiri.
Tapi kini dia telah pergi jauh meninggalkan sejuta kenangan dalam hidupku. Semua ini membuatku perih, Tuhan. Kenapa aku berbeda dari teman-teman aku yang bisa hidup normal? Kenapa Tuhan? Memang aku harus bisa terima kenyataan, beginilah aku dengan sejuta kekurangan yang aku miliki, aku tetap bangga tampil sebagai diriku sendiri meski harus dihina dan dicaci.
               Jemariku tak pernah lelah bercerita tentangmu. Entahlah, waktu kian bergejolak dalam ragaku, melawan detik, menit dalam jarum jam yang tidak aku mengerti arahnya berdetak. Aku rapuh, aku merindukanmu, rindu senyumanmu, rindu pelukan hangatmu, dan rindu semua tentangmu. Banyak cerita yang telah kita lalui bersama, cerita yang tak akan pernah aku lupakan dalam memori ingatanku.
Dear Tuhan
Tidak ada lagi yang dapat ku ceritakan tentangmu Roby. Disatu sisi aku memang kehilanganmu tapi disisi lain aku ingat perkataanmu bahwa aku tidak boleh menderita jika orang yang ku cintai pergi meninggalkan aku, karena kau sebagai orang yang ku cintai akan selalu ada dihatiku.
Tidurlah dengan damai Roby, bawalah seluruh kenangan kita bersama kepergianmu. Jangan pernah lupakan aku dari hidupmu, aku akan selalu merindukanmu. Tetaplah berada dihatiku selamanya, karena aku tidak akan pernah menghapusmu dari ingatanku. Tunggulah aku di surga. Hingga tiba saatnya Tuhan akan menjemputku untukmu.
Aku yakin, Tuhan telah menantimu disana. Tuhan yang pernah mempertemukan kita, dan kini Tuhan pula yang telah mengajakmu pulang bersamanya. Aku tidak seseorang diri disini, aku tetap bersama cintamu. Satu hal yang pasti, bahwa tidak akan pernah ada yang bisa menggantikanmu.
               Roby, aku tahu bahwa kamu juga merindukan aku. Rindu dalam caramu sendiri. Entahlah, aku tak cukup mengerti caramu, yang aku tahu rindu kita kini terpisah oleh jurang yang terbentang luas. Aku tak mungkin sanggup menahan air mata saat hati ini teringat tentangnya, tetesan demi tetesan air mata ini semakin tak dapat terbendung.
Dear Tuhan
Hati ini perih saat menyadari dia benar-benar telah pergi. Hati ini sungguh terluka saat menyadari dia tak lagi menemaniku disini. Naluri ku sungguh tak bisa aku pungkiri, bahwa aku sungguh kehilangan dia yang sangat aku cintai. Aku masih belum sanggup, Tuhan. Aku benar-benar terpuruk, aku belum bisa merelakan dia pergi dari hidup ini.
Oh Tuhan, aku belum rela Tuhan. Ajari aku ikhlas menerima semua kenyataan ini. Kenapa dahulu engkau pertemukan aku dengannya Tuhan, jika pada akhirnya engkau ijinkan dia tuk tinggalkan hati ini dengan luka. Aku benar-benar perih, Tuhan. Aku tak sanggup, topang aku Tuhan.
Sakit, kala ku menyadari kini sore sudah benar-benar pergi membawa raga dan jiwamu pergi dari sisiku. Aku hanya bisa menangis. Semua telah berakhir, nerakhir dengan penuh perih dihatiku. Mungkin, ini rencana terbaik Tuhan dalam hidupku, hidupmu, dan hidup kita.
*The End*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar