Hai Gin, kuharap kamu dalam
keadaan baik. Aku juga baik-baik saja, Gin. Gimana kuliahmu disana? Aku terus
mendoakan tentangmu; ragamu, kuliahmu, dan masa depanmu. Gin, aku hanya
mencintaimu dalam doa, sampai hari ini. Dan kau tak perlu mengetahui itu
sedalam apa. Belajar yang rajin, fokus dan jangan bebankan pada pokok lain
selain subjek pelajaranmu. Aku ingin kamu lulus dengan segera, lalu pulang
untukku. Walau aku tahu, kau pulang bukan pada tujuan ingin bersamaku. Gin,
dapat melihatmu saja aku sudah meluruhkan segala rindu yang bersarang. Terlebih
mencium wangi tubuhmu setiap hari.
Gin, di Bandung sedang musim
hujan. Hampir setiap hari, tanpa jeda, selalu saja turun hujan. Aku setiap kali
ingin menitipkan rinduku pada hujan, tetapi disana sedang memasuki musim salju
ya? Pasti kamu suka winter, kan? Dulu kamu pernah bilang kalau bertemu salju
kamu akan membiarkan rambutmu dihinggapi salju. Ah, aku sangat ingin menyambut salju
bersamamu; kita berlari bersama, dan seberapa kencang aku berlari kau tak
pernah melepaskan genggamanmu. Gin, aku mencintaimu setiap saat hujan, dalam
setiap rindu yang tergenang. Gin, aku mau jika suatu waktu kamu mengajakku
untuk naik ke atap rumah, memandang gemintang lalu kita membicarakan tentang
kehidupan, aku mau.
Gin, ingin selalu berbaik sangka
pada Tuhan, bahwasannya aku akan dipertemukan lagi denganmu. Aku selalu belajar
dengan giat, lulus kuliah dengan baik, satu diantara alasannya adalah kamu,
Gin, agar suatu hari aku bisa berjumpa denganmu, ingin sekali aku segera
berkunjung ke kotamu. Aku tahu ini suatu ketidakmungkinan yang aku narasikan
pada pikiranku sendiri. Aku akan selalu menunggu, Gin, dibawah hujan atau
dibawah salju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar