Jumat, 28 Agustus 2015

Penelitian dan Pengabdian: Bukan Hanya Sekedar Label


*Nikodemus Niko
*Universitas Padjajaran
 nicoeman7@gmail.com
disampaikan pada 4th Scientific Meeting 2015, PPBU DIKTI Nasional dengan tema: "Membangun Karakter Dosen untuk Kemajuan Pendidikan Tinggi di Indonesia".

Menjadi seorang dosen merupakan sebuah tugas dan amanah mulia yang dititipkan kepada tidak banyak orang sebagai generasi muda di Indonesia. Bukan perkara mudah untuk menjadi pendidik yang secara sungguh-sungguh mendidik—membangun karakter anak didiknya. Seorang dosen tidak kalah berat tugasnya, sama seperti seorang guru yang pada dasarnya memiliki fungsi yang sama: mendidik. Hanya saja yang menjadi pembeda antara guru dan dosen, seorang guru tidak terlalu dituntut untuk melakukan suatu penelitian atau suatu publikasi ilmiah, sedangkan seorang dosen dituntut untuk itu sebagai suatu kontribusi pengabdian kepada masyarakat dan bangsa.

Sebuah penelitian yang merupakan wujud nyata pengabdian kepada masyarakat tidak akan pernah terlepas dari peran dan fungsi masyarakat itu sendiri sebagai aktor yang meneliti dan diteliti. Sebagai aktor yang meneliti, seorang dosen harus memiliki wawasan luas tentang apa yang hendak diteliti untuk kemajuan masyarakatnya—sesuai dengan kebutuhan pada masyarakat saat ini. Karena amat disayangkan jika ada penelitian dosen yang kemudian tidak diterapkan dalam aspek kehidupan masyarakat.
Pendidikan minimal untuk menjadi seorang dosen saat ini adalah berpendidikan jenjang magister atau strata-2 (S2). Untuk mencapai pendidikan tersebut bukanlah dengan waktu yang sedikit dan tentu dengan biaya yang tidak sedikit pula. Apabila dikalkulasikan masa pendidikan hingga pendidikan S2 yaitu; Taman Kanak-kanak (TK) selama 1 tahun, Sekolah Dasar (SD) selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama 3 tahun, Sekolah Menengah Atas (SMA) selama 3 tahun, pendidikan S1 selama 4 tahun, dan pendidikan S2 selama 2 tahun.
Selama kurang lebih 19 tahun masa pendidikan untuk bisa sampai ke jenjang S2. Selama masa pendidikan tersebut tentu menggunakan biaya yang tidak sedikit. Dalam hal ini kurang lebih 50% biaya pendidikan yang dikeluarkan hingga jenjang S2 merupakan subsidi negara, dalam artian negara menanggung sebagian atau lebih biaya pendidikan yang diperoleh mulai dari TK hingga jenjang S2. Nah, sumber pendapatan negara itu berasal dari rakyat. Oleh sebab itu sudah sepantasnya kita mengembalikan ilmu yang kita peroleh itu kepada rakyat, dengan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan tiga pilar perguruan tinggi.
“Bila gajah mati meninggalkan gading, maka bila seorang dosen mati meninggalkan karyanya”, peribahasa lama ini saya ubah sedikit kata-katanya untuk mencocokkan dengan situasi dosen di Indonesia saat ini. Kesadaran seorang dosen untuk menerbitkan karyanya masih sangat minim, bagaimana bisa meninggalkan karya bila sudah mati kelak? Menurut laporan dari Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI), bahwa masih kurang dari  50% dosen di Indonesia yang menerbitkan buku (dalam ‘seminar penulisan buku bagi dosen muda’ di Yogyakarta, 2015).
Minat, kesadaran dan gairah dari seorang dosen untuk menulis dan mempublikasikan karyanya masih tergolong minim, padahal seorang dosen dituntut untuk mempublikasikan hasil tulisan dalam bentuk buku atau jurnal, baik di jurnal perguruan tinggi, jurnal nasional bahkan hingga ke jurnal yang bertaraf internasional. Untuk bisa memenuhi kewajiban publikasi tersebut seorang dosen tentu harus melakukan penelitian (research) yang bermanfaat dan berkelanjutan guna untuk pembangunan berbagai aspek di Indonesia.
Pada beberapa fakta, penelitian dosen (oknum dosen) hanya merupakan sebuah proyek yang diselesaikan untuk reward tertentu, bukan berdasarkan pada kebutuhan dan pengabdian untuk masyarakat umum. Sehingga tidak heran jika banyak sekali penelitian dosen yang dikerjakan dan dipublikasikan namun tidak ada efek apa pun terhadap suatu masyarakat tertentu. Penelitian seperti ini saya istilahkan dengan ‘penelitian latah’ yang hanya menumpang nama pada label tertentu. Sehingga untuk menyelesaikan penelitiannya pun banyak mahasiswa-nya yang menjadi korban.
Arti dari penelitian dan pengabdian dosen itu sendiri merupakan sebuah bentuk nyata peduli dan abdi dosen kepada rakyat banyak, sehingga penelitiannya diharapkan bermanfaat dan membantu untuk membangun kehidupan masyarakat. Penelitian dosen bukan hanya sekedar menumpang nama (label) dalam penelitian tertentu saja, namun lebih mengutamakan kualitas dan ke-bermanfaat-an untuk masyarakat luas. Sehingga peran untuk mempublikasikan hasil riset dan peran dalam pengabdian masyarakat dapat seimbang, tidak berat sebelah. Karena akan percuma jika seorang dosen hanya menitikberatkan perannya pada publikasi ilmiah saja, namun mengabaikan perannya dalam pengabdian masyarakat, begitu pula sebaliknya. Manfaat lainnya yaitu seorang dosen terlatih untuk menulis dengan baik (berkualitas), sehingga bukan perkara sulit untuk masuk ke dalam publikasi yang bertaraf internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar