Jumat, 07 Juli 2017

Lost in Pattaya, Thailand

Pattaya adalah salah satu kota kecil yang wajib kamu kunjungi ketika di Thailand. Kota ini tidak begitu jauh dari Bangkok, ibukota negara Thailand. Sekitar 3-4 jam perjalanan darat, bisa menggunakan Bus umum, Uber atau Grab, Shuttle bus, dan pesawat tentunya. Pada perjalananku kali ini aku memilih menggunakan Bus umum yang warna biru, khas sekali. Jalur Bus umum ini bisa dari Terminal Mo Chit atau bisa dari Terminal Ekkamai. Berhubung aku penerbangan dari Jakarta-Bangkok menggunakan Thai Lion Air, jadi landingnya di Don Mueang Airport. Menurut beberapa referensi blog yang aku baca, tidak ada bus langsung dari bandara ke Pattaya. Kecuali jika landing di Suvarnabhumi Airport, bisa langsung ke ground 1 dan naik bus langsung ke Pattaya.

Setelah melewati imigrasi untuk cap paspor, aku langsung menuju pintu keluar 1 (tulisannya: exit 1) untuk mencari shuttle bus bandara menuju kota Bangkok. Tadinya mau nunggu, ternyata bus nya sudah mejeng di depan mata. Jadinya gak capek-capek menunggu (karena menunggu itu shakitt... Hikzz). Shuttle bus A1, jangan salah nomor bus nya. Shuttle A1 ini trayeknya Mo Chit BTS, dan terakhir Mo Chit Bus Terminal. Kalau A2 bisa langsung ke pusat kota, seperti Lumpini Park, Pratunam Market, dll. Nah, ketika bus tiba di Mo Chit BTS, penumpang pada bubar, bus seketika sepi, hanya tersisa 3 penumpang saja.


Setibanya di tujuan akhir, Mo Chit Bus Terminal, aku turun dengan penuh percaya diri, meski tas ranselku cukup berat. Aku belum makan dari siang, sebelum membeli tiket bus ke Pattaya, aku membeli makanan dahulu di Seven Eleven. Setelah itu langsung membeli tiket seharga 117 Bath. Niat hati ingin makan di Bus, tapi tidak boleh, bahkan makanan yang aku beli di taruh di bagasi. Jadilah aku menunda lapar dengan minuman berjelly ala Thai.

Perjalanan dari Bangkok ke Pattaya mulus banget, dalam waktu 4 jam kami tiba di Terminal Bus Pattaya. Selama di Bus aku memilih diam, tidak ingin berkomunikasi dengan orang di sebelahku. Karena aku sama sekali tidak mengerti bahasa Thai. Hanya saja, karena aku duduk di bangku paling belakang, jadinya dekat dengan toilet bus, dan itu cukup bau pesing. Sebelum meninggalkan bus, sopir yang tadi menyimpan makananku di bagasi langsung mengambilkan makanan itu untuk diberikan padaku. Mereka sangat respek, saya pun ikut respek, cuma bilang Khob Khun Khab dengan posisi tangan dikepit. Aku istirahat sejenak, duduk di kursi untuk menikmati makananku. "Ok, fine. Ini aku sudah di Pattaya", gumamku dalam hati. Tak ada satupun orang yang kukenal, dan bahasa mereka tak bisa kumengerti sama sekali. Aku mendadak tuli, mendadak bisu, seketika.

Setelah menyelesaikan makananku, aku memerhatikan sekeliling. Ada yang cincai-cincai bahasa inggris nawar Songtew (transportasi lokal di Pattaya), dan ada yang cincai-cincai nawarin jasa ojek. Dan aku tidak mengerti yang mereka katakan. Aku menuju Seven Eleven lagi, mencari air putih, rasanya gak afdol kan abis makan tanpa minum. Harga air putih dengan botol sedang seharga 7 Bath. Setelah meneguk habis isi botol, baru aku cincai-cincai nawar ojek yang mangkal tidak jauh dari depan Seven Eleven. Harga ojek rata-rata 80 Bath sampai tujuan. Saya dan tukang ojek tidak banyak bercakap, selain saya tunjukkan secarik kertas bertuliskan nama hostel tempatku menginap. Setelah hampir 15 menit muter-muter, tidak nemu juga hostel yang dicari. Fine, aku harus bertanya lagi dengan bahasa inggris cincai-cincai (selain mereka yang kutanya tidak bisa berbahasa inggris, aku juga tidak bagus berbahasa inggris, hihihi). Nanya tukang salon rambut, nanya tukang loundry, dan terakhir nanya di Bar yang adalah pemilik hostel tempatku menginap. Finally, langsung check-in, mandi lalu istirahat.

Hari yang cerah. Aku bangun hampir tengah hari, jam 10.00, matahari sudah sangat menyengat, panas. Setelah mandi, dan tidak lupa gosok gigi, aku langsung meninggalkan hostel untuk jalan-jalan. Konsepnya jalan-jalan, dan aku jalan kaki kemanapun. Tempat utama yang aku tuju adalah Pantai Pattaya (Pattaya Beach) yang sangat tersohor hingga kemana-mana itu. Menurut maps (aku menggunakan aplikasi maps me, sangat membantu sekali aplikasi maps off-line ini) aku harus berjalan sepanjang 2 KM lurus dari hostel menuju pantai. Tetapi, aku tidak ingin buru-buru ke pantai, pasti sangat panas jam segini. Aku berputar ke arah kanan hostel, disana aku menemukan banyak tempat belanja di pinggir jalan. Mulai dari souvenir hand made warga lokal, hingga yang bermerk. Di perjalanan aku menemukan pusat perbelanjaan alias Mall. Tanpa pikir panjang aku langsung masuk ngadem, ahahaha.... Setelah berpanas ria jalan kaki, finally ketemu AC. Cukup lama disana, sekedar melihat-lihat saja. Aku melanjutkan perjalanan menuju pantai, banyak spot poto menarik buat selfie. Di kota ini, banyak laki-laki yang berbusana telanjang dada, mengenakan celana kolor saja. How greget this. Hahaha.....

Songtew ada dimana-mana, begitu pula dengan taksi. Tapi aku memilih tidak naik transportasi apapun disini. Aku melangkahkan kaki, pasti sampai di pantai. Banyak hal yang aku jumpai dengan berjalan kaki, terutama menikmati kota mungil ini. Banyak lorong-lorong menuju pantai, tapi aku tidak langsung ingin ke pantai. Lorong-lorong ini isinya Bar, Massage dan caffe. Sepanjang jalan banyak SPG massage berdiri menawarkan jasa mereka, mulai dari perempuan muda hingga yang tua, ada pula cowok-cowok muda dan cakep, dan yang greget adalah ladyboy yang cantik-cantik.

Tiba di Pattaya Beach, matahari sudah mulai condong mau tenggelam. Aku puaskan foto-foto selfie, kemudian membeli beberapa makanan untuk dimakan sambil menikmati sun-set di bibir pantai. Ribuan orang lalu-lalang, banyak yang berbusana serba kekurangan bahan. Mungkin kulturnya sudah begitu. Jalan di trotoar jalan raya mengenakan celana kolor itu sangat biasa. Aku menikmati pantai yang sangat renyah, puluhan pasang orang tak lekang dari pandang sedang kissing. Diantara mereka ada yang laki-laki dengan perempuan, dan ada pula laki-laki dengan laki-laki. Hanya, beberapa pasang perempuan dengan perempuan yang cuma bermesraan, berpegangan tangan, kemudian cium pipi. Begitulah pemandangan yang bagiku sama sekali asing. Sekali lagi, aku tidak bisa apa-apa, hanya mengusap bibir. Wkwkwkwk.....

Sore berlalu, aku masih duduk di tempat yang sama. Suasana kota mulai memerah, lampu-lampu jalanan mulai berkerlip manja. Perempuan-perempuan PSK mulai keluar sarang, mereka mangkal di pinggir pantai Pattaya. Aku memadangi satu demi satu tubuh-tubuh mungil, dengan pakaian ketat dan seksi. Begitulah cara mereka menarik minat pelanggan, yang notabenenya adalah banyak orang bule. Tak malu mereka memegang tangan setiap laki-laki yang lewat, bahkan langsung memeluk. Oh, Godness. Kota free sex di tempatku berpijak kini. Tak salah jika Thailand dijuluki sebagai destinasi wisata seks paling besar di Asia Tenggara.

Aku menelusuri lorong street walk. Tidak ada kendaraan yang lewat di tempat ini, semua pejalan kaki. Inilah surganya Pattaya, dimana Bar, caffe dan Masage lengkap disini. Terlebih paketan seks yang mereka tawarkan. Perempuan-perempuan di pajang di depan Bar, dan di depan tempat Massage. Tidak hanya perempuan, laki-laki muda pun di pajang dengan penuh gairah. Aku melewati tempat Massage Fresh Boy, disana laki-laki muda berwajah oriental khas Thai dipajang hanya dengan mengenakan celana dalam berwarna putih. Pelanggan bebas memilih, laki-laki mana yang mereka inginkan. Shit! Kota ini juga merupakan sarang Pedofilia.

Perjalananku menuju hostel hampir salah arah, karena baterai hp ku sudah hampir kosong. Aku mencoba mengenali arah-arah yang tadi aku lewati. Dan ternyata aku melewati banyak lorong-lorong malam yang lebih menggugah iman. Hahaha, night life di Pattaya, luar biasa! Aku tersungkur dalam pelukan malam, tidur pulas karena seharian berjalan kaki. Tidur.

Hari baru, masih sama, dengan suasana panas bedengkang (ini bahasa pontianak). Aku harus check-out dari hostel dan move ke hotel yang berbeda. Setelah check-out jam 12.00, aku langsung berjalan menelusuri jalan yang kutapaki kemarin. Menuju hotel yang letaknya di pinggir pantai Pattaya, berpanas ria, membawa ransel. "Oh, ghost! Aku udah berasa beneran backpacker". Lebih dari setengah jam aku mencari itu hotel, ternyata letaknya berada di seberang bibir pantai. Fine, setelah check-in dan dapet kamar di lantai 9, dengan view pantai. How lucky I am! Kamar hotel ada balkonnya, sehingga bisa duduk santai sambil nge-teh menikmati pemandangan pantai.

Malamnya keluar cari makan di Seven Eleven. Makanan Sevel udah kayak menu favorite ku di Pattaya, selain murah cita rasanya gak jauh beda sama Indonesia. Beda sama kuliner yang ada di street food nya, pernah nyoba sekali kuliner di Pattaya, tapi lidahku tidak cocok dengan makanan yang rempahnya cukup menyengat. Jadi aku memilih makanan siap saji di Sevel, harganya beragam, mulai dari 25 Bath sampai 55 Bath, ada juga yang 75 Bath. Isinya nasi, lauk dan sayur. Makanan ini tidak reccomend buat teman yang muslim, karena rata-rata sayur campurannya daging babi, alias non-halal food. Selain itu aku juga nyobain kuliner ekstreem nya Thai, cemilan kalajengkin, belalang, dan ulat-ulat menggemaskan itu. Harganya 50 Bath, udah dapat mixed.

Sebenarnya akan seru menikmati pantai Pattaya di malam hari, tapi karena aku sendirian jadi malas keluar lagi. Pemandangan perempuan-perempuan penjaja seks berjejer di pinggir jalan, itu hal yang lumrah. Laki-laki pun demikian.

Empat hari aku di Pattaya (dua harinya full kegiatan), tujuan ke Pattaya hanya ikut kegiatan, jadi jalan-jalan hanya bonus. Dengan demikian pengalaman berharga adalah oleh-oleh. Hari keempat aku langsung move ke Bangkok. Dari hotel aku jalan kaki menuju Bus Terminal Pattaya, ternyata tidak terlalu jauh. Aku hanya berjalan kurang lebih 30 menit, tentunya dengan banyak tempat yang kujumpai. Tas ranselku yang cukup berat, jadi terasa ringan, karena aku sangat menikmati kota ini. Setibanya di Terminal Bus, aku langsung mengantri untuk beli tiket ke Bangkok, tujuanku ke Ekkamai Bus Terminal. Karena terminal ini dekat dengan pusat kota Bangkok. Harganya 108 Bath, selisih sedikit jika ke Mo Chit Bus Terminal. Setengah jam menunggu, bus langsung boarding penumpang. Sangat tertib dan teratur. Penumpang bus kami banyak orang korea yang ngetrip rame-rame, jadi isi bus itu banyak oppa-oppa dan unnie korea. Termasuk oppa yang duduk di sebelahku. Aku kayak sedang nonton film drama korea yang lagi syuting di bus. Oh, imajinasiku! Kurang lebih 4 jam dalam perjalanan, tiba di Kota Bangkok. Welcome Bangkok.


Ibu Kernet Shuttle Bus A1 Bandara Don Mueang ke Mo Chit Terminal

Terminal Bus Pattaya

Bus dari Bangkok (Mo Chit) ke Pattaya

Tiket Bus dari Pattaya ke Bangkok (Ekkamai Terminal) 
Kondisi dalam Bus dari Bangkok ( Mo Chit) ke Pattaya

Kondisi dalam Bus dari Pattaya ke Bangkok (Ekkamai)
Terminal Pattaya, Sebelum Boarding ke Bus
Icon Pattaya ini wajib buat Selfie

Gedung Pertunjukan Tiffany Show (Ladyboy Show disini)

Mall Central Marina Pattaya

Ini dia Jadwal Tiffany Show (Bisa juga foto-foto dengan ladyboy
setelah pertunjukan usai, tanpa masuk gedung, bayar 20 Bath per-foto)
Pattaya City View malam hari

Pattaya Beach (view dari balkon hotel)

Makanan Sevel Andalan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar