Mengawali
perjalanan nge-trip kali ini, aku
perginya bersama teman-teman alias nggak sorangan
(sendiri). Dan kami akan melakukan perjalanan dengan naik angkot alias “ngangkot”. Rencana berangkat pagi
tergusur karena menunggu satu diantara kami yang terpaksa tidak datang tepat
waktu di meeting point, McDonal simpang dago, bandung, karena ada urusan dengan
dosennya. Jadilah kami menunggu selama satu jam setengah. Ekspektasi berangkat
jam 8 pagi menjadi jam setengah sepuluh. Aku yang kebetulan tinggal di Dago
atas, hanya naik angkot sekali saja (jurusan Riung-Dago atau Stasion-BIP-Dago
atau Kalapa-Dago) untuk mencapai meeting point ongkosnya Cuma Rp. 2.000.
Setelah semua kumpul, dan siap untuk berpetualang, kami berjalan menuju halte
di jalan babakan siliwangi. Disana sudah banyak angkot yang nge-tem untuk tujuan Caheum-Ledeng. Kami
naik, dan untuk mencapai terminal Ledeng yang letaknya tidak jauh dari kampus
UPI (universitas pendidikan indoensia). Sekitar satu jam di perjalanan, karena
kondisi jalan begitu macet. Ongkos angkotnya Cuma Rp. 5.000 per orang.
Setibanya
di terminal ledeng, kami langsung menyebrang jalan untuk menunggu angkot
jurusan Ledeng-Lembang. Tidak harus menunggu lama, sebab angkot sangat banyak
berkeliaran. Jadi kami lansung naik, meski desak-desakan, karena angkot ini
kalau belum penuh belum mau narik. Dan kita harus tarik napas panjang seketika
berhenti dan merayap, macet panjang... Karena kebetulan hari itu adalah hari libur.
Tetapi setiap sopir angkot pasti punya jalan dan cara sendiri, jadilah kami
dibawa melewati jalan pintas. Sepanjang perjalanan sungguh memacu adrenalin,
karena kondisi jalan yang berkelok-kelok dan naik turun gunung, dan lagi
jalannya kecil, jika ada mobil berpapasan, harus berhenti untuk memberi jalan
bagi mobil lain lewat.
Namun,
tidak disesali, meski sepanjang perjalanan sungguh ekstreme, tetapi suguhan
pemandangan alam nan indah sungguh memanjakan mata. Alam pegunungan, dan
kesejukan nya mulai terasa meski di dalam angkot. Hamparan luas perkampungan
juga adalah sesuatu yang menarik, dipenuhi dengan tanaman pekarangan yang
mereka tanam. Hampir satu jam perjalanan, akhirnya kami tiba di Lembang, dan
kami singgah di persimpangan menuju Floating Market tempat tujuan utama kami.
Setelah turun, kami membayar Rp. 8.000, tarif normalnya memang Rp. 5.000 tetapi
karena muter jalan pintas dan terbebas dari macet jadinya ditambahin Rp. 3.000,
daripada terjebak macet bisa jadi tiga jam perjalanan baru tiba di Lembang.
Dari
persimpangan jalan, kami hanya berjalan kaki sekitar tiga menit untuk tiba di
gerbang Floating Market, dan untuk
tiket masuknya Rp. 20.000 per orang, lagi-lagi mungkin karena hari libur (pas
mau tahun baru), jadi tiketnya naik, biasanya Rp. 10.000. Setibanya disana aku
menunggu teman yang sholat, di sekitaran mushola. Letaknya tidak jauh dari Clothing Market. Toilet di tempat wisata
ini terbilang bersih, dan tidak bau. Setelah selesai, kami masuk ke area
Floating yang terhampar luas seperti sebuah danau, dan para pedagang
mengelilinginya. Eitzz, jangan lupa, tiket masuknya dapat di tukar dengan seporsi minuman, seperti kopi, sirup dan lain-lain, pilihannya bisa minuman anget atau dingin.
Area Floating Martket (foto: koleksi penulis) |
Tiket Masuk ke Floating Market (Foto: koleksi pribadi penulis) |
Berbagai
jenis kuliner makanan di jual di Floating
Market, namun harganya cukup fantastis, karena jika di pasar biasa harganya
tidak semahal itu. Karena ingin membayar semua dengan makanan, kami membeli shared food, jadi setiap orang membeli
makanan jenis berbeda. Ada yang membeli Lotis, Cireng, dan berbagai jenis aku
lupa namanya, dan tidak lupa membeli sate kelinci. Sate kelinci ini wajib
dicoba, untuk mendapatkannya aku mesti ngantri di tengah epulan asap, antriannya
banyak banget. Hahaha....... :D
Setelah
membeli makanan masing-masing, kami mencari saung untuk makan, tapi kondisinya
lagi rame banget, jadi pada penuh deh. Jadilah kami menikmati jajanan kuliner floating market di hamparan luas taman
bermain, kebetulan ada bangku untuk kami bisa duduk-duduk sambil cerita. Setelah
lama duduk, kami melanjutkan perjalanan, berjalan menikmati apa saja yang ada;
indah, berkesan, dan ramai. Taman dan hutan buatan seperti menyatu. Ada juga
taman kelinci, tapi karena baru saja selesai makan sate kelinci kami tidak mau
masuk kesana. Oh, iya, untuk membeli semuanya tadi, dan juga untuk masuk spot
taman dan berbelanja apa saja di area floating
market harus menggunakan koin khusus yang dapat kita tukar di tempat
khusus, semacam kasir. Koin nya bernilai minimal Rp. 5.000 dan maksimalnya Rp.
20.000. Jadi, koin ini tidak dapat di tukar kembali atau di refund, jika kelebihan pemakaian, jadi
tukarlah koin secukupnya untuk berbelanja.
Floating Market (Foto: koleksi pribadi penulis) |
Mirip di Pedesaan kan? (Foto: koleksi pribadi penulis) |
Spot indah untuk foto, di area taman sekaligus seperti hutan buatan (Foto: koleksi Pribadi penulis) |
Untuk
spot foto, semua arena sangat menarik sekali terlebih saat membeli jajanan di
pinggir sungai kepada pedagang yang mengapung di atas perahu. Sungguh menarik.
Di area taman juga terdapat air mancur buatan yang menarik, seperti sedang
berada di desa-desa, dan sawah-sawah buatan yang cukup membuat suasana seperti
di perkampungan, sejuk. Jangan lupa menelusuri pinggir danau, hingga terdapat
koin besar floating market untuk spot
bagus berfoto, tapi ingat “jangan menginjak rumput dan memetik tanaman”, karena
sangat banyak sekali rombongan ibu-ibu yang merusak mata saya, mereka dengan
seenaknya menginjak rumput, padahal sudah tertera jelas larangannya. Berfoto
sih iya, tapi nggak pake nginjak rumput juga, tetap segitu aja kok mukanya.
Setelah
lelah berkeliling di area yang luas itu, kami mencari tempat istirahat. Pas
sekali ada saung yang sedang kosong, jadilah kami melepas lelah disana walau
hanya sebentar. Jam sudah menunjukkan jam tiga waktu sore, kami sudah berencana
pulang, tapi kami harus menunggu teman kami menjalankan ibadah sholat dulu.
Jadi aku menunggu, dan tidak lama kemudian kami jalan kaki keluar menuju jalan
besar. Dari sana kami naik angkot jurusan Stasion-Lembang, dan nantinya akan
turun di terminal Ledeng harganya Rp. 5.000 per orang.
Setibanya
di terminal Ledeng, seperti biasa bisa langsung naik angkot jurusan
Ledeng-Caheum, untuk ke tempat meeting point semula, dan tinggal pulang ke
jurusan masing-masing, karena kami berbeda arah ada yang naik Caheum-Ciroyom,
ada yang naik Sadang Serang-Caringin, dan aku sendiri naik angkot ke arah Dago.
Finally, tiba di kost-an dengan penuh capek. Hehehe. Selesai deh perjalanan hari
ini, menarik, murah, dan cukup melelahkan. Hanya siapkan amunisi dan tenaga
saja. Tidak perlu uang banyak kok, untuk sekedar menikmati jalan-jalan. See you, tunggu perjalanan selanjutnya
ya. Bandung memang menyimpan banyak tempat wisata yang sangat indah.
Spot foto ketika berbelanja di Floating Market (Foto: koleksi pribadi penulis) |
Koin Raksasa Floating Market (Foto: koleksi pribadi penulis) |
Mas kalau dari setiabudi naik angkot apa ya untuk ke floating market ?
BalasHapusNaik angkot Ledeng-Lembang mas. Dari terminal ledeng. Itu kan setiabudi panjang bngt yak. Jdi, bisa ke terminal ledeng dlu mas. Klo setiabudi yg ud dket cihampelas bnget, bisa naik angkot Cicaheum-Ledeng dulu, warna biru. Tiba di terminal ledeng baru naik angkot Ledeng-Lembang warna coklat. Semoga membantu
Hapus