Oleh: Nikodemus Niko
Jika
sahabat memiliki kesempatan untuk berkunjung ke pulau Kalimantan, apa yang
pertama akan sahabat jelajahi? Tidak ada salahnya jika mencoba mengunjungi Suku
asli pulau Kalimantan; Dayak. Dayak sendiri memiliki banyak sub-suku dengan
bahasa dan kebudayaan yang berbeda-beda, justru disinilah letak keunikannya.
Kekayaan budaya dan tradisi adat terdapat pada masing-masing sub-suku Dayak di
Kalimantan. Salah satunya Dayak Mali di Batang Tarang, Kalimantan Barat.
Batang
Tarang adalah sebuah ibu kota kecil Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau,
Kalimantan Barat. Memang, penduduk setempat lebih mengenalnya dengan sebutan
‘Balai’ yang artinya tempat berkumpul. Namun, masyarakat di luar kecamatan ini
mengenalnya dengan sebutan Batang Tarang, sebab banyak sebutan Balai yang
digunakan di Kabupaten Sanggau, misalnya Balai Karangan dan Balai Sebut yang
masih terletak di kabupaten yang sama; Sanggau, yang berbatasan langsung dengan
negara Malaysia. Masyarakat asli Batang Tarang adalah Etnis mayoritas Dayak
sub-suku Dayak Mali, dengan mata pencaharian utama sebagai petani. Nah, jadi
apa saja yang dapat dinikmati di daerah yang tidak padat penduduk ini?
Setiap
kali liburan kuliah saya selalu pulang ke kampung, yang kebetulan saya adalah
asli orang Batang Tarang, tepatnya saya tinggal di kampung Pejalu, Dusun
Manang, Desa Cowet. Letak kampung saya sekitar satu jam lebih perjalanan dengan
naik sepeda motor. Jalannya masih belum aspal alias masih tanah kuning yang
becek di kala musim penghujan. Belum ada listrik, dan sinyal operator ponsel
sangat susah. Jadi kalau sudah masuk ke wilayah kampung, akan terasa tinggal di
dalam hutan rimba; menantang bukan?
Batang Tarang memiliki
kekayaan alam yang berlimpah, karena itulah alasan saya selalu rindu kampung
halaman. Buah durian merupakan buah khas yang terkenal dari Batang Tarang,
meski buah durian dapat kita jumpai di berbagai sudut kota di tanah air. Durian
di Batang Tarang berbuah dua kali dalam setahun, yaitu sekitar bulan
November-Januari dan Juni-Agustus. Walau tidak ada prediksi pasti durian
berbuah atau tidak. Durian Batang Tarang terkenal manis dan montong, tidak
kalah dengan durian Bangkok di Thailand.
Khas-nya lagi durian Batang Tarang memiliki biji yang berukuran kecil,
seukuran ujung jari kelingking.
Durian Khas Batang Tarang
|
Pembeli
bahkan dapat menunggu sendiri buah durian jatuh dari pohonnya, karena pohon
durian yang tidak jauh dari jalan raya trans Kalimantan yang menghubungkan
Malaysia, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Maka tidak heran jika banyak
bis-bis asal Sarawak, Malaysia singgah di tepi jalan untuk membeli durian dan
sudah pasti di bawa pulang ke negaranya
untuk dijadikan sebagai oleh-oleh. Berbagai jenis makanan olahan dari durian
seperti dodol durian yang dikenal dengan nama Lempok khas Batang Tarang, yang dijual hingga ke pusat Kota
Pontianak. Tidak hanya buah durian, tetapi ada juga buah langsat, buah mentawa’k, dan masih banyak buah lain
yang dapat di jumpai di Batang Tarang. Jenis buah-buahan yang tumbuh di hutan
liar biasanya banyak disukai orang-orang dari negara tetangga.
Tidak jauh dari pusat
kota Batang Tarang, terdapat Bukit Tiong Kandang yang cukup tersohor bagi para
pecinta alam. Terletak di Desa mangkit yang letaknya sekitar empat puluh lima
menit dengan naik sepeda motor dari pusat kota. Tiba di Desa Mangkit pengunjung
tidak dapat langsung mendaki, harus dengan petua adat Dayak Mali yang terdapat
di Desa tersebut. Sebab di Bukit Tiong Kandang masih terdapat hal magis dan
benda-benda yang di anggap keramat oleh masyarakat setempat. Seperti misalnya: Pantek, benda keramat berupa patung, dan
juga terdapat dua batu besar yang berhimpitan dinamakan Batu Bekepet. Benda-benda keramat tersebut merupakan peninggalan
nenek moyang Etnis Dayak Mali yang hampir ada di setiap sudut-sudut desa di
Batang Tarang.
Bukit Tiong Kandang Dari Desa Temiang Mali
|
Para pengunjung pun tidak boleh sembarangan
memetik tanaman di Bukit Tiong Kandang, bahkan tidak boleh membuang sampah
sembarangan karena mitos nya akan di tegur oleh penunggu bukit tersebut. Dari
pemukiman warga ke puncak bukit ditempuh sekitar kurang lebih satu jam. Lelah
memang. Namun ketika tiba di puncak bukit, pemandangan luas nan indah
menyuguhkan betapa alam Indonesia sungguh mempesona. Kota kecil Batang Tarang
terlihat jelas dari atas bukit, serta kota Tayan yang dialiri liukan sungai
kapuas sungguh memanjakan mata. Tak ingin rasanya saya beranjak hingga sore.
Semakin sore suasana dingin makin terasa, romantis memang bercengkerama dengan
alam yang betul-betul masih perawan.
Bukit Tiong Kandang Dari Desa Mangkit
|
Terdapat pula Riam’p Batu Ikan’t yang letaknya di desa
tetangga Mangkit yaitu Desa Mak Ijing. Wisata air riam ini masih belum banyak
di ekspose, karena keberadaannya yang belum banyak diketahui banyak orang.
Hanya sekitar lima belas menit perjalanan menuju riam dari pemukiman warga. Indah
dan eksotisme alamnya betul-betul terasa ketika mandi di air jernih yang tidak
tersentuh oleh tangan-tangan nakal pengusaha. Hutan-hutan di sekeliling riam
ini terawat dengan baik, masyarakat setempat lah yang menjaganya.
Riam'p Batu Ikan’t-Desa Mak Ijing
|
Berladang dengan sistem
berpindah ini hanya sekali dalam setahun bahkan dua tahun. Setelah dibakar dan
sisa-sisa kayu dibersihkan, maka akan ada tradisi Nugal yang selalu di nanti-nanti oleh saya. Nugal adalah menanam padi dengan menabur butir-butir padi pada
lubang di tanah. Lubang-lubang kecil itu dibuat oleh laki-laki sedangkan perempuan-perempuan
menabur butir padi pada setiap lubang. Semua pemuda-pemudi dan orang tua turun
ke ladang bersama-sama untuk Nugal.
Biasanya akhir dari Nugal adalah
makan bubur kacang hijau dan mencoret-coret wajah kawan dengan arang hitam.
Sungguh bahagianya, tidak salah jika banyak ahli psikologi mengatakan “Happiness is simple”. Berbeda dengan
berladang, masyarakat juga menggunakan sistem sawah yang setiap tahun bisa
sampai dua atau tiga kali garap. Jadi terdapat bentang sawah nan luas bernama Me’k Impong, dimana masyarakat dari
berbagai kampung bertemu seperti Kampung Manang, Kampung Mungguk Mayang,
Kampung Sei Borok, dan Kampung Pejalu.
Uniknya lagi Dusun Manang yang terdiri atas dua kampung yaitu Kampung Pejalu dan Kampung Manang sendiri, dimana masyarakat di Kampung Pejalu adalah Etnis Dayak Mali dan hampir 100% beragama Katolik, sedangkan masyarakat di Kampung Manang adalah Etnis Melayu yang 100% beragama Islam. Sangat pantas untuk menjadi contoh bukti toleransi antar umat beragama di Indonesia. Karena kedua kampung ini saling menghargai dan menganggap saudara antara satu sama lain.
Tradisi Nugal Suku Dayak Mali-Batang Tarang
|
Hampir
semua penduduk daerah perkampungan di Batang Tarang bermata pencaharian sebagai
petani karet. Mereka menggantungkan hidup pada hasil karet yang mereka sadap
setiap hari. Termasuk saya sendiri yang dari kecil sudah menyadap pohon karet,
bahasa Dayak Mali menyebutnya “Motong’k.”
Setiap pagi masyarakat Motong’k di kebun karet masing-masing, bekerja paruh
waktu hingga tengah hari, dan setengah hari nya mereka habiskan untuk bekerja di
sawah atau ladang.
Kreativitas pemuda dan
pemudi di Batang Tarang sangat patut untuk di apresiasi, dimana mereka sebagai
generasi penerus tradisi selalu berpegang teguh pada nilai dan budaya adat
Dayak Mali. Setiap menjelang bulan Januari, perkumpulan pemuda dan mahasiswa
Dayak dari Batang Tarang mengadakan acara Pawai Budaya untuk menjaga tradisi
leluhur mereka. Biasanya acara ini dirangkaikan bersamaan dengan perayaan Natal
bersama pemuda dan pemudi di Batang Tarang. Acara ini sangat menarik untuk
diikuti, karena pengunjung atau wisatawan dapat menyaksikan tarian-tarian adat
serta ritual adat lainnya yang direpresentasikan melalui anak-anak muda Dayak
Mali.
Pawai Budaya Dayak Mali-Batang Tarang (1)
|
Pawai Budaya Dayak Mali-Batang Tarang (2)
|
Lokasi-lokasi wisata di Batang Tarang memang tidak se-tenar wisata yang ada di Pulau Jawa, Bali atau Lombok. Namun, budaya dan alam yang menyatu dalam kehidupan masyarakat di pedalaman Pulau Kalimantan boleh menjadi referensi kunjungan wisata sahabat. Yuk! Mampir di Batang Tarang. Indonesia itu kaya dan indah, guys!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar