Kamis, 25 Oktober 2018

Pendidikan: Cara Melawan Korupsi dan Intoleransi


Nikodemus Niko


Mungkin agak klasik saya mengatakan bahwa pendidikan merupakan cara ampuh untuk melawan tindak korupsi dan intoleransi. Sebab banyak sekali orang yang berpendidikan baik justru menjadi pelaku korupsi dan intoleransi. Namun, yang saya ingin tekankan, pendidikan yang seperti apa? Pendidikan karakter di Indonesia sudah berjalan dan cukup baik. Kemudian hal penting yang ingin saya tekankan adalah Indonesia tidak akan kekurangan orang-orang baik dan jujur.

Pendidikan memiliki makna yang luas, ada pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Saya lebih cenderung berfokus kepada pendidikan yang bersifat non-formal, mengingat background saya adalah Sosiologi, saya beberapa kali melakukan penelitian di wilayah perdesaan dan perbatasan negara, bahwasannya pendidikan non-formal sangat dibutuhkan masyarakat dari perdesaan terpencil dan wilayah perbatasan.
Lalu, bagaimana pendidikan menjadi cara ampuh melawan korupsi dan intoleransi? Di wilayah perdesaan di Kalimantan Barat, masih sedikit masyarakat yang terbuka atas penggunaan teknologi informasi, sehingga mereka tidak terkontaminasi oleh media sosial yang menjadi media provokator dalam hal intoleransi. Dalam kehidupan sehari-hari mereka sangat rukun, bersahabat satu sama lain (meski beda suku, agama dan budaya). Namun, bukan berarti menepiskan kemungkinan intoleransi yang terjadi. Bagi saya, membuat masyarakat desa berdaya saing dengan mengadakan pendidikan non-formal adalah cara untuk meminimalisir adanya pergesekan antar golongan di tengah masyarakat.
Mengapa? Hal ini karena pergesekan yang terjadi kadangkala persoalan skill yang kurang memadai dari masyarakat lokal, sedangkan masyarakat yang dari luar kelompok mereka memiliki skill yang baik dalam empowering themselves. Jadi, masyarakat hanya ingin diperlakukan setara oleh kalangan elit pemerintah, agar tidak dibeda-bedakan dalam pengadaan pemberdayaan.
Kemudian, fokus saya adalah pemberdayaan perempuan desa. Memetakan mimpi-mimpi anak-anak perempuan desa, yang kemudian akan mereka raih di masa depan. Pemberdayaan yang dimaksud bukan hanya mengasah life skill saja melainkan juga mengasah intelektual mereka dengan menyisipkan pendidikan anti korupsi pada setiap materi yang ada. Hal ini menurut saya akan efektif dibandingkan dengan sosialisasi yang hanya selintas lalu. Pendidikan pertamakali didapatkan di pranata keluarga. Jadi, saya mengamini quote Bunda Teresa yang mengatakan; "Jika kau ingin menciptakan perdamaian di dunia ini, pulanglah dan cintai keluargamu di rumah."
Indonesia sangat luas, dengan melakukan hal-hal kecil diatas kepada masyarakat di kelompok-kelompok kecil akan memberi dampak yang besar bagi Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar