Selamat malam entah
siapapun disana. Tak ingin lagi mengingat tentangmu, tak ingin lagi tuk
menyebut namamu. Bagaimana kabar mu dan cinta baru mu? Ku harap engkau bahagia
bersama dia pilihan hati dan cintamu. Cinta yang kemarin kamu ceritakan
kepadaku, tentang kisah sayang kamu dan dia.
Aku tahu kamu bahagia,
pasti bahagia. Semua tergambar jelas dalam status-status di akun facebookmu. Maaf
bila diam-diam aku selalu membuka timeline mu sekedar untuk melihat status
terbarumu, ini memang terkesan konyol. Tapi aku bisa apa? Hanya itu yang bisa
aku lalui meski terkadang bersama air mata. Iya, air mata yang hanya sekedar
tuk ungkapkan kebahagiaan ini karena menyaksikan sendiri kebahagiaan yang kamu
ukir bersama nya, iya bersamanya, bukan bersama ku. Mungkin aku berbohong kali
ya jika aku berkata jika aku juga turut bahagia dengan kebahagiaan mu, begitu
kah? Entahlah. Aku juga tidak cukup mengerti akan hal itu.
Tetapi tak bisa aku
pungkiri bila cerita lama yang dulu pernah ada masih saja menggetarkan lamunan
kala hati ini sepi. Entah mengapa semua ini masih saja aku rasakan, padahal
sudah empat bulan berlalu saat kau pergi dari hidupku. Tak cukupkah engkau
mengerti bila aku kesepian saat kepergianmu, dan ditambah lagi saat aku
mengetahui engkau telah bersama ‘dia’ yang memang aku kenal. Tapi apa? Ini
kesalahan? Bukan, mungkin ini bukan sebuah kesalahan. Tiada yang salah bila
engkau secepat itu melupakan aku. Tak ada yang salah bila engkau secepat itu
jatuh cinta padanya, memang mungkin dia yang layak miliki hatimu. Karena tidak
ada lagi yang pantas untuk di ingat antara kita.
Rindu, iya aku
merindukan dimana kamu dan aku berada dibawah sinar gemintang. Aku mengerti
jika hal ini memang tidak pantas lagi aku ungkapkan dalam sebuah goresan ini.
Hanya mampu berbaring lemah disini, berharap Tuhan kan menolong ku tuk keluar
dari belenggu rindu yang cukup menyiksa ini, bahkan sempat membuatku terluka.
Tak cukupkah luka yang
dulu pernah engkau ukir dihati ini? Tak puaskah engkau menyiksaku dalam sebuah
rasa ini. Wahai rindu, betapa engkau sungguh kejam. Duhai engkau malam, bawa
pergi rindu ini, kemanapun engkau menginginkannya. Berharap cahaya itu kan
segera menghampiri, iya cahaya dari seseorang yang dapat terima ku seadanya.
Entahlah, kapan cahaya itu dapat berlabuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar