Jumat, 04 Desember 2015

Rindu diantara Sisa-sisa Hujan: Short Trip to Singapore

*Nico Ajah

Hujan. Seketika menyelimuti sore ini dengan selimut mendung yang tak bisa lagi terlawankan. Iya, tak terkecuali hujan yang mengangkat aroma-aroma tanah di depan dinding kamarku. Aku masih berada di meja belajar ketika menuliskan catatan ini. Bersama sisa kerinduan yang baru saja kemarin membasuh payung biruku di Singapore. Bagaimana tidak rindu ketika hujan menyapa (lagi) di langit Bandung. Ah, romantis ya meski tanpa pasangan, hanya bertemankan payung.
Kali ini adalah perjalanan pertama aku ke luar negeri, setelah menjelajah beberapa tempat di pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Perjalanan luar negeri kali ini aku memilih negara Singapura sebagai tempat untuk dikunjungi dengan alasan mengingat Singapura merupakan negara yang cukup aman terhadap berbagai Scam atau kejahatan sejenisnya, apalagi aku memilih pergi sendirian. Aku hunting tiket promo Air Asia dari jauh-jauh hari sebelum berangkat, sebenarnya belum yakin untuk pergi sendirian ke negara orang, dan persiapanku untuk mengarungi Singapore masih belum terlalu matang: hanya berpatokan pada postingan-postingan di group facebook Backpacker Dunia, tapi sensasi ini harus aku temukan, aku harus berani; kapan lagi. Hingga akhirnya aku dapet tiket promo dari Jakarta-Singapore PP seharga 545 ribu IDR. Aku stay di Singapore selama 4 hari 3 malam, setelahnya saya memesan hostel yang terbilang murah di kawasan Kallang, yaitu Kallang River Backpacker Hostel (untuk review lebih lanjut hostel ini akan dibahas tersirat).



Hari Pertama (29 November 2015)

Hari ini aku akan berangkat ke Singapore dengan penerbangan dari bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, karena aku stay di Bandung jadi aku harus berangkat pagi (jam 7 pagi) dengan menggunakan bus shuttle yang langsung ke Bandara; cipaganti. Aku sengaja berangkat pagi karena penerbangan ku ke Singapore terjadwal jam 2 siang, jadi lebih banyak waktu untuk istirahat dan santai di Bandara.
Untuk penerbangan AirAsia bertempat di Terminal 3 Bandara Soetta, baik domestik maupun international. Setelah masuk ke dalam, tidak ada lagi antrian di Check-in point karena AirAsia sudah menggunakan Self Check-in yang bisa dilakukan counter bandara dan bisa juga check-in via mobile phone. Jadi nggak ribet ngantri. Setelah mendapatkan boarding pass, aku langsung menuju pemeriksaan imigrasi, karena cukup panjang antrian jadinya agak lama menunggu. Sangat ketat, ujung rambut sampai ujung kaki pun diperiksa, buka jacket dan ikat pinggang juga. Saat pemeriksaan barang-barang bawaan ketika masuk waiting room, semua barang-barang liquid disita imigrasi (yang disita minyak rambut, parfume, dan hand body lotion, minuman soda dan minuman kopi dalam kemasan). Katanya nggak boleh dibawa lebih dari 100 ml. Haduh, padahal semua itu adalah barang penting untukku, kebayang dong jalan-jalan diterik mentari singapore tanpa hand body sunblock. Aku sempat kesal sama petugasnya, tapi percayalah aku nggak sampai mengeluarkan kata-kata kasar—aku hanya cukup tersenyum manis—walau kenyataannya hati aku pilu untuk melepas barang-barang berharga ku itu. Hikzzzz......
Oke, fix, aku membayangkan 4 hari ku di Singapore pasti lusuh, lumus dan gembel. Yah, terlihat natural sih, tapi nggak harus tanpa hand body dong. Eh, wait, kulit exotic boleh juga. Hihihi. Sudah didalam waiting room kali ini, dimana semua passanger maskapai bergabung jadi satu. Maksud aku, tanpa ada pemisahan penumpang dari tujuan penerbangan lain, seperti misalnya passenger dengan tujuan Bangkok dan Hong Kong. Semuanya jadi satu dalam waiting room yang cukup luas dan besar itu, aku sendiri kebingungan dan pasrah menunggu panggilan penerbangan. And then, pesawat kami take off pukul 2.30 waktu Indonesia dan mendarat cantik di Changi Airport pukul 5.10 waktu Singapura. Setiap penumpang diharuskan mengisi kartu imigrasi kedatangan di Singapore, kecuali yang transit. It’s amazing view, keren dan sangat menakjubkan aku tiba di bandara kelas dunia termegah di Asia Tenggara itu. Eitzzz, wait ada yang kelupaan, di pesawat aku membeli makanan nasi kuning manado plus minum seharga 50 ribu rupiah.
Setibanya disana langsung ada pemeriksaan ketat (karena semua bandara sedang dalam siaga 1 setelah kejadian bom di Paris), jadi semua penumpang diperiksa satu per satu. Dan semuanya berjalan mulus, setelah itu aku menelusuri tulisan ‘Exit’ untuk pemeriksaan imigrasi (sangat jauh banget jalan kaki). Hampir satu jam muter-muter (karena satu jam itu saya nikmati juga untuk ber-selfie ria), akhirnya ketemu deh sama counter pemeriksaan imigrasi di lantai bawah terminal 1. Pada saat pemeriksaan saya tidak terlalu lama antri, kemudian lagi ibu petugasnya bisa berbahasa melayu sehingga saat di tanya-tanya saya menjawab dengan mulus. Ceklik, akhirnya cap Singapore pertama mendarat di salah satu halaman di pasport ku.
Masih di Changi Airpot. Aku kebingungan, seperti seorang anak hilang di antara kerumunan sibuk. Mencari toilet untuk mengisi air minum (karena setiap kran air di Singapore dapat diminum, jadi tinggal berbekal botol minum kosong saja). Rute untuk ke kota memang sudah saya tulis dalam note itinerary, namun untuk menuju MRT Station nya aku agak bingung. Saat bertanya pada petugas satpam di bandara, aku sedikit bingung (karena bahasa inggrisnya singapore agak beda) namun aku dapat paham, hingga akhirnya aku ikuti petunjuk petugas itu, aku naik MRT untuk menuju Terminal 3, karena dari sana akan menghubungkan dengan MRT to the city. Setibanya di Terminal 3, bingung lagi mencari station MRT nya, karena kelewat besar banget ini Bandara, aku hanya mengikuti arus berjalannya banyak orang, dan akhirnya ketemu station MRT ke kota. Namun aku harus membeli Ez-Link Card untuk menggunakan MRT (sebenarnya bisa dengan karcis, tapi agak ribet juga) dan pilihan lain juga bisa menggunakan STP Card (Singapore Tourist Pass), namun ketika aku nanya sama petugas aku harus ke terminal 2 untuk mendapatkan STP Card. Aku tidak ingin lagi berpusing ria di bandara sehingga aku memilih Ez-Link saja, harga kartunya 5 Sgd dan saldonya 7 Sgd, jadi aku harus membayar 12 Sgd.
Aku masih mengikuti arus lalu lalang yang super duper sibuk, pokoknya jangan sampai berjalan lambat deh karena waktu sangat berharga di sini, jadi aku juga pura-pura berjalan laju. Setibanya di station MRT semua yang terlihat seperti di film-film gitu, aku merasa berada dalam dunia fantasi. Meski tanpa adanya petugas (maaf-seperti di Indonesia) namun mereka tertibnya minta ampun. Dari Changi aku menuju Tanah Merah dan tiba di station tanah merah aku naik MRT menuju Joo Koon untuk menuju penginapanku yang dekat dari MRT station Kallang.
Tiba di Station Kallang, saat keluar aku bingung harus berjalan ke arah mana, sebab langsung ketemu jalan besar Sims Ave Road. Saya bertanya pada seorang ibu, namun katanya dia bukan orang sini jadi nggak tau. Dan bertanya lagi pada petugas, di suruh langsung nyebrang jalan saja. Ehh, ternyata penginapannya dekat dan kelihatan dari station.
Namun sedikit masalah terjadi saat saya tiba di hostel, dengan menunjukkan bukti booking saya ingin langsung check-in, namun petugas receiptionist nya mengatakan kalau bookingan aku di cancel, jadi aku harus booking ulang. WTF!!! Hati aku mengumpat dong, udah capek gini. Kemudian mereka memberikan pasword wifi untuk aku booking ulang di booking.com (kalo mau cari aman jangan booking disini deh, ribet). Setelah booking selesai dan comfirmed status, kemudian aku bayar dan mereka minta 10 Sgd untuk deposit locker, oh shit! Aku nggak bisa apa-apa. Tapi katanya aku bisa ambil deposit ini setelah check-out. Okelah, aku sudah capek, ingin cepat istirahat. Kemas barang dalam locker, cuci kaki, cuci muka, gosok gigi langsung tidur. Apa yang terjadi, aku gak bisa tidur, suasananya sangat berisik, aku kebetulan dapet kamar yang bukan tourist isinya tapi kayak anak kost-an disitu. Oh, lord, apalagi mereka dengan seenaknya mati-nyalakan lampu. Istirahat malam pertama yang tidak menyenangkan.
Itinerary:
Bandung-Jakarta
Jakarta-Singapore

Changi Airport-MRT Station Kallang (penginapan)


Hari ke-2 (30 November 2015)

Aku tidak biasa bangun sepagi ini, mungkin karena efek ketidaknyenyakan tidur. Kamu tahu sendiri kan kalau aku tidak terlalu menyukai pagi tanpa nya. Masih terlalu awal untuk mengingat semua kenangan itu kembali, tapi kuhentikan disini (jika bisa). Waktu sudah menunjukkan pukul 7.30 waktu singapore, berarti jam 6.30 kalau waktu Indonesia (karena perbedaan waktu satu jam). Aku buru-buru mandi dan siap-siap karena hari ini aku akan mengunjungi Merlion Park dengan sejuta pemandangan indahnya itu. Iya, dengan langkah seribu aku menuju station MRT Kallang (green line) jurusan Joo Koon dan kemudian turun di MRT station Raffless Place. Kemudian aku ambil jalan keluar melalui exit B (sesuai petunjuk dari informasi yang aku dapatkan di blog perjalanan) dan sebelum semua berlanjut aku terpana berdiri diantara gedung-gedung yang menjulang tinggi, yah tanpa lupa untuk selfie. Gedung kantoran yang isinya orang-orang berdasi itu membuatku bingung jalan, sehingga harus bertanya pada orang sekitar dan mereka juga tidak tahu. Mencari arah menuju Singapore River, sampai akhirnya aku melihat Cavanagh Bridge yang terletak berhadapan dengan Hotel Fullerton. Dari situlah aku menemukan arah jalan, kecape-an berjalan sendiri—iya sendiri tanpa kamu atau siapapun—meski aku berharap lho bisa selfie berdua diantara bangunan jembatan kondang Cavanagh itu.
Cukup lelah, mentari juga senyum sendiri melihat aksi selfie-ku, tanpa malu pada siapapu, toh aku tidak mengenal satupun orang di negara itu. Singgah sebentar di pelantaran taman dekat Victoria Memorial Hall, sarapan roti dan susu yang aku bawa dari Indonesia. Cukup kenyang. Kemudian melanjutkan perjalanan panjang melewati lorong jembatan yang cukup indah. Aku bertanya lagi pada petugas taman, katanya aku harus berjalan menyusuri Singapore River ini untuk ke Merlion Park. Aku ikuti petunjuk, dan cukup jauh karena waktu selfie yang prioritas. Sudah terlihat Esplanade (Gedung Durian), Marina Bay Sands dan Garden by the Bay, tentunya masih terlihat jauh, mengelilingi Singapore River.
Berjalan dan terus berjalan menyusuri keindahan sungai yang airnya sangat jernih, ah aku tidak akan membanding-bandingkan dengan sungai-sungai di Indonesia, tidak. Berjalan sambil selfie, sepertinya ini yang dimaksud dengan penyakit selfie addict. Dan tara... Tidak jauh terlihat berdiri megah patung lion yang mengeluarkan air dari mulutnya itu. Iya, aku sudah berada di kawasan Merlion Park, hanya tinggal menyusuri satu jembatan lagi yaitu Esplanade Bridge yang kira-kira 3 menit berjalan kaki lagi. Di Merlion Park semua orang berfoto ria, selfie, wefie atau apalah namanya itu yang pasti aku tidak menghiraukan siapapun disana. Aku selfie pede aja. Hihihi.....
Lama, lama, dan sangat puas berselfie ria dan banyak banget bertemu orang dari berbagai belahan bumi lainnya. Yah, seperti biasa aku hanya memilih diam, tanpa bicara. Karena aku tidak mengenal mereka semua, meski banyak muka orang Indonesia disana, tapi wait wajah aku saat di Singapore kayak wajah orang Thailand lho, #ihiw.
Sempat diminta mem-fotokan sepasang kekasih yang dengan mesra tangan cowoknya mendarat di pinggang si cewek. Lalu aku bisa apa? Menari-nari sambil selfie, kan nggak terlalu lucu. Jadi solo backpacker cukup menguji kesabaran, terutama ketika diminta jadi tukang foto. Yah, tapi aku juga tidak kalah narsisnya berselfie diantara kerumunan orang.
Sudah pukul 12.00 waktu Singapore, cukup lelah dan sedikit lapar juga. Masih di kawasan Merlion Park. Disini banyak tempat yang berdekatan seperti Marina Bay, Esplanade, dan taman Bay Sand, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Namun, kaki ini lecet dan rasanya tidak kuat menahan beban langkah lagi. Sehingga aku menuju Esplanade melintasi Jubilee Bridge kemudian belok kiri menuju Asian Civilisation Museum, kemudian duduk di dekat taman yang menyuguhkan pemandangan indah gedung-gedung menjulang tinggi dengan pesona Singapore River yang airnya riak-riak kemilau; sangat indah. Disini sendirian, mengandalkan wifi gratisan, ditemani dua helai roti yang sudah terbungkus susu. Iya, untukku makan siang, karena aku tidak berasa kelaparan jadi cukuplah roti dan susu ini membodoh-bodohi cacing dalam perut yang tidak terlalu berisik.
Sejejurnya aku tidak suka jajan, apalagi jajanan di Singapore sudah pasti mahal. Namun untuk yang satu ini aku tidak dapat menahan hasrat lagi. Dengan bicara bahasa inggris seadanya aku memesan sepotong ice cream manggo dengan apitan roti yang membuatnya jadi apik, besar cukup melepas haus sekaligus (jika) lapar. Harganya 1 Sgd, dan aku membayar dengan uang pecahan 2 Sgd namun bapak penjualnya mengembalikan uangku sebanyak 9 Sgd. Mungkin bapaknya sedang lelah, sehingga tidak terlalu konsentrasi. Dengan ucapan “thank you, sir” aku langsung melesat bagai piringan UFO menuju Cavanagh Bridge untuk menikmati ice cream di seberang sana. Bapak itu, aku yakin dia adalah salah satu potret orang miskin yang ada di Singapore. Berbeda dengan orang-orang berdasi di pelantaran area gedung kantor di OCBC Bank dan lain-lain di seberang tempat ia berjualan. Tidak sendirian dia juga ada temannya, dengan berjualan minum-minuman dan makanan ringan (semacam dagangan kelontong). Maafkan aku bapak-nya, bukan bermaksud curang namun.... Ah, aku tidak punya alasan untuk ini, percayalah rejekimu akan berlimpah; aku berdoa untuk itu. *syedih*
Duduk sebentar menikmati indahnya lukisan yang belum terbingkai dalam benakku sebelumnya itu, sambil mengecap ice cream yang enak banget seharga 1 dolar itu. Kemudian aku berkeliling mencari-cari Station MRT karena tujuan berikutnya aku akan ke Bugis Street, yah sekedar memanjakan mata. Katanya di Bugis ini syurganya belanja, uyeee, sayangnya aku belum berencana membeli apapun. Dari station MRT Raffless Place (masih green line) kemudian turun di Station MRT Bugis. Setelah menuju pintu exit, aku langsung mencari arah dengan Maps Me (peta singapore offline—dapat di download di play store). Setelah ketemu jalur kanan, kemudian menyebrangi jalan (bukan jalan kenangan). Keteraturan lalu lintas di Singapore boleh diacungkan 4 jempol, sebab pejalan kaki sangat diutamakan. Dan lagi para pejalan kaki taat aturan, mereka tidak menyeberang di sembarang tempat, serta ada tanda lampu rambu untuk pejalan kaki.
Welcome to Bugis Street, mari belanja, eh manjakan mata. Hahaha..... Banyak yang ingin dibeli namun tujuan kesini bukan belanja melainkan bermanja-manja. Haha. Tapi aku hanya membeli baju seharga 3 Sgd mengingat aku hanya bawa baju 2 helai saja. Setelah lebih dari satu jam keliling-keliling, kaki ku sudah rasa ingin berhenti berpijak pada arah manapun. Duduk sejenak menikmati lalu lalang berbagai macam manusia. Kelelahan, hingga akhirnya aku memilih untuk ke MRT station berencana untuk pulang. Namun, rencana berubah di tengah jalan, karena waktu masih menunjukkan jam 3 sore, aku memilih untuk menikmati sensasi naik MRT hingga ke station paling ujung di Joo Koon. Sekitar 2 jam PP, hanya berdiam diri di dalam MRT menikmati hilir mudik, keluar masuk manusia super sibuk dari station satu ke station lainnya. Finally, tujuan akhirku singgah di station Kallang, dan menuju penginapan untuk istirahat.
Semalaman aku memilih tidak kemana-mana karena sangat lelah. Hanya istirahat dan mencari makan malam di sekitaran Geylang Road, ketemu restoran India. Aku tidak punya pilihan lain selain ini, karena lelah untuk mencari-cari lagi. Tara, makanan penuh aroma rempah dengan lauk sotong pesananku datang dan baru kali ini disuguhkan makan dengan ‘talam’ atau nampan, yang mana nampan kalau dikampungku hanya untuk menyuguhkan minuman untuk tamu. Tetapi disini aku disuguhkan makan pakai nampan dialas daun pisang, gokil. Aku tertawa getir dalam hati. Disuguhkan minuman semacam jamu yang tak keruan kelat rasanya. Dan untuk makan harganya 4,5 Sgd.


Itinerary:
Station MRT Kallang-Station MRT Raffless Place-Singapore River-Merlion Park-Marina Bay-Garden By the Bay-Esplanade-Asian Civilitation Museum-Station MRT Raffless Place-Station MRT Bugis-Bugis Street-Station MRT Joo Koon-Station MRT Kallang-Penginapan



Hari ke-3 (1 Desember 2015)

Masih ditempat yang sama dan suasana yang sama, aku masih membenci pagi yang menyapa dengan gerimis itu. Iya, cuaca hari ini tampak mendung dan tak cukup bersahabat. Rencana perjalananku hari ini adalah ke Sentosa Island (hanya itu) karena aku yakin tak cukup satu harian untuk ku menjelajahi ruang-ruang didalamnya (sekali lagi ini bukan ruang kenangan ataupun ruang rindu). Persiapan pagi, seduh indomie (meski ada sarapan free roti dan kopi di hostel tapi aku tetap memilih mie gelas yang aku bawa dari Indonesia). Langsung menuju MRT karena dari hostel hanya berjalan 1 menit saja, station MRT nya kelihatan dari hostel. Uwow, saldo di Ez-Link card nya habis sehingga harus top-up, jadi aku top-up 10 dollar (karena top-up minimalnya segitu).
Dari station MRT Kallang menuju ke station MRT Outram Park (green line) kemudian transit di Outram Park turun satu lantai menuju station Nort East Line (warna ungu) agak jauh jalannya, naik dari Outram Park dengan Nort East Line dan turun di Harbourfront, yang letaknya di Vivo Mall. Setelah keluar station langsung masuk ke dalam Mall, mencari jalan menuju Broadwalk (karena jika naik monorail atau kereta gantung bayarnya lumayan cyinn) sehingga memilih Broadwalk (jalan kayu melintasi laut menuju Sentosa Island) dan seperti info yang aku dapat bayarnya hanya 1 dollar bisa pake Ez-Link card MRT.
Setelah ketemu jalannya, tidak lupa selfie untuk menghilangkan rasa penat menikmati lebih dari 500 meter perjalanan. Tapi tidak berasa capek karena ada travelatornya. Setelah di pintu masuk, ternyata free entry hingga 31 desember, nasib baik, jadi tidak perlu membayar 1 dollar. Semua tempat aku jelajahi seperti siloso point, resort world sentosa menikmati patung merlion, menikmati Lake of Dream dan tidak lupa foto di bola dunia universal studio Singapore. Kalau dipikir-pikir tidak akan habis sehari untuk menjelajah pulau mimpi ini, karena banyak tempat berbayar jadi tidak semua aku jelajahi, hanya yang free saja. hihihi.... yang terpenting selfie tetap jalan.
Wait. Aku menemukan seseorang traveller dari Dilli, Timor Leste, namanya Gill. Berawal dari dia minta foto jadinya kenalan dan memutuskan untuk barengan agar bisa gantian foto. Tapi sayangnya dia harus buru-buru akan ke Orchard Road, jadi dia pergi duluan. Sementara aku masih asyik menghitung kenangan yang berserakan, eh. Tidak. Aku masih asyik selfie.
Capek. Lelah. Kaki ku lecet setelah aku periksa dengan membuka sepatu dan kaos kaki, kemudian menyiramnya dengan air dalam botol minumanku. Seger....
Kemudian pulangnya masih melewati Broadwalk lagi (biar free), disambut dengan hujan deras melanda di penghujung pulau itu. Ah, hujan lagi. Seandainya kamu disini, hmm... Iya, kamu yang dahulu pakai baju hitam bertulis dan bercelana jeans, kalau tidak salah kamu pakai jam tangan keemasan serta sepatu biru dongker. Aku masih mengingat posturmu kala itu, ngangenin, setiap kali hujan.
Setibanya di Vivo Mall, tak ingin berlama-lama disini aku langsung turun ke basement dimana station MRT Harbourfront. Dan ide cemerlang langsung menghampiri bahwa aku akan ke Chinatown, dimana pusat pemukiman tionghoa dan oleh-oleh juga. Hanya melewati satu station, tiba di station MRT China Town. Masih dengan suasana yang sama, Hujan. Sehingga memaksaku harus mengibarkan payung ungu ini untuk berteduh dari rintik-rintik rindu yang berjatuhan menyerupai kenangan itu. #ihiw.
Tara. Aku membawa payung berwarna biru dari Indonesia, cukuplah untuk menahan tetesan rindu yang menghujani saat itu. Berpayung di deretan food street China Town membuat aku tak pernah lupa mengabadikan moment indah dengan selfie (sudah resiko melancong sorangan). Isinya kebanyakan bule-bule, sangat sedikit muka asia yang menempati kursi-kursi disana. Indah memang, ornamen oriental khas tionghoa mengenangkan aku pada Kota Singkawang di Kalimantan Barat, mirip sekali. Hanya saja disini tertata rapi dan sangat indah dipandang (sekali lagi aku tidak membandingkan Indonesia dengan Singapore). Berkeliling ria, dan memandang pernak-pernik cantik yang membuat mata ini terkesima. Iya, akhirnya tergoda juga. Belanja oleh-oleh untuk kedua kalinya kira-kira 20 Sgd.
Ada rencana ingin mencicipi Chines food di sini tapi hati berkata lain, karena belum terlalu lapar. Tapi disini teman-teman muslim tidak recomend deh kalo ingin icip-icip kuliner. Hehehe. Keasikan berkeliling bersama hujan, karena sudah kabut mengelilingi sore (hampir malam) aku memilih menuju station MRT dan bersiap untuk balik ke penginapan. Seperti biasa aku harus transit ke station MRT Outram Park untuk menuju station MRT Kallang dengan green line jangan salah jurusan ambil yang menuju Changi Airport.
Setibanya di station MRT Kallang, hujan berhenti tersapu oleh sisa kenangan saja, eh. Aku jadi baperan gini deh. Di penginapan orang-orangnya cukup ramah, apalagi owner-nya sangat baik, menawarkan makan dan minum. Sayangnya aku tidak tertarik makan atau minum sebab selalu ramai yang nongkrong di depan, karena bersebelahan dengan cafe dan restoran. Tapi aku tak ingin mencoba, karena terlihat seperti restoran mahal. Sehingga malamnya aku ke restoran India lagi, dengan menu dan makan pake talam. Aku berharap kemarin adalah pertama dan terakhirku makan pake nampan, namun ternyata masih ada malam ini. Dan dengan harga yang berbeda karena tambahan teh tarikh. Jadi aku harus bayar 5,9 Sgd, muahaaaalll..............

Itinerary:
Station MRT Kallang-MRT Outram Park-MRT Harbourfront-Sentosa Island-MRT China Town-China Town Street-MRT Outram Park-MRT Kallang-Penginapan


Hari ke-4 (2 Desember 2015)

Hari ini sengaja tidak bangun terlalu pagi, bukan karena membenci pagi (lagi) namun karena kecapekan. Kulihat jam di handphone sudah menunjukkan pukul 8 pagi, berarti di Indonesia masih jam 7 pagi. Segera aku terbangun dari tidur kemudian berkemas, karena hari ini aku akan pulang ke Indonesia, penerbangan jam 2.30 siang waktu Singapore. Setelah siap-siap, aku langsung ke depan untuk seduh indomie, karena stok yang cukup banyak terpaksa aku harus bawa mie-mie itu balik lagi ke Indonesia karena tidak habis dimakan, sayang saja jika harus dibuang, mubazir.
Setelah check out mengembalikan kunci locker dan menunjukkan kuitansi deposit, uang deposit 10 Sgd di kembalikan lagi ke tanganku. Segera pergi berjalan menuju station MRT Kallang dengan tujuan kali ini station MRT Tanah Merah kemudian dilanjutkan ke station MRT Changi Airport, kurang lebih setengah jam perjalanan. Setibanya di Airport terminal 3 aku harus naik monorail bandara untuk ke terminal 1. Karena penerbangan untuk Asia rata-rata di terminal 1. Setelah tiba di terminal 1, langsung self check-in Air Asia untuk mendapatkan boarding pass. Sangat mudah dan tanpa antrian. Setelah itu langsung menuju pintu keberangkatan, dan pemeriksaan imigrasi. Hanya dua orang saja mengantri sehingga aku tidak perlu lama menunggu. Setelah beres, aku jalan-jalan menikmati bandara megah itu, tidak lupa untuk selfie.
Sempat kebingungan karena gate keberangkatan di boarding pass tidak tertera sehingga aku harus bertanya di meja informasi. Dan dikatakan kalau Air Asia tujuan jakarta—pesawat yang aku tumpangi waiting room nya di gate C22. Sangat besar, sehingga jauh sekali menuju gate itu. Tidak lama kemudian dilayar berubah menjadi penerbangan ke Bali. Sehingga tidak beberapa lama kemudian aku bertanya lagi pada satpam, dan katanya menunggu di gate A17, kebetulan bapak itu fasih berbahasa Indonesia sepertinya memang orang Indonesia. Menunggu gate di buka di A17, setengah jam kemudian terdengar pengumuman berbahasa inggris bahwa gate keberangkatan untuk penerbangan AA ke Jakarta di gate A18, karena tidak jauh jadi aku tetap menunggu di tempat yang sama. Tidak lama lagi terdengar lagi pengumuman dengan bahasa yang sama bahwa penerbangan untuk AA tujuan Jakarta di gate A26. Oh, God. Kalau aku tidak ngerti sama sekali bahasa inggris mungkin sudah nangis bombay disini.
Finally, gate dibuka bersamaan dengan penerbangan pesawat Jetstar dengan tujuan Jakarta juga. Setelah pemeriksaan imigrasi di gate, shampoo dan sabun cair aku di sita imigrasi karena tidak boleh membawa lebih dari 100 ml bahan liquid. Ya sudah, aku udah ikhlas dari kemarin-kemarin kok. Tinggal menunggu boarding di ruang tunggu, ternyata pesawat kami delay satu jam. Yah, pasrah pisan dah. Harapan hati mah, cepat nyampe rumah dan istirahat tidur nyenyak. And then, berangkat juga. Di dalam pesawat aku membeli nasi ayam rica dan teh american breakfast untuk dinikmati selama perjalanan. Lumayan mahal karena didalam pesawat. Dan setiap penumpang diwajibkan mengisi kartu imigrasi untuk kedatangan atau kunjungan ke Indonesia, diberikan oleh pramugara/i di pesawat.
Landing di bandara Soekarno-Hatta. Welcome home, di terminal 3. Setelah turun sangat lama mengantri di imigrasi untuk cap paspor, panjang sekali seperti antri beras gratis. Setelah kelar cap paspor dan tanpa kendala, kemudian pemeriksaan barang di bea cukai (hati-hati saja bagi yang suka belanja banyak di luar negeri). Dan kartu imigrasi yang diisi di pesawat dikembalikan ke petugas yang jaga dekat pemeriksaan itu. Setelah itu keluar bandara dan langsung memesan tiket untuk shuttle bus ke Bandung. 3 jam kemudian nyampe Bandung, and finally real welcome home. Sekian cerita perjalanan singkat aku, semoga bisa berbagi di perjalanan aku yang berikutnya. See you.


Note:
Pengeluaran
Tiket Pesawat PP Jakarta-Singapore Air Asia                                                 545.000 IDR
Jakarta-Bandung PP Shuttle Cipaganti                                                            280.000 IDR
Penginapan di Singapore 4 hari 3 malam     42 Sgd ($ Singapore)
Makan                                                             9 Sgd ($ Singapore)
Minum                                                            1,9 Sgd ($ Singapore)
Jajan                                                                2 Sgd ($ Singapore)
MRT Ez-Link                                                22 Sgd ($ Singapore)
Total pengeluaran                                           76,9 Sgd ($ Singapore)
Rate Rupiah (saat itu)                                 9.600 IDR                             
Total                                                                                                                 738.240 IDR
Oleh-oleh  :’(                                              32 Sgd ($ Singapore)           =       307.200 IDR

Jumlah Total Pengeluaran                                                                                 1.870.440 IDR






Galery Photo:

China Town

Food Street Chinatown

Merlion Park

Sentosa Island

Universal Studio Singapore




Tidak ada komentar:

Posting Komentar