Oleh:
Nikodemus Niko
Mahasiswa
Sosiologi Untan
Tahun 2014 ini merupakan puncak memanasnya politik di Indonesia. Jika kita
melihat kondisi politik di Indonesia maka tidak akan jauh dari sebuah
kekuasaan. Dewasa ini politik justru seringkali di gunakan sebagai alat untuk
mencapai kekuasaan. Para birokrat bangsa sepertinya masih terlalu sibuk untuk
terus berebut kursi kekuasaan, hingga pada akhirnya rakyat yang menjadi korban
dari kondisi politik yang ada sekarang. Di luar sana masih banyak kita lihat
masalah soal kemiskinan, putus sekolah dan kelaparan. Namun sepertinya para
pejabat belum tersentuh untuk menuju ke sana, mereka hanya masih berkutat
dengan masalah kekuasaan. Atau hanya muncul sebagai ‘pahlawan’ saat-saat dekat
waktu pemilu. Gencar mencari perhatian rakyat kecil untuk memperebutkan
kursi kekuasaan. Tetapi setelah duduk di tahta, mereka akan seolah mati rasa
dengan keadaan rakyat kecil yang memilihnya.
Sekarang ini
keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diharapkan. Banyak rakyat yang
beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan
dan merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Wakil rakyat terpilihpun
tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Apabila kondisi seperti
ini terjadi terus menerus maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi krisis
kepercayaan, dimana rakyat tidak akan percaya dengan politik. Ketidakpercayaan
para rakyat inilah yang sangat berbahaya bagi kestabilan negara. Akibatnya
masyarakat akan cenderung apatis terhadap kondisi sebuah negara. Karena
kestabilan negara juga di pengaruhi oleh kestabilan politik yang ada di negara
tersebut. Apabila kondisi politik di suatu negara terus menerus bergejolak maka
tidak mustahil jika terjadi peperangan. Akibatnya rakyat juga yang menjadi
korban seperti negara-negara yang ada di timur tengah.
Sebenarnya
politik tidak hanya melihat masalah kekuasaan saja, tetapi politik berkaitan
dengan semua aspek kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tidak ada batasan
umur untuk berbicara masalah politik. Bukan hanya pejabat-pejabat negara saja
yang bisa berbicara politik, bahkan tukang becak atau tukang gado-gado saja
punya hak untuk menyuarakan politik. Bukan hanya orang tua saja yang boleh
berbicara politik, bahkan anak SD saja mereka akan bisa berpolitik. Oleh karena
itu para generasi muda Indonesia haruslah diperkenalkan dengan politik yang
sebenarnya, agar dikemudian hari mereka dapat menjadi generasi baru yang lebih
bertanggung jawab.
Politik itu bukan hanya soal kekuasaan tetapi soal bagaimana negara ini
berkembang dan maju ke depan. Politik juga tidak mengenal umur, profesi,
jabatan, dan lain sebagainya. Yang paling penting saat sekarang ini adalah
peran generasi muda dalam meneruskan bangsa ini. Mau di bawa ke mana arah
bangsa ini, sudah saatnya generasi muda yang bersuara. Tidak ada istilahnya,
anak muda tidak boleh berbicara politik, anak muda masih bau kencur untuk terjun
di dunia politik.
Memang pada kenyataannya generasi muda saat ini seperti acuh tak acuh
jika mendengar kata politik, mereka seolah muak dan alergi dengan politik. Nah,
tugas kita sebagai generasi muda agar tidak alergi dan muak dengan politik
yaitu dengan meluruskan stigma masyarakat terhadap politik itu sendiri.
Masyarakat sudah menjustifikasi bahwa politik itu kotor, bahkan terjadi krisis
kepercayaan terhadap pemimpin. Hal ini lah yang perlu di benahi oleh generasi
muda dalam dunia politik di Indonesia.
Pendidikan politik untuk kaum remaja atau generasi muda saat ini perlu
mendapatkan terobosan baru, bagaimana kita bisa mensosialisasi kan politik
kepada mereka dengan bahasa ringan yang mereka sering gunakan dalam keseharian.
Mengajak mereka belajar politik itu tidak harus melibatkan mereka turun
langsung misalnya dalam kampanye Parpol. Tetapi bagaimana kita gunakan metode
pendekatan yang inovatif, yang mana pembelajarannya juga lebih kreatif, bisa
lewat dialog, bercerita, social media
seperti twitter, facebook dan
sebagainya, menurut saya hal ini yang penting bagaimana cara efektif untuk
membungkus pendidikan politik untuk generasi muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar