Jumat, 31 Oktober 2014

Anak Kampong Masuk Kementerian (part 3)



Oleh: Nico Ajah
27 Oktober 2014
Pagi ini, jam 05.00 semua sudah terbangun. Hari pertama, memang harus tepat waktu. Mandi pagi? Oh, no. I hate morning. Tak terbiasa, tapi hari itu harus aku lakukan. Jam 06.00, semua sudah siap, tapi enggan untuk berangkat. Masing-masing berpikir, apa yang akan terjadi di hari ini. Pengadilan, yah, mungkin seperti itulah. Hari ini cukup menentukan masa depan ‘kami’. Tepat pukul 06.15, jalan kaki menuju depan lampu merah, sekitar 5 menit. Naik angkot menuju Kementerian Keuangan RI, tidak sampai 10 menit kami sudah tiba. Ah, haru sarapan dulu lah. Nyari sarapan pagi, sudah nongkrong tukang bubur ayam di perempatan kementrian depan polsek.
Selesai sarapan, berjalan ke arah kanan. Yah, ini memang khusus untuk pejalan kaki. Cukup bau pesing, amis, dan berbagai macam deh. Namanya juga parit. Oh, God. Salah jalan, kami tidak bisa masuk karena tidak ada jalan dari belakang. Terlihat ada jembatan penyebrangan di seberang kantor, memang itu jembatan penghubung antara kementrian keuangan dari berbagai bidangnya. Huh, nyebrang lagi (tau kan nyebrang jalan kalau di jakarta, extra sabar).
Tiba juga akhirnya, gedung tempat test nya yang mana? Hikz. Deretan gedung nya banyak sekali. Akhirnya berkeliling, mencari-cari nama gedung. Finally, tidak jauh dari tangga salah satu gedung tertulis A.A Maramis II. Itu mencari nya setengah pingsan. Terburu-buru masuk, bertanya pada satpam. Dan tempat test nya di lantai 2. Langsung naik, tanpa panjang lebar ngomong. Disana belum ada siapapun peserta test yang sudah datang, berarti kami yang pertama (standing aplouse, orang Kalimantan Barat memang sangat menghargai waktu).
Setelah 10 atau 20 menit kami ngadem di lobby LPDP, semua peserta berdatangan. Ah, kesempatan bagus untuk bisa berkenalan. Setengah jam setelah itu, waktu menunjukkan pukul 08.00, pengarahan dari panitia, dan saat itu pula verifikasi berkas di mulai dari kelompok 1 wawancara, dan aku adalah kelompok 1. Buru-buru meski harus dapat antri terakhir, sekitar jam 10.00 saya baru selesai verifikasi berkas. Duduk manis menunggu. Wawancara pun mulai, dan di panggil satu per satu memasuki ruangan, adem, ber-AC. Ah, mungkin itu ruang pasti kursinya panas, bagai bara api mungkin.
Seusai itu, bete juga menanti jam 13.00, turun ke bawah. Mencari makan untuk makan siang, kebetulan teman-teman ku yang muslim ke masjid agung, terbesar di Indonesia (mereka sangat beruntung). Nasib baik, dapat bertemu Hatta Radjasa (calon wakil presiden pasangan Prabowo). Beliau sedang di kerumuni wartawan saat kami melewati lobby gedung.
Menuju kantin, bersama serombongan peserta perempuan. Yah, hanya mereka yang aku ikuti. Makan siang, dan ngobrol santai dengan peserta yang lain, dari medan, padang, bengkulu, jakarta dan hanya aku yang dari kalimantan.
Sudah jam 12.40, sebentar lagi jam 13.00, waktu yang paling di nanti-nanti. Aku sudah stay sebelum jam 1. Nama kelompok kami di panggil, dan yang tidak ada harus di ganti dengan nama kelompok berikutnya, sampai cukup. Kami berjumlah 4 orang, dari padang, jakarta, nusa tenggara barat dan aku kalimantan barat. Senang bisa berkenalan dengan mereka. Kami memasuki ruangan kecil, yang sudah tersedia 4 kursi dan 1 meja di tengah kami. Memang sudah di tentukan dimana kursi kami masing-masing. Psikolog itu hanya mengarahkan dan memperhatikan. Kami diberikan bahan diskusi tentang Kenaikan BBM. Hanya ada 2 pertanyaan, apakah kita setuju atau tidak dengan pencabutan subsidi BBM tersebut.
Saat pertama kali psikolog itu mempersilakan, aku adalah orang yang pertama kali acungkan tangan. Aku kemukakan gagasanku tentang ketidaksetujuan ku jika subsidi BBM di hapus. Saat itu hanya bayang ayah dan ibu ku yang sangat kesusahan karena harga komoditi karet anjlok. Sementara harga BBM akan naik, subsidi akan dicabut, dan tentu harga sembako ikut naik. Lalu, bagaimana nasib para petani, nelayan, buruh, yang penghasilannya pas-pasan. Seharusnya ada pembenahan dalam kementrian itu sendiri, baik kementrian ESDM maupun kementrian perekonomian, karena kebanyakan anggaran tidak tepat sasaran.
Pendapatku dipatahkan oleh ketiga teman diskusi ku. Mereka sangat setuju jika BBM akan naik dan subsidi akan di hapus, dengan alasan masyarakat tidak akan manja, dan dapat mandiri. Kami ngomong sesuai porsi dan bergiliran, sungguh suasana yang santai dan asyik. Sementara psikolog hanya memperhatikan kami. Setelah 45 menit berjalan, diskusi selesai. Tepat waktu. Ah, lega sekali setelah meninggalkan ruangan itu. Selesai untuk hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar