Minggu, 12 November 2017

Begini Rasanya Wisuda Tanpa Kehadiran Orang Tua


Pertama-tama aku ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses aku menyelesaikan studi. Bahwasannya suatu mimpi yang panjang aku dapat menempuh sekolah hingga sejauh ini. Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas aku tidak pernah bermimpi untuk memasuki perguruan tinggi, aku berasal dari keluarga miskin yang tidak akan mampu membiayaiku kuliah.


Kemudian mukjizat Tuhan terjadi atasku pada tahun 2010 aku meraih beasiswa penuh bidik misi untuk menempuh studi Sarjana selama empat tahun. Aku belajar dengan sungguh-sungguh, memanfaatkan kesempatan menimba ilmu dengan penuh tanggung jawab, pada tahun 2014 aku menyelesaikan studi dengan predikat pujian, suatu kebanggaan, suatu kehormatan bagi anak petani miskin seperti aku. Saat wisuda aku sangat bahagia, aku bersama keluarga; ada bapak, ibu dan adikku. Aku dan keluarga ke acara wisuda naik angkot (oplet) tetapi tak sedikitpun menggantikan esensi kebahagiaan kami.

Aku wisuda untuk kedua kalinya pada beberapa hari lalu, rasanya ada yang kurang tanpa kehadiran keluarga. Aku sangat bersyukur mampu menyelesaikan amanah studi ini dengan tepat waktu. Aku studi S2 dengan beasiswa LPDP afirmasi. Kesempatan ini sangat berharga dan menjadi kebanggaanku, bangku sekolah S2 yang sangat jauh dari mimpiku. Aku anak petani miskin, yang hidup di pedalaman, bahkan di kampung tidak ada listrik. Aku bersyukur mampu mendapatkan kesempatan studi ini, aku berterima kasih kepada LPDP.

Aku menangis saat acara wisuda, bukan karena sedih namun haru. Seandainya Tuhan, keluargaku hadir merasakan kebahagiaanku saat ini. Namun, ku berpasrah dalam doa. Pertama, kampungku sangat jauh di pedalaman kalimantan yang kebetulan saat yang bersamaan sedang di landa banjir besar. Kedua, kepikiran dana untuk berangkat yang tidak sedikit, dari kampung ke kecamatan kemudian dari kecamatan ke pontianak, dan dari pontianak ke jakarta lalu dilanjutkan ke Bandung, perjalanan panjang dan memerlukan uang yang tidak sedikit, sementara orang tuaku bukan orang kaya. Aku berhasil menyelesaikan studi S2 ini dengan predikat cum laude, aku sangat bersyukur untuk satu anugerah ini.

Aku memaklumi kondisi keluargaku, meski mereka tidak sedang berada disini, aku yakin mereka selalu mendoakan untuk keberhasilanku, dan mereka akan bangga padaku. Terima kasih atas dukungan dorongan dan doa yang selama ini dicurahkan kepadaku. Terima kasih untuk cinta dan sayang yang tak pernah putus, meski aku jarang pulang ke kampung, tetapi doa yang terus mengalir mampu menguatkan aku selama di perantauan. Hari bahagiaku adalah hari bahagia kalian, meski raga kita tidak bersama-sama saat ini juga. Aku akan selalu bangga menjadi anak ibu dan ayah, aku akan selalu bahagian menjadi kakak bagi adikku.

Aku boleh bersyukur karena memiliki teman di rantau yang sangat baik. Mereka yang menemaniku saat aku wisuda, mereka adalah keluargaku disini. Terima kasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar