Oleh: Nico Ajah
Cinta
itu terkadang bermula di awal cerita.
Bukan
untuk kali ini, saat cerita itu berada di akhir kisah.
Bukankah
seharusnya demikian?
Cerita
itu—antara jarak yang menenggelamkan rindu dalam kenangan—kini.
Tidak!
Bahkan hingga detik ini pun cerita itu masih tetap saja abadi—terngiang, menari
di pelupuk mata.
PK-27
begitu aku dan yang lain menyebutnya dalam cerita.
Ah,
terlalu dramatis jika aku menyebutnya rindu yang terbayar.
Penuh
asa dan haru dalam temu, melebur dalam satu tujuan mulia—mengharumkan nama
bangsa, Indonesia. Bukankah sudah seharusnya demikian?
Mungkin,
aku harus menjawab tidak (lagi),
Masih
terdapat jutaan insan di luar sana yang tidak bernasib sama dengan aku dan
keluarga baruku—PK-27,
Masih
jutaan manusia yang berjuang untuk tetap mendapatkan bangku pendidikian...
Dan....
Di
pundak kami, amanat bangsa kini telah terukir,
Di
tangan kami janji suci itu telah tergenggam,
“Prastya
Mandala” begitu seruan menderu yang berdentum dari setiap pulau Nusantara raya.
“Berjanji
setia untuk Negara” demikian pula kata itu mendengung membentang dari Sabang
hingga Marauke.
Cukupkah?
Tidak....
Janji
itu akan senantiasa melekat dalam hati kami....
Janji
itu akan selalu terngiang dimana pun kami melangkahkan kaki....
Dan,
janji itu akan segera kami tunaikan....
Iya,
setelahnya....
Hingga
PK-27 akan kembali bersua di negeri pertiwi....
Terimalah
wahai negeri, bhakti kami ‘Prastya Mandala’....
Dibawah
sinar langit senja Yogyakarta, 17 Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar