Kamis, 26 Februari 2015

Deru Haru Sang ‘Prastya Mandala’









Oleh: Nico Ajah
Cinta itu terkadang bermula di awal cerita.
Bukan untuk kali ini, saat cerita itu berada di akhir kisah.
Bukankah seharusnya demikian?
Cerita itu—antara jarak yang menenggelamkan rindu dalam kenangan—kini.
Tidak! Bahkan hingga detik ini pun cerita itu masih tetap saja abadi—terngiang, menari di pelupuk mata.


PK-27 begitu aku dan yang lain menyebutnya dalam cerita.
Ah, terlalu dramatis jika aku menyebutnya rindu yang terbayar.
Penuh asa dan haru dalam temu, melebur dalam satu tujuan mulia—mengharumkan nama bangsa, Indonesia. Bukankah sudah seharusnya demikian?
Mungkin, aku harus menjawab tidak (lagi),
Masih terdapat jutaan insan di luar sana yang tidak bernasib sama dengan aku dan keluarga baruku—PK-27,
Masih jutaan manusia yang berjuang untuk tetap mendapatkan bangku pendidikian...

Dan....
Di pundak kami, amanat bangsa kini telah terukir,
Di tangan kami janji suci itu telah tergenggam,
“Prastya Mandala” begitu seruan menderu yang berdentum dari setiap pulau Nusantara raya.
“Berjanji setia untuk Negara” demikian pula kata itu mendengung membentang dari Sabang hingga Marauke.

Cukupkah? Tidak....
Janji itu akan senantiasa melekat dalam hati kami....
Janji itu akan selalu terngiang dimana pun kami melangkahkan kaki....
Dan, janji itu akan segera kami tunaikan....
Iya, setelahnya....
Hingga PK-27 akan kembali bersua di negeri pertiwi....
Terimalah wahai negeri, bhakti kami ‘Prastya Mandala’....

Dibawah sinar langit senja Yogyakarta, 17 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar