SAAT UANG YANG BERKUASA
Pagi ini aku
tidak boleh terlambat. Ku ayun kan langkah ku untuk menuju kampus yang terletak
agak jauh dari tempat kediaman ku. Hari ini aku harus mengumpulkan tugas
sosiologi kesehatan. Makalah nya sudah aku simpan di dalam tas ku dari tadi
malam.
Di perjalanan
aku tidak menghiraukan siapapun. Dengungan sepeda motor dan mobil yang berlalu
lalang tak aku perdulikan sama sekali. Yang ada di pikiran ku, jangan sampai
tugas ku terlambat di kumpulkan.
Setibanya di
kampus tugas itu langsung aku kumpulkan kepada pengawas ujian. Dan selanjutnya
aku menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku yang aku pinjam tanggal 13
juni lalu. Pintu perpustakaan tertutup rapat, aku coba buka dengan pelan, dari
sudut pintu terdengar suara seorang laki-laki menyapaku, “kalau kembalikan buku
boleh masuk, kalau mau baca-baca nanti aja tunggu buka jam 2 siang”, dia adalah
petugas di perpustakaan Fisip. Aku langsung menuju mejanya “saya mau
mengembalikan buku, pak” jawab ku dengan suara pelan.
Bapak itu
hanya membolak-balik kan halaman terakhir dari buku yang ku pinjam. Aku tidak
tahu apa yang ada dalam pikiran nya. Hingga akhir nya ia berkata, “buku nya
udah terlambat 10 hari, kena denda ni”. Aku masih tenang-tenang saja, dan aku
langsung menanyakan “berapa bayar denda nya, pak?”. Bapak itu langsung
menjawab, “satu buku denda nya Rp500 perhari, jadi dua buku Rp1000. Kamu
terlambat mengembalikan 10 hari jadi denda nya Rp10.000”. hati ku tiba-tiba
tersentak, namun aku tak bisa mengekspresikan nya di kala itu. Uang yang ada
dalam dompet ku hanya tinggal Rp10.000, itu adalah uang terakhir ku. Terpaksa
ku keluarkan uang itu, dan dengan berat hati ku sodorkan uang itu kepada
petugas perpustakaan. Aku pergi meninggalkan perpustakaan dengan hati kecewa,
hati yang berkecamuk tak tentu rudu. Uang ku sudah tak ada sama sekali, aku gak
tahu besok nya harus bagaimana.
Setelah dari
perpustakaan fisip, aku harus kembalikan buku yang aku pinjam dari perpustakaan
untan pada tanggal 13 juni juga. Dalam hati aku berkata, “semoga petugas di
perpustakaan untan bisa mengerti nanti”. Semua rasa bercampur menjadi satu
dalam benak ku.
Langkah ini
mulai lunglai, kaki ku terasa berat tuk berpijak. Tidak terasa aku sudah sampai
di depan gedung perpustakaan untan. Perlahan aku masuk, dan menyimpan tas ku di
tempat penitipan. aku melewati lorong untuk menaiki tangga, perlahan ku daki
setapak demi setapak anak tangga itu. Hingga akhirnya aku sampai di tempat
petugas pengembalian buku.
Saat ku
sodorkan buku dan juga Kartu Tanda Mahasiswa ku, saat itu pula jantung ku
berdetak kencang. Setelah petugas itu
melihat lembar peminjaman nya ia bertanya, “sudah bayar denda belum, dek?”.
Spontan aku menjawab, “belum, bu”. “kalau belum, adek bayar denda dulu di ruang
Tata Usaha. Nanti balik ke sini lagi, ya”. Seketika jantung ku terasa terbakar.
Hati aku terasa perih. “ruang Tata Usaha nya di mana, bu?” aku bertanya untuk
berusaha menyembunyikan semua rasa yang berkecamuk di hati ku. “adek turun aja,
ada ruangan berpintu kaca, ada tulisan Tata Usaha”, jawab ibu itu dengan bijak.
Aku membalik
kan tubuh ku, dan perlahan menuruni anak tangga dengan perasaan tak karuan. Aku
langsung pergi, aku tidak masuk ke dalam ruang Tata Usaha itu, Kalau pun aku masuk,
aku mau bayar pakai apa?, karena aku tidak punya uang sama sekali. Aku duduk di
teras perpustakaan, aku ingin menangis. Aku langsung pergi meninggalkan
perpustakaan, tanpa ku sadari butiran bening itu ternyata telah mengalir di
pipi ku. Cepat-cepat ku hapus dengan lengan baju ku.
Tidak jauh
dari perpustakaan, aku menyusuri jalan lewat samping rektorat untan. Di sana
lah aku menemukan selembar uang lima
ribuan. Ku pandangi uang itu, karena aku takut nya itu uang mainan. Dan
ternyata itu uang asli, aku toleh kiri dan kanan tidak ada orang, aku ambil
uang itu dan langsung aku kantongi. Aku langsung berpikir untuk kembali lagi ke
perpustakaan, tapi aku berpikir lagi, uang Rp5000 pasti tidak cukup untuk
membayar denda, “di perpustakaan fisip aja denda nya sampai Rp10.000 apalagi di
perpustakaan untan”. Pikiran ku galau sepanjang perjalanan. Aku langsung mutar
balik lagi ke perpustakaan, berapapun denda nya aku hanya bisa bayar Rp5000,
dan sisa nya bisa aku bayar besok.
Setiba nya di
ruang Tata Usaha perpustakaan Untan, aku langsung mengatakan “ibu saya mau
bayar denda”, dan ibu itu langsung mengeluarkan kwitansi dan saat ku lihat di
sana tertulis angka Rp3600. Hati aku langsung terasa lega, karena uang ku yang
hanya Rp5000 ini masih cukup. Aku sangat berterima kasih pada Tuhan. Aku
langsung naik ke lantai dua, dan mengembalikan buku itu. Berkat uang Rp5000
itu, urusan ku di hari ini terselesaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar