Jumat, 02 November 2012

contoh proposal penelitian by nico




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Penelitian
Dinamika kehidupan remaja di Pontianak bergeser menjadi suatu kebebasan seiring dengan berkembangnya zaman. Pola asuh keluarga bukan lagi menjadi prioritas bagi orang tua. Kecenderungan keluar malam sudah menjadi sesuatu yang tak tabu lagi bagi kehidupan remaja di kota pontianak. Sebagian di antara mereka adalah kaum gay. Oleh sebab itu, skripsi dengan judul “Komunikasi Verbal Gay di Kalangan Pelajar di Kota Pontianak” ini akan melihat dan meneliti bagaimana pola bahasa gaul yang selalu eksis di kalangan gay yang berstatus sebagai pelajar di kota Pontianak, baik di dunia maya seperti social networking maupun di dunia nyata.
Kaum gay merupakan kaum minoritas di tengah-tengah masyarakat heteroseksual.  Keberadaan kaum homoseksual khususnya kaum gay masih belum dapat diterima di tengah-tengah masyarakat karena masyarakat masih menganggap homoseksual merupakan suatu penyakit yang harus disembuhkan sehingga banyak kaum gay yang menutup diri di tengah masyarakat karena takut dikucilkan dari pergaulan masyarakat.
Penyebab mengapa seseorang bisa menjadi homoseks sampai sekarang masih diperdebatkan, belum ada studi yang dapat membuktikan secara pasti penyebab mengapa seseorang menjadi homoseks. (Greene & Croom, 2000. dalam http://www.berbagaihal.com/) Faktor biologis seperti misalnya genetik, gangguan prenatal, ataupun kelenjar endokrin dan juga faktor psikologis seperti misalnya pola asuh, lingkungan budaya ataupun peran gender tidak memiliki bukti yang konsisten dan kuat untuk menentukan secara pasti penyebab homoseksualitas.
Adapun salah satu masalah sosial yang perlu diperhatikan dalam kehidupan bermasyarakat pada hampir sebagian besar Negara di dunia adalah masalah Gay (Sardjono, 2007: 6). Masalah Gay di Indonesia merupakan fenomena yang menyiratkan suatu keadaan yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, yaitu norma susila, norma kesopanan, norma hukum dan norma agama. Masalah sosial merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan amoral, berlawanan dengan hukum serta bersifat merusak. Sebab itu masalah sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang di anggap baik dan apa yang di anggap buruk (soekanto, 1990:98).
Mereka yang menjadi Gay bukan hanya dari kalangan remaja saja, bahkan yang sudah dewasa dan mempunyai anak dan istri. Perilaku ini di picu karena mereka merasa nyaman memiliki hubungan sesama jenis.
Mereka yang gay gay sangat bisa menutup diri dari orang luar yang bukan  kelompok mereka dalam berinteraksi. Sikap dan perilaku nya sama seperti lelaki normal pada umumnya.

Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan internet, terdapat penelitian oleh Sigit Irawan (2008) dan Ratna Sufiatin (2005), dalam hal ini mereka menggunakan pendekatan deskriptif.



1.2  Perumusan Dan Identifikasi Masalah
1.2.1        Perumusan Masalah
Berdasar kan paparan latar belakang, maka di dapat perumusan masalah berikut:
Bagaimana pola komunikasi verbal Gay di kalangan remaja ketika mangkal di Hyundai jalan gajah mada kota Pontianak?
1.2.2        Identifikasi Masalah
Dari perumusan masalah diatas maka di identifikasi masalah penelitian berikut:
1.2.2.1  Bagaimana proses pelajar menjadi Gay?
1.2.2.2  Bagaimana eksistensi Gay pelajar di kota Pontianak?
1.2.2.3  Bagaimana pola komunikasi verbal Gay pelajar ketika mangkal?
1.2.2.4  Bagaimana pengalaman Gay pelajar dalam pergaulan di lingkungan sosial nya?

1.3  Maksud Dan Tujuan Penelitian
1.3.1        Maksud Penelitian
Adapun penelitian ini bermaksud ingin mengetahui dan memahami berikut:
1.3.1.1  Proses pelajar menjadi Gay
1.3.1.2  Eksistensi gay pelajar di kota pontianak
1.3.1.3  Pola komunikasi verbal Gay pelajar ketika mangkal
1.3.1.4  Pengalaman gay pelajar dalam pergaulan di lingkungan sosial nya

1.3.2        Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman utuh atas fenomena tentang pola komunikasi gay di kalangan pelajar di kota Pontianak berikut:
1.3.2.1  Proses pelajar menjadi Gay
1.3.2.2  Eksistensi Gay pelajar di kota pontianak
1.3.2.3  Pola komunikasi verbal Gay pelajar ketika mangkal
1.3.2.4  Pengalaman Gay pelajar dalam pergaulan di lingkungan sosial nya

1.4  Kegunaan Penelitian
1.4.1        Kegunaan Teoritik
Peneliti berharap penelitian ini memberikan sumbangan pada ilmu sosiologi dan berharap peneliti berikutnya meneliti dengan tema yang sama, namun dengan perspektif yang berbeda seperti paradigma fakta sosial dan paradigma perilaku sosial dengan teori-teori yang serumpun dalam paradigma tersebut.
1.4.2        Kegunaan Praktis
Adapun penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa maupun dosen yang meneliti dengan tema yang sama atau sejenis. Dapat menjadi bahan telaah bagi pemerhati sosial. Dan dapat menjadi pembelajaran umum bagi masyarakat luas khususnya di kota Pontianak.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS KERJA
2.1 Kajian Pustaka
            Kajian pustaka merupakan kerangka acuan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang menumbuhkan gagasan dan mendasari usulan penelitian.
2.1.1 Kajian Konsep
2.1.1.1 Konsep Gay
Kata Gay sekarang ini merupakan istilah yang biasa digunakan untuk merujuk kepada lelaki penyuka sesama jenis. Namun ternyata pada awalnya, kata Gay ini ternyata sama sekali tidak memiliki konotasi seksual apa pun. Kata "Gay" muncul di sekitar abad ke-12 di Inggris, kata ini diperkirakan berasal dari kata dalam bahasa Prancis "Gai". Arti asli kata tersebut adalah sesuatu yang memberi efek "menyenangkan", "santai", "penuh kegembiraan", atau "terang dan mencolok".
Pada sekitar awal abad ke-17, kata ini mulai dikaitkan dengan tindakan tidak bermoral. Pada pertengahan abad 17, menurut definisi kamus Oxford pada waktu itu, arti kata ini telah berubah menjadi "kecanduan pada kesenangan pemborosan" atau juga bisa berarti "hidup tanpa beban dan tidak bermoral". Selanjutnya pada abad ke-19, kata "Gay" digunakan untuk menyebut seorang wanita pelacur, dan kata "Gay Man" digunakan untuk menyebut seorang laki-laki yang tidur dengan banyak wanita dan pelacur. Selain itu, pada waktu itu dikenal juga istilah "Gay it" yang dimaksudkan untuk melakukan hubungan seks. Walaupun muncul definisi baru ini, tetapi makna asli dari kata ini yang berarti "menyenangkan", "santai", "penuh kegembiraan", atau "terang dan mencolok" masih tetap digunakan. Oleh karena itu, pada saat ini kata tersebut tidak secara eksklusif digunakan untuk merujuk kepada seorang wanita pelacur atau seorang lelaki hidung belang. Pada sekitar tahun 1920-an dan 1930-an, kata ini mulai memiliki makna baru. Kata "Gay Man" yang tadinya berarti seorang laki-laki yang tidur dengan banyak wanita, mulai berubah untuk merujuk kepada seorang laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki lain. Selain itu muncul juga istilah lain yaitu "gay cat" yang berarti pria homoseksual. Pada tahun 1955, kata gay secara resmi memiliki definisi tambahan yang bermakna laki-laki homoseksual. Orang yang mendorong untuk menambahkan definisi baru kata gay ini sendiri adalah seorang homoseksual. Karena ia merasa bahwa kata "homoseksual" adalah suatu istilah yang terdengar terlalu medis dan sehingga orang sering menganggap homoseksual sebagai gangguan atau kelainan jiwa.
2.1.1.2 Konsep Fenomenologi
Tugas fenomenologi adalah menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari dan dari kegiatan di mana pengalaman dan pengetahuan berakar (Craib, 1986:126).
Fenomenologi merupakan bentuk idealisme yang tertarik pada struktur-struktur dan cara bekerjanya kesadaran manusia yang secara implisit meyakini bahwa dunia yang kita diami diciptakan atas dasar kesadaran (Craib, 1986:127).
Fenomenologi sosial Schutz dimaksudkan untuk merumuskan ilmu sosial yang mampu ‘menafsirkan dan menjelaskan tindakan dan pemikiran manusia’ dengan cara menggambarkan struktur- struktur dasar  realita yang tampak ‘nyata’ dimata setiap orang yang berpegang teguh pada ‘sikap alamiah’. (Schutz dan Luckmann, 1974)
2.1.1.4 Konsep Komunikasi
Adapun Komunikasi sebagai proses memiliki bentuk:
a. Komunikasi Langsung 
Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat komunikasi berbentuk kata-kata,gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat, misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita.
b. Komunikasi Tidak Langsung 
Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis waktu misalnya menggunakan radio, membaca buku, dll.
c. Komunikasi Massa
Komunikasi massa yaitu komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal. Komunikasi masa yang baik harus :Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele bahasa yang mudah dimengerti/dipahami.
d.Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung ataupun dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan berlangsung secara timbal balik.
2.1.2 Kajian Penelitian Terdahulu
Menurut Sigit Irawan dalam tesis nya yang Berjudul Fenomena Homoseksual (Gay) Ditinjau Dari Proses Komunikasi Dan Eksistensinya Di Bandung”, menunjukan bahwa proses komunikasi gay terjadi dengan menggunakan bahasa â€Âœgayâ€Â yang hanya diketahui oleh kaum gay itu sendiri. Penggunaan teknologi komunikasi sangat membantu gay dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesamanya untuk menjaga eksistensinya. Media massa seperti internet, film, novel, dan buletin ada yang dibuat khusus untuk gay. Dalam penelitian nya Sigit menggunakan pendekatan deskriptif.
Lebih lanjut Ratna Sufiatin dalam tesis nya yang berjudul “Pola Komunikasi dan Interaksi Kaum Gay dalam Masyarakat (Studi Kasus di Yogyakarta)”, bahwa kaum gay terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan terbuka dan golongan tertutup. Kaum gay terbuka lebih mudah berkomunikasi dan berinteraksi dilingkungan masyarakat dibanding kaum gay tertutup. Saat berkomunikasi dan berinteraksi kaum gay kota Yogyakarta belum bisa secara langsung berterus terang. Pro kontra membuat kaum gay sulit berkomunikasi dan berinteraksi di lingkungan masyarakat. Hal ini membuat kaum gay tidak menjadi dirinya sendiri. Saat berkomunikasi dengan masyarakat heteroseksual, mereka akan menjaga sikap dan menjalankan norma-norma yang ada serta mengikuti aturan-aturan yang ada di masyarakat.
Terdapat penelitian dengan judul Fenomena Komunitas Homoseksual (Studi Fenomenologis Komunikasi Verbal dan Nonverbal di kalangan Gay terselubung di Kota Medan), tahun 2008, dengan hasil ditemukan bahwa komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan para gay terselubung di kota Medan cukup bervariasi dan pengalaman penggunaan simbol-simbol tersebut berbeda satu sama lain. Juga sebuah kenyataan bahwa Indonesia khususnya Medan masih sebuah tempat di mana komunitas gay belum dapat menunjukkan eksistensi dirinya sebebas mungkin dikarenakan ikatan norma yang berlaku. Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana mahirnya para gay terselubung menyembunyikan identitas ke-gay-an mereka dan berlaku layaknya para pria heteroseksual.
2.2 Kerangka Pemikiran
Adapun untuk menganalisis fenomena tentang pola komunikasi gay di kalangan pelajar di kota Pontianak,peneliti menggunakan Tradisi Kritis dalam konteks bahasa. Dalam kajian komunikasi, para ahli kritik umumnya tertarik dengan bagaimana pesan memperkuat penekanan dalam masyarakat. Teori kritis menunjukkan kepada kita bagaimana menggunakan bahasa dalam percakapan yang menciptakan pembagian sosial dan memegang teguh pandangan kesetaraan yang membentuk komunikasi dalam member Gay yang wewenang kepada semua kelompok.
Untuk menganalisis lebih mendalam peneliti menggunakan teori perspektif bahasa dalam kebudayaan dari Fern Johnson. Johnson mengusulkan enam asumsi atau aksioma dari perspektif bahasa terpusat: (1) semua komunikasi terjadi dalam kerangka kerja budaya, (2) semua individu diam-diam mengolah pengetahuan kebudayaan yang mereka gunakan untuk berkomunikasi, (3) dalam masyarakat multikultur, ada ideologi linguistik yang dominan yang menggantikan atau mengesampingkan kelompok budaya lain, (4) anggota kelompok yang terpinggirkan mengolah pengetahuan tentang kedua budaya mereka dan budaya dominan, (5) pengetahuan kebudayaan baik yang terpelihara dan lewat begitu saja dan secara konstan berubah, dan (6) ketika semua budaya pendamping, saling memengaruhi dan mempergunakan satu sama lain.
Teori ini dirancang untuk mempertimbangkan sebuah pemahaman terhadap fitur-fitur linguistik dan pola budaya dari kelompok budaya Gay sama halnya dengan bagaimana wacana dari kelompok Gay muncul, berkembang, dan berperan melawan ideology linguistik dominan di Pontianak.
2.3 Hipotesis Kerja
Berdasarkan perumusan dan identifikasi masalah di atas, maka di peroleh jawaban sementara atas pertanyaan penelitian berikut:
2.3.1 Pelajar yang menjadi Gay memiliki cerita yang berbeda-beda selama proses menjadi Gay.
2.3.2 Gay pelajar memiliki komunitas yang eksis.
2.3.3 Gay pelajar memiliki pola komunikasi verbal yang hanya di ketahui sesama Gay ketika mangkal.
2.3.4 Gay pelajar memiliki berbagai pengalaman dalam pergaulan di lingkungan sosial nya.











BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subyek Penelitian
Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah beberapa Gay dari kalangan pelajar di kota Pontianak.
3.2 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Pola komunikasi gay di kalangan pelajar yang mangkal di Hyundai jalan gajah mada, kota Pontianak.
3.3 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif.  penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis statistic atau cara kuantifikasi lainnya.
Adapun menurut David Williams (1995), penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.
Sementara menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti.
(Denzin dan Iincoln 1987) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
3.4 Desain Penelitian
Adapun penelitian ini menggunakan desain fenomenologi. Pendekatan penelitian praktik interpretif memiliki sederet asumsi subjektiktivis tentang hak ikat pengalaman nyata dan tatanan sosial. Pendekatan tersebut mengingatkan kita pada upaya Alfred Schutz dalam membangun fenomenologi sosial yang mengaitkan sosiologi dengan fenomenologi filosofisnya Edmund Husserl (1970). Yang utama dalam pemikiran Husserl adalah bahwa ilmu peretahuan selalu berpijak pada ‘yang eksperiensial’ (yang bersifat pengalaman). Baginya, hubungan antara persepsi dengan objek - objeknya tidaklah pasif. Husserl berpendapat bahwa kesadaran manusia secara aktif mengandung objek - objek pengalaman. Prinsip ini kemudian menjadi pijakan bagi setiap penelitian kualitatif tentang praktik dan perilaku yang membentuk realitas. Hanya saja, prinsip tersebut dibelokkan ke berbagai arah yang berbeda.
Peneliti harus berkonsentrasi pada bagaimana setiap anggota (members) Gay dalam dunia kehidupan mereka memproduksi (secara interpretif) bentuk - bentuk (yang dapat dikenali dan difahami) yang mereka anggap nyata. Schultz menyatakan bahwa setiap individu (Gay) berinteraksi dengan dunia dengan ‘bekal pengetahuan’ yang terdiri atas konstruk - konstruk dan kategori -kategori ‘umum’ yang pada dasarnay bersifat sosial. Citra, teori, gagasan, nilai, dan sikap tersebut diterapkan pada berbagai aspek pengalaman sehingga menjadikannya bermakna. Bekal pengetahuan adalah satu - satunya sumber yang memungkinkan setiap individu (Gay) untuk menginterpretasi pengalaman, memahami maksud dan motivasi individu (Gay) memperoleh pemahaman intersubjektof, dan pada akhirnya, mengupayakan tindakan.
3.5 Metode Rekrutmen Informan
Adapun syarat-syarat untuk menjadi informan dalam penelitian ini adalah berikut:
3.5.1 Remaja gay yang berumur dari 14-18 tahun
3.5.2 Kalangan siswa gay yang sudah pernah mangkal di Hyundai jalan gajah mada Pontianak.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara secara mendalam (indept interview) dan observasi partisipatif.
Wawancara secara mendalam dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang persoalan yang diteliti melalui wawancara yang intensif serta berulang-ulang (Yunanto dkk; 2003).
Wawancara mendalam disebut juga dengan wawancara tidak berstruktur (unstructured interview) dengan pertanyaan terbuka, dimana informasi atau keterangan yang diperoleh dari informan dalam bentuk lisan yang mirip dengan percakapan sehari-hari, dan agar informan tidak merasa dirinya sedang dijadikan subjek dalam penelitian.
Dalam pelaksanaan pengamatan terlibat atau observasi partisipatif, peneliti harus memupuk terlebih dahulu hubungan baik dan mendalam dengan informan. Ada rasa saling mempercayai antara peneliti dengan informan. Pada pengamatan terlibat terjadi interaksi antara peneliti dengan informan. Parsudi suparlan (1983:43-45) menyarankan delapan hal yang harus diperhatikan peneliti saat melakukan pengamatan, diantaranya: (1) ruang dan waktu, (2) pelaku, (3) kegiatan, (4) benda-benda atau alat-alat, (5) waktu, (6) peristiwa, (7) tujuan, dan (8) perasaan. Kedelapan hal tersebut saling berkaitan sehingga perhatian peneliti harus total pada apa yang sedang di amati. Pengamatan terlibat kemungkinan tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali dalam waktu satu jam atau dua jam, melainkan dilakukan secara intensif dalam waktu yang tidak terbatas, bias dua bulan, enam bulan, bahkan sampai bertahun-tahun.
3.7 Metode Analisis Dan Pemeriksaan Keabsahan Data
3.7.1 Metode Analisis Data
Data adalah informasi tentang sesuatu. Data yang dikumpulkan berapapun banyaknya, bukanlah merupakan tujuan dari penelitian. Akan tetapi data dapat merupakan sarana untuk memudahkan penafsiran dan memahami maknanya. Jadi pengambilan (pengumpulan) data merupakan langkah yang penting dalam penelitian agar memudahkan untuk penafsiran.
Analisis data dilakukan mulai sejak awal sampai dengan sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu:
3.7.1.1 Reduksi Data
Data mentah yang diperoleh di lapangan di sederhanakan melalui: penajaman, pengolongan, peringkasan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisir data ke dalam tema dan konsep.
3.7.1.2  Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang ada secara utuh, rinci, dan intergratif yang digunakan sebagai pijakan untuk menetukan langkah berikutnya, untuk menarik kesimpulan peneliti harus melakukan penelusuran kembali, penyajian data secara naratif juga mencakup interpretasi data dan tetap berpedoman pada fokus penelitian agar penyajian tidak menyimpang dari arah penelitian.
3.7.1.2       Menarik Kesimpulan Atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan dilakukan secara tentatif yang diverifikasi melalui peninjauan ulang terhadap data yang diperoleh dilapangan, penarikan kesimpulan secara tentatif itu sendiri dimaksudkan agar peneliti bertindak netral dan objektif atas data penelitian
3.7.2 Metode Pemeriksaan Keabsahan Data
Adapun penelitian dengan mengunakan metode triangulasi, peneliti dapat menekankan pada metode kualitaitif, metode kuantitaif atau dapat juga dengan menekankan pada kedua metode. Apabila peneliti menekankan pada metode kualitatif, maka metode kuantitatif dapat digunakan sebagai fasilitator dalam membantu melancarkan kegiatan peneliatian, dan sebaliknya jika menekankan metode kuantitatif. Namun. apabila peneliti memberi tekanan yang sama terhadap kedua metode penelitian (kuantitatif-kualitatif) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dilakukan yakni : yang pertama memahami masing-masing metode dan pentingnya metode teersebut dalam suatu penelitian yang akan dilakukan; kedua, memahami permasalahan dan tujuan penelitian yang akan dilakukan sehingga penggunaan metode kualitatif dan metode kuantitatif ini disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian yang ingin dicapai; ketiga, kedua metode yang digunakan juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan prioritas kepentingan, dimana kedua metode dapat digunakan dalam desain secara bersama-sama namun pada laporan penelitian hanya diperhitungkan salah satunya saja; dan yang ketiga, kedua metode juga digunakan berdasarkan pertimbangan keterampilan peneliti, yang terlibat dalam satu kegiatan penelitian secaara simultan apabila ada hubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Pada penelitian tentang “KOMUNIKASI VERBAL GAY DI KALANGAN PELAJAR DI KOTA PONTIANAK” ini peneliti lebih menekankan pada metode penelitian kualitatif.
Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data memanfatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun tehnik triangulasi yang banyak digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam buku Lexy.J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Dalam triangulasi dengan sumber yang terpenting adalah mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedan tersebut.
3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini di mulai ketika peneliti menerima SK (Surat Keterangan) dari ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjung Pura, Pontianak. Kemudian peneliti langsung terjun lapangan untuk mencari data-data yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.9 Lokasi Dan Jadwal Penelitian
3.9.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di fokuskan di Hyundai di jalan gajah mada kecamatan Pontianak selatan. Peneliti memilih lokasi ini karena di sana adalah pusat di mana komunitas Gay di Pontianak saling berinteraksi secara terbuka.
3.9.2 Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan
Pertengahan 2012
Juni
Juli
Agustus
September
1
Konsultasi judul




2
Konsultasi proposal




3
ACC proposal




4
Seminar




5
Penelitian




Sumber: Peneliti (Mei 2012)







lampiran 1
PedomanWawancara
1.      Bagaimana proses pelajar menjadi Gay?
1.1 Apakah mereka menjadi Gay karena pola asuh dalam keluarga?
1.2 Apakah mereka menjadi Gay karena ada kelainan jiwa?
1.3  Apakah mereka menjadi Gay karena menganggap bahwa itu adalah pilihan hidup?
2. Bagaimana eksistensi Gay pelajar di kota Pontianak?
2.1 Apakah Gay di Pontianak memiliki komunitas?
2.2 Bagaimana cara mereka bias saling mengenal sesama Gay?
2.3  Apakah mereka punya tempat mangkal khusus untuk Gay?
3. Bagaimana pola komunikasi verbal Gay pelajar ketika mangkal?
3.1 Apakah mereka menggunakan bahasa symbol dalam berinteraksi sesama Gay?
3.2 Apakah mereka menggunakan bahasa gaul Gay ketika mangkal?
3.3  Apa saja yang mereka bicarakan ketika mangkal?
4. Bagaimana pengalaman Gay pelajar dalam pergaulan di lingkungan sosial nya?
4.1 Apakah kaum Gay mempunyai pengalaman dalam berpacaran sesama Gay?
4.2 Apa saja yang mereka lakukan untuk menyembunyikan identitas mereka sebagai Gay?
4.3 Apakah ada perbedaan cara ketika mereka berinteraksi dengan sesama Gay dan berinteraksi dengan orang yang bukan Gay?
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Lincoln, Yvonna S. & Denzin, Norman K. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Littlejohn, Stephen W. & A. Foss Karen. 2009. Teori komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ritzer, George. 1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali.
Sardjono, Paulus. 2007. Kehidupan Wanita Malam Penjaja Seks Komersial. Proposal Penelitian Tesis. Pontianak: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Sukidin, Basrowi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia.
http://www.scribd.com/doc/13405293/Metode-Analisis-Data di akses data pada tanggal 7 juni 2012, pukul 04.28 pm
http://www.scribd.com/doc/17403518/pengertian-komunikasi di akses tanggal 7 juni 2012, pukul 11.38 am
http://ekosanjayatamba.wordpress.com/2010/03/08/metode-penelitian-triangulasi/ di akses data pada tanggal 7 juni 2012, pukul 04.40 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar