*Nico Ajah
Hujan. Seketika menyelimuti sore ini
dengan selimut mendung yang tak bisa lagi terlawankan. Iya, tak terkecuali
hujan yang mengangkat aroma-aroma tanah di depan dinding kamarku. Aku masih
berada di meja belajar ketika menuliskan catatan ini. Bersama sisa kerinduan
yang baru saja kemarin membasuh payung biruku di Singapore. Bagaimana tidak
rindu ketika hujan menyapa (lagi) di langit Bandung. Ah, romantis ya meski
tanpa pasangan, hanya bertemankan payung.
Kali ini adalah perjalanan pertama aku
ke luar negeri, setelah menjelajah beberapa tempat di pulau Kalimantan, Pulau
Jawa dan Pulau Sumatera. Perjalanan luar negeri kali ini aku memilih negara
Singapura sebagai tempat untuk dikunjungi dengan alasan mengingat Singapura
merupakan negara yang cukup aman terhadap berbagai Scam atau kejahatan sejenisnya, apalagi aku memilih pergi
sendirian. Aku hunting tiket promo Air Asia dari jauh-jauh hari sebelum
berangkat, sebenarnya belum yakin untuk pergi sendirian ke negara orang, dan
persiapanku untuk mengarungi Singapore masih belum terlalu matang: hanya
berpatokan pada postingan-postingan di group facebook Backpacker Dunia, tapi
sensasi ini harus aku temukan, aku harus berani; kapan lagi. Hingga akhirnya aku
dapet tiket promo dari Jakarta-Singapore PP seharga 545 ribu IDR. Aku stay di
Singapore selama 4 hari 3 malam, setelahnya saya memesan hostel yang terbilang
murah di kawasan Kallang, yaitu Kallang River Backpacker Hostel (untuk review
lebih lanjut hostel ini akan dibahas tersirat).
Hari
Pertama (29 November 2015)
Hari ini aku akan berangkat ke Singapore
dengan penerbangan dari bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, karena aku stay di
Bandung jadi aku harus berangkat pagi (jam 7 pagi) dengan menggunakan bus shuttle yang langsung ke Bandara;
cipaganti. Aku sengaja berangkat pagi karena penerbangan ku ke Singapore
terjadwal jam 2 siang, jadi lebih banyak waktu untuk istirahat dan santai di
Bandara.
Untuk penerbangan AirAsia bertempat di
Terminal 3 Bandara Soetta, baik domestik maupun international. Setelah masuk ke
dalam, tidak ada lagi antrian di Check-in point karena AirAsia sudah
menggunakan Self Check-in yang bisa dilakukan counter bandara dan bisa juga
check-in via mobile phone. Jadi nggak ribet ngantri. Setelah mendapatkan
boarding pass, aku langsung menuju pemeriksaan imigrasi, karena cukup panjang
antrian jadinya agak lama menunggu. Sangat ketat, ujung rambut sampai ujung
kaki pun diperiksa, buka jacket dan ikat pinggang juga. Saat pemeriksaan
barang-barang bawaan ketika masuk waiting room, semua barang-barang liquid
disita imigrasi (yang disita minyak rambut, parfume, dan hand body lotion,
minuman soda dan minuman kopi dalam kemasan). Katanya nggak boleh dibawa lebih
dari 100 ml. Haduh, padahal semua itu adalah barang penting untukku, kebayang dong
jalan-jalan diterik mentari singapore tanpa hand body sunblock. Aku sempat
kesal sama petugasnya, tapi percayalah aku nggak sampai mengeluarkan kata-kata
kasar—aku hanya cukup tersenyum manis—walau kenyataannya hati aku pilu untuk
melepas barang-barang berharga ku itu. Hikzzzz......
Oke, fix, aku membayangkan 4 hari ku di
Singapore pasti lusuh, lumus dan gembel. Yah, terlihat natural sih, tapi nggak
harus tanpa hand body dong. Eh, wait, kulit exotic boleh juga. Hihihi. Sudah
didalam waiting room kali ini, dimana semua passanger maskapai bergabung jadi
satu. Maksud aku, tanpa ada pemisahan penumpang dari tujuan penerbangan lain,
seperti misalnya passenger dengan tujuan Bangkok dan Hong Kong. Semuanya jadi
satu dalam waiting room yang cukup luas dan besar itu, aku sendiri kebingungan
dan pasrah menunggu panggilan penerbangan. And then, pesawat kami take off
pukul 2.30 waktu Indonesia dan mendarat cantik di Changi Airport pukul 5.10
waktu Singapura. Setiap penumpang diharuskan mengisi kartu imigrasi kedatangan
di Singapore, kecuali yang transit. It’s amazing view, keren dan sangat
menakjubkan aku tiba di bandara kelas dunia termegah di Asia Tenggara itu. Eitzzz,
wait ada yang kelupaan, di pesawat aku membeli makanan nasi kuning manado plus
minum seharga 50 ribu rupiah.
Setibanya disana langsung ada
pemeriksaan ketat (karena semua bandara sedang dalam siaga 1 setelah kejadian
bom di Paris), jadi semua penumpang diperiksa satu per satu. Dan semuanya
berjalan mulus, setelah itu aku menelusuri tulisan ‘Exit’ untuk pemeriksaan
imigrasi (sangat jauh banget jalan kaki). Hampir satu jam muter-muter (karena
satu jam itu saya nikmati juga untuk ber-selfie ria), akhirnya ketemu deh sama
counter pemeriksaan imigrasi di lantai bawah terminal 1. Pada saat pemeriksaan
saya tidak terlalu lama antri, kemudian lagi ibu petugasnya bisa berbahasa
melayu sehingga saat di tanya-tanya saya menjawab dengan mulus. Ceklik,
akhirnya cap Singapore pertama mendarat di salah satu halaman di pasport ku.
Masih di Changi Airpot. Aku kebingungan,
seperti seorang anak hilang di antara kerumunan sibuk. Mencari toilet untuk
mengisi air minum (karena setiap kran air di Singapore dapat diminum, jadi
tinggal berbekal botol minum kosong saja). Rute untuk ke kota memang sudah saya
tulis dalam note itinerary, namun untuk menuju MRT Station nya aku agak
bingung. Saat bertanya pada petugas satpam di bandara, aku sedikit bingung
(karena bahasa inggrisnya singapore agak beda) namun aku dapat paham, hingga
akhirnya aku ikuti petunjuk petugas itu, aku naik MRT untuk menuju Terminal 3,
karena dari sana akan menghubungkan dengan MRT to the city. Setibanya di Terminal
3, bingung lagi mencari station MRT nya, karena kelewat besar banget ini
Bandara, aku hanya mengikuti arus berjalannya banyak orang, dan akhirnya ketemu
station MRT ke kota. Namun aku harus membeli Ez-Link Card untuk menggunakan MRT
(sebenarnya bisa dengan karcis, tapi agak ribet juga) dan pilihan lain juga
bisa menggunakan STP Card (Singapore Tourist Pass), namun ketika aku nanya sama
petugas aku harus ke terminal 2 untuk mendapatkan STP Card. Aku tidak ingin
lagi berpusing ria di bandara sehingga aku memilih Ez-Link saja, harga kartunya
5 Sgd dan saldonya 7 Sgd, jadi aku harus membayar 12 Sgd.
Aku masih mengikuti arus lalu lalang
yang super duper sibuk, pokoknya jangan sampai berjalan lambat deh karena waktu
sangat berharga di sini, jadi aku juga pura-pura berjalan laju. Setibanya di
station MRT semua yang terlihat seperti di film-film gitu, aku merasa berada
dalam dunia fantasi. Meski tanpa adanya petugas (maaf-seperti di Indonesia)
namun mereka tertibnya minta ampun. Dari Changi aku menuju Tanah Merah dan tiba
di station tanah merah aku naik MRT menuju Joo Koon untuk menuju penginapanku
yang dekat dari MRT station Kallang.
Tiba di Station Kallang, saat keluar aku
bingung harus berjalan ke arah mana, sebab langsung ketemu jalan besar Sims Ave
Road. Saya bertanya pada seorang ibu, namun katanya dia bukan orang sini jadi
nggak tau. Dan bertanya lagi pada petugas, di suruh langsung nyebrang jalan
saja. Ehh, ternyata penginapannya dekat dan kelihatan dari station.
Namun sedikit masalah terjadi saat saya
tiba di hostel, dengan menunjukkan bukti booking saya ingin langsung check-in,
namun petugas receiptionist nya mengatakan kalau bookingan aku di cancel, jadi
aku harus booking ulang. WTF!!! Hati aku mengumpat dong, udah capek gini.
Kemudian mereka memberikan pasword wifi untuk aku booking ulang di booking.com
(kalo mau cari aman jangan booking disini deh, ribet). Setelah booking selesai
dan comfirmed status, kemudian aku bayar dan mereka minta 10 Sgd untuk deposit
locker, oh shit! Aku nggak bisa apa-apa. Tapi katanya aku bisa ambil deposit
ini setelah check-out. Okelah, aku sudah capek, ingin cepat istirahat. Kemas
barang dalam locker, cuci kaki, cuci muka, gosok gigi langsung tidur. Apa yang
terjadi, aku gak bisa tidur, suasananya sangat berisik, aku kebetulan dapet
kamar yang bukan tourist isinya tapi kayak anak kost-an disitu. Oh, lord,
apalagi mereka dengan seenaknya mati-nyalakan lampu. Istirahat malam pertama
yang tidak menyenangkan.
Itinerary:
Bandung-Jakarta
Jakarta-Singapore
Changi Airport-MRT Station Kallang
(penginapan)
Hari
ke-2 (30 November 2015)
Aku tidak biasa bangun sepagi ini,
mungkin karena efek ketidaknyenyakan tidur. Kamu tahu sendiri kan kalau aku
tidak terlalu menyukai pagi tanpa nya. Masih terlalu awal untuk mengingat semua
kenangan itu kembali, tapi kuhentikan disini (jika bisa). Waktu sudah
menunjukkan pukul 7.30 waktu singapore, berarti jam 6.30 kalau waktu Indonesia
(karena perbedaan waktu satu jam). Aku buru-buru mandi dan siap-siap karena
hari ini aku akan mengunjungi Merlion Park dengan sejuta pemandangan indahnya
itu. Iya, dengan langkah seribu aku menuju station MRT Kallang (green line)
jurusan Joo Koon dan kemudian turun di MRT station Raffless Place. Kemudian aku
ambil jalan keluar melalui exit B (sesuai petunjuk dari informasi yang aku
dapatkan di blog perjalanan) dan sebelum semua berlanjut aku terpana berdiri
diantara gedung-gedung yang menjulang tinggi, yah tanpa lupa untuk selfie.
Gedung kantoran yang isinya orang-orang berdasi itu membuatku bingung jalan,
sehingga harus bertanya pada orang sekitar dan mereka juga tidak tahu. Mencari
arah menuju Singapore River, sampai akhirnya aku melihat Cavanagh Bridge yang
terletak berhadapan dengan Hotel Fullerton. Dari situlah aku menemukan arah
jalan, kecape-an berjalan sendiri—iya sendiri tanpa kamu atau siapapun—meski
aku berharap lho bisa selfie berdua diantara bangunan jembatan kondang Cavanagh
itu.
Cukup lelah, mentari juga senyum sendiri
melihat aksi selfie-ku, tanpa malu pada siapapu, toh aku tidak mengenal satupun
orang di negara itu. Singgah sebentar di pelantaran taman dekat Victoria
Memorial Hall, sarapan roti dan susu yang aku bawa dari Indonesia. Cukup
kenyang. Kemudian melanjutkan perjalanan panjang melewati lorong jembatan yang
cukup indah. Aku bertanya lagi pada petugas taman, katanya aku harus berjalan
menyusuri Singapore River ini untuk ke Merlion Park. Aku ikuti petunjuk, dan
cukup jauh karena waktu selfie yang prioritas. Sudah terlihat Esplanade (Gedung
Durian), Marina Bay Sands dan Garden by the Bay, tentunya masih terlihat jauh,
mengelilingi Singapore River.
Berjalan dan terus berjalan menyusuri
keindahan sungai yang airnya sangat jernih, ah aku tidak akan
membanding-bandingkan dengan sungai-sungai di Indonesia, tidak. Berjalan sambil
selfie, sepertinya ini yang dimaksud dengan penyakit selfie addict. Dan tara...
Tidak jauh terlihat berdiri megah patung lion yang mengeluarkan air dari
mulutnya itu. Iya, aku sudah berada di kawasan Merlion Park, hanya tinggal
menyusuri satu jembatan lagi yaitu Esplanade Bridge yang kira-kira 3 menit
berjalan kaki lagi. Di Merlion Park semua orang berfoto ria, selfie, wefie atau
apalah namanya itu yang pasti aku tidak menghiraukan siapapun disana. Aku
selfie pede aja. Hihihi.....
Lama, lama, dan sangat puas berselfie
ria dan banyak banget bertemu orang dari berbagai belahan bumi lainnya. Yah,
seperti biasa aku hanya memilih diam, tanpa bicara. Karena aku tidak mengenal
mereka semua, meski banyak muka orang Indonesia disana, tapi wait wajah aku
saat di Singapore kayak wajah orang Thailand lho, #ihiw.
Sempat diminta mem-fotokan sepasang
kekasih yang dengan mesra tangan cowoknya mendarat di pinggang si cewek. Lalu aku
bisa apa? Menari-nari sambil selfie, kan nggak terlalu lucu. Jadi solo
backpacker cukup menguji kesabaran, terutama ketika diminta jadi tukang foto. Yah,
tapi aku juga tidak kalah narsisnya berselfie diantara kerumunan orang.
Sudah pukul 12.00 waktu Singapore, cukup
lelah dan sedikit lapar juga. Masih di kawasan Merlion Park. Disini banyak
tempat yang berdekatan seperti Marina Bay, Esplanade, dan taman Bay Sand, bisa
ditempuh dengan berjalan kaki. Namun, kaki ini lecet dan rasanya tidak kuat
menahan beban langkah lagi. Sehingga aku menuju Esplanade melintasi Jubilee
Bridge kemudian belok kiri menuju Asian Civilisation Museum, kemudian duduk di
dekat taman yang menyuguhkan pemandangan indah gedung-gedung menjulang tinggi
dengan pesona Singapore River yang airnya riak-riak kemilau; sangat indah. Disini
sendirian, mengandalkan wifi gratisan, ditemani dua helai roti yang sudah
terbungkus susu. Iya, untukku makan siang, karena aku tidak berasa kelaparan
jadi cukuplah roti dan susu ini membodoh-bodohi cacing dalam perut yang tidak
terlalu berisik.
Sejejurnya aku tidak suka jajan, apalagi
jajanan di Singapore sudah pasti mahal. Namun untuk yang satu ini aku tidak
dapat menahan hasrat lagi. Dengan bicara bahasa inggris seadanya aku memesan
sepotong ice cream manggo dengan apitan roti yang membuatnya jadi apik, besar
cukup melepas haus sekaligus (jika) lapar. Harganya 1 Sgd, dan aku membayar
dengan uang pecahan 2 Sgd namun bapak penjualnya mengembalikan uangku sebanyak
9 Sgd. Mungkin bapaknya sedang lelah, sehingga tidak terlalu konsentrasi. Dengan
ucapan “thank you, sir” aku langsung melesat bagai piringan UFO menuju Cavanagh
Bridge untuk menikmati ice cream di seberang sana. Bapak itu, aku yakin dia
adalah salah satu potret orang miskin yang ada di Singapore. Berbeda dengan
orang-orang berdasi di pelantaran area gedung kantor di OCBC Bank dan lain-lain
di seberang tempat ia berjualan. Tidak sendirian dia juga ada temannya, dengan
berjualan minum-minuman dan makanan ringan (semacam dagangan kelontong). Maafkan
aku bapak-nya, bukan bermaksud curang namun.... Ah, aku tidak punya alasan
untuk ini, percayalah rejekimu akan berlimpah; aku berdoa untuk itu. *syedih*
Duduk sebentar menikmati indahnya
lukisan yang belum terbingkai dalam benakku sebelumnya itu, sambil mengecap ice
cream yang enak banget seharga 1 dolar itu. Kemudian aku berkeliling
mencari-cari Station MRT karena tujuan berikutnya aku akan ke Bugis Street, yah
sekedar memanjakan mata. Katanya di Bugis ini syurganya belanja, uyeee,
sayangnya aku belum berencana membeli apapun. Dari station MRT Raffless Place
(masih green line) kemudian turun di Station MRT Bugis. Setelah menuju pintu
exit, aku langsung mencari arah dengan Maps Me (peta singapore offline—dapat di
download di play store). Setelah ketemu jalur kanan, kemudian menyebrangi jalan
(bukan jalan kenangan). Keteraturan lalu lintas di Singapore boleh diacungkan 4
jempol, sebab pejalan kaki sangat diutamakan. Dan lagi para pejalan kaki taat
aturan, mereka tidak menyeberang di sembarang tempat, serta ada tanda lampu
rambu untuk pejalan kaki.
Welcome to Bugis Street, mari belanja,
eh manjakan mata. Hahaha..... Banyak yang ingin dibeli namun tujuan kesini
bukan belanja melainkan bermanja-manja. Haha. Tapi aku hanya membeli baju
seharga 3 Sgd mengingat aku hanya bawa baju 2 helai saja. Setelah lebih dari
satu jam keliling-keliling, kaki ku sudah rasa ingin berhenti berpijak pada
arah manapun. Duduk sejenak menikmati lalu lalang berbagai macam manusia. Kelelahan,
hingga akhirnya aku memilih untuk ke MRT station berencana untuk pulang. Namun,
rencana berubah di tengah jalan, karena waktu masih menunjukkan jam 3 sore, aku
memilih untuk menikmati sensasi naik MRT hingga ke station paling ujung di Joo
Koon. Sekitar 2 jam PP, hanya berdiam diri di dalam MRT menikmati hilir mudik,
keluar masuk manusia super sibuk dari station satu ke station lainnya. Finally,
tujuan akhirku singgah di station Kallang, dan menuju penginapan untuk
istirahat.
Semalaman aku memilih tidak kemana-mana
karena sangat lelah. Hanya istirahat dan mencari makan malam di sekitaran
Geylang Road, ketemu restoran India. Aku tidak punya pilihan lain selain ini,
karena lelah untuk mencari-cari lagi. Tara, makanan penuh aroma rempah dengan
lauk sotong pesananku datang dan baru kali ini disuguhkan makan dengan ‘talam’
atau nampan, yang mana nampan kalau dikampungku hanya untuk menyuguhkan minuman
untuk tamu. Tetapi disini aku disuguhkan makan pakai nampan dialas daun pisang,
gokil. Aku tertawa getir dalam hati. Disuguhkan minuman semacam jamu yang tak
keruan kelat rasanya. Dan untuk makan harganya 4,5 Sgd.
Itinerary:
Station MRT Kallang-Station MRT Raffless
Place-Singapore River-Merlion Park-Marina Bay-Garden By the Bay-Esplanade-Asian
Civilitation Museum-Station MRT Raffless Place-Station MRT Bugis-Bugis
Street-Station MRT Joo Koon-Station MRT Kallang-Penginapan
Hari
ke-3 (1 Desember 2015)
Masih ditempat yang sama dan suasana
yang sama, aku masih membenci pagi yang menyapa dengan gerimis itu. Iya, cuaca
hari ini tampak mendung dan tak cukup bersahabat. Rencana perjalananku hari ini
adalah ke Sentosa Island (hanya itu) karena aku yakin tak cukup satu harian
untuk ku menjelajahi ruang-ruang didalamnya (sekali lagi ini bukan ruang
kenangan ataupun ruang rindu). Persiapan pagi, seduh indomie (meski ada sarapan
free roti dan kopi di hostel tapi aku tetap memilih mie gelas yang aku bawa
dari Indonesia). Langsung menuju MRT karena dari hostel hanya berjalan 1 menit
saja, station MRT nya kelihatan dari hostel. Uwow, saldo di Ez-Link card nya
habis sehingga harus top-up, jadi aku top-up 10 dollar (karena top-up
minimalnya segitu).
Dari station MRT Kallang menuju ke
station MRT Outram Park (green line) kemudian transit di Outram Park turun satu
lantai menuju station Nort East Line (warna ungu) agak jauh jalannya, naik dari
Outram Park dengan Nort East Line dan turun di Harbourfront, yang letaknya di
Vivo Mall. Setelah keluar station langsung masuk ke dalam Mall, mencari jalan
menuju Broadwalk (karena jika naik monorail atau kereta gantung bayarnya
lumayan cyinn) sehingga memilih Broadwalk (jalan kayu melintasi laut menuju
Sentosa Island) dan seperti info yang aku dapat bayarnya hanya 1 dollar bisa
pake Ez-Link card MRT.
Setelah ketemu jalannya, tidak lupa
selfie untuk menghilangkan rasa penat menikmati lebih dari 500 meter
perjalanan. Tapi tidak berasa capek karena ada travelatornya. Setelah di pintu
masuk, ternyata free entry hingga 31 desember, nasib baik, jadi tidak perlu
membayar 1 dollar. Semua tempat aku jelajahi seperti siloso point, resort world
sentosa menikmati patung merlion, menikmati Lake of Dream dan tidak lupa foto
di bola dunia universal studio Singapore. Kalau dipikir-pikir tidak akan habis
sehari untuk menjelajah pulau mimpi ini, karena banyak tempat berbayar jadi
tidak semua aku jelajahi, hanya yang free saja. hihihi.... yang terpenting
selfie tetap jalan.
Wait. Aku menemukan seseorang traveller
dari Dilli, Timor Leste, namanya Gill. Berawal dari dia minta foto jadinya
kenalan dan memutuskan untuk barengan agar bisa gantian foto. Tapi sayangnya
dia harus buru-buru akan ke Orchard Road, jadi dia pergi duluan. Sementara aku
masih asyik menghitung kenangan yang berserakan, eh. Tidak. Aku masih asyik
selfie.
Capek. Lelah. Kaki ku lecet setelah aku
periksa dengan membuka sepatu dan kaos kaki, kemudian menyiramnya dengan air
dalam botol minumanku. Seger....
Kemudian pulangnya masih melewati
Broadwalk lagi (biar free), disambut dengan hujan deras melanda di penghujung
pulau itu. Ah, hujan lagi. Seandainya kamu disini, hmm... Iya, kamu yang dahulu
pakai baju hitam bertulis dan bercelana jeans, kalau tidak salah kamu pakai jam
tangan keemasan serta sepatu biru dongker. Aku masih mengingat posturmu kala
itu, ngangenin, setiap kali hujan.
Setibanya di Vivo Mall, tak ingin
berlama-lama disini aku langsung turun ke basement dimana station MRT
Harbourfront. Dan ide cemerlang langsung menghampiri bahwa aku akan ke
Chinatown, dimana pusat pemukiman tionghoa dan oleh-oleh juga. Hanya melewati
satu station, tiba di station MRT China Town. Masih dengan suasana yang sama,
Hujan. Sehingga memaksaku harus mengibarkan payung ungu ini untuk berteduh dari
rintik-rintik rindu yang berjatuhan menyerupai kenangan itu. #ihiw.
Tara. Aku membawa payung berwarna biru
dari Indonesia, cukuplah untuk menahan tetesan rindu yang menghujani saat itu. Berpayung
di deretan food street China Town membuat aku tak pernah lupa mengabadikan
moment indah dengan selfie (sudah resiko melancong sorangan). Isinya kebanyakan
bule-bule, sangat sedikit muka asia yang menempati kursi-kursi disana. Indah memang,
ornamen oriental khas tionghoa mengenangkan aku pada Kota Singkawang di
Kalimantan Barat, mirip sekali. Hanya saja disini tertata rapi dan sangat indah
dipandang (sekali lagi aku tidak membandingkan Indonesia dengan Singapore). Berkeliling
ria, dan memandang pernak-pernik cantik yang membuat mata ini terkesima. Iya,
akhirnya tergoda juga. Belanja oleh-oleh untuk kedua kalinya kira-kira 20 Sgd.
Ada rencana ingin mencicipi Chines food
di sini tapi hati berkata lain, karena belum terlalu lapar. Tapi disini
teman-teman muslim tidak recomend deh kalo ingin icip-icip kuliner. Hehehe. Keasikan
berkeliling bersama hujan, karena sudah kabut mengelilingi sore (hampir malam)
aku memilih menuju station MRT dan bersiap untuk balik ke penginapan. Seperti biasa
aku harus transit ke station MRT Outram Park untuk menuju station MRT Kallang
dengan green line jangan salah jurusan ambil yang menuju Changi Airport.
Setibanya di station MRT Kallang, hujan
berhenti tersapu oleh sisa kenangan saja, eh. Aku jadi baperan gini deh. Di penginapan
orang-orangnya cukup ramah, apalagi owner-nya sangat baik, menawarkan makan dan
minum. Sayangnya aku tidak tertarik makan atau minum sebab selalu ramai yang
nongkrong di depan, karena bersebelahan dengan cafe dan restoran. Tapi aku tak
ingin mencoba, karena terlihat seperti restoran mahal. Sehingga malamnya aku ke
restoran India lagi, dengan menu dan makan pake talam. Aku berharap kemarin
adalah pertama dan terakhirku makan pake nampan, namun ternyata masih ada malam
ini. Dan dengan harga yang berbeda karena tambahan teh tarikh. Jadi aku harus
bayar 5,9 Sgd, muahaaaalll..............
Itinerary:
Station MRT Kallang-MRT Outram Park-MRT
Harbourfront-Sentosa Island-MRT China Town-China Town Street-MRT Outram
Park-MRT Kallang-Penginapan
Hari
ke-4 (2 Desember 2015)
Hari ini sengaja tidak bangun terlalu
pagi, bukan karena membenci pagi (lagi) namun karena kecapekan. Kulihat jam di
handphone sudah menunjukkan pukul 8 pagi, berarti di Indonesia masih jam 7
pagi. Segera aku terbangun dari tidur kemudian berkemas, karena hari ini aku
akan pulang ke Indonesia, penerbangan jam 2.30 siang waktu Singapore. Setelah siap-siap,
aku langsung ke depan untuk seduh indomie, karena stok yang cukup banyak
terpaksa aku harus bawa mie-mie itu balik lagi ke Indonesia karena tidak habis
dimakan, sayang saja jika harus dibuang, mubazir.
Setelah check out mengembalikan kunci
locker dan menunjukkan kuitansi deposit, uang deposit 10 Sgd di kembalikan lagi
ke tanganku. Segera pergi berjalan menuju station MRT Kallang dengan tujuan
kali ini station MRT Tanah Merah kemudian dilanjutkan ke station MRT Changi
Airport, kurang lebih setengah jam perjalanan. Setibanya di Airport terminal 3
aku harus naik monorail bandara untuk ke terminal 1. Karena penerbangan untuk
Asia rata-rata di terminal 1. Setelah tiba di terminal 1, langsung self
check-in Air Asia untuk mendapatkan boarding pass. Sangat mudah dan tanpa
antrian. Setelah itu langsung menuju pintu keberangkatan, dan pemeriksaan
imigrasi. Hanya dua orang saja mengantri sehingga aku tidak perlu lama
menunggu. Setelah beres, aku jalan-jalan menikmati bandara megah itu, tidak
lupa untuk selfie.
Sempat kebingungan karena gate
keberangkatan di boarding pass tidak tertera sehingga aku harus bertanya di
meja informasi. Dan dikatakan kalau Air Asia tujuan jakarta—pesawat yang aku
tumpangi waiting room nya di gate C22. Sangat besar, sehingga jauh sekali
menuju gate itu. Tidak lama kemudian dilayar berubah menjadi penerbangan ke
Bali. Sehingga tidak beberapa lama kemudian aku bertanya lagi pada satpam, dan
katanya menunggu di gate A17, kebetulan bapak itu fasih berbahasa Indonesia
sepertinya memang orang Indonesia. Menunggu gate di buka di A17, setengah jam
kemudian terdengar pengumuman berbahasa inggris bahwa gate keberangkatan untuk
penerbangan AA ke Jakarta di gate A18, karena tidak jauh jadi aku tetap
menunggu di tempat yang sama. Tidak lama lagi terdengar lagi pengumuman dengan
bahasa yang sama bahwa penerbangan untuk AA tujuan Jakarta di gate A26. Oh,
God. Kalau aku tidak ngerti sama sekali bahasa inggris mungkin sudah nangis
bombay disini.
Finally, gate dibuka bersamaan dengan
penerbangan pesawat Jetstar dengan tujuan Jakarta juga. Setelah pemeriksaan
imigrasi di gate, shampoo dan sabun cair aku di sita imigrasi karena tidak
boleh membawa lebih dari 100 ml bahan liquid. Ya sudah, aku udah ikhlas dari
kemarin-kemarin kok. Tinggal menunggu boarding di ruang tunggu, ternyata
pesawat kami delay satu jam. Yah, pasrah pisan dah. Harapan hati mah, cepat
nyampe rumah dan istirahat tidur nyenyak. And then, berangkat juga. Di dalam
pesawat aku membeli nasi ayam rica dan teh american breakfast untuk dinikmati
selama perjalanan. Lumayan mahal karena didalam pesawat. Dan setiap penumpang
diwajibkan mengisi kartu imigrasi untuk kedatangan atau kunjungan ke Indonesia,
diberikan oleh pramugara/i di pesawat.
Landing di bandara Soekarno-Hatta. Welcome
home, di terminal 3. Setelah turun sangat lama mengantri di imigrasi untuk cap
paspor, panjang sekali seperti antri beras gratis. Setelah kelar cap paspor dan
tanpa kendala, kemudian pemeriksaan barang di bea cukai (hati-hati saja bagi
yang suka belanja banyak di luar negeri). Dan kartu imigrasi yang diisi di
pesawat dikembalikan ke petugas yang jaga dekat pemeriksaan itu. Setelah itu
keluar bandara dan langsung memesan tiket untuk shuttle bus ke Bandung. 3 jam
kemudian nyampe Bandung, and finally real welcome home. Sekian cerita
perjalanan singkat aku, semoga bisa berbagi di perjalanan aku yang berikutnya. See
you.
Note:
Pengeluaran
Tiket Pesawat PP Jakarta-Singapore Air
Asia 545.000 IDR
Jakarta-Bandung PP Shuttle Cipaganti 280.000 IDR
Penginapan di Singapore 4 hari 3
malam 42 Sgd ($ Singapore)
Makan 9 Sgd ($ Singapore)
Minum 1,9 Sgd ($ Singapore)
Jajan 2 Sgd ($ Singapore)
MRT Ez-Link 22
Sgd ($ Singapore)
Total pengeluaran 76,9 Sgd ($ Singapore)
Rate Rupiah
(saat itu) 9.600 IDR
Total
738.240 IDR
Oleh-oleh :’( 32 Sgd ($ Singapore) = 307.200 IDR
Jumlah Total
Pengeluaran 1.870.440 IDR
Galery Photo:
China Town |
Food Street Chinatown |
Merlion Park |
Sentosa Island |
Universal Studio Singapore |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar