Oleh: Nico Ajah
27 Oktober 2014
Pagi
ini, jam 05.00 semua sudah terbangun. Hari pertama, memang harus tepat waktu.
Mandi pagi? Oh, no. I hate morning.
Tak terbiasa, tapi hari itu harus aku lakukan. Jam 06.00, semua sudah siap,
tapi enggan untuk berangkat. Masing-masing berpikir, apa yang akan terjadi di
hari ini. Pengadilan, yah, mungkin seperti itulah. Hari ini cukup menentukan
masa depan ‘kami’. Tepat pukul 06.15, jalan kaki menuju depan lampu merah,
sekitar 5 menit. Naik angkot menuju Kementerian Keuangan RI, tidak sampai 10
menit kami sudah tiba. Ah, haru sarapan dulu lah. Nyari sarapan pagi, sudah
nongkrong tukang bubur ayam di perempatan kementrian depan polsek.
Selesai
sarapan, berjalan ke arah kanan. Yah, ini memang khusus untuk pejalan kaki.
Cukup bau pesing, amis, dan berbagai macam deh. Namanya juga parit. Oh, God.
Salah jalan, kami tidak bisa masuk karena tidak ada jalan dari belakang. Terlihat
ada jembatan penyebrangan di seberang kantor, memang itu jembatan penghubung
antara kementrian keuangan dari berbagai bidangnya. Huh, nyebrang lagi (tau kan
nyebrang jalan kalau di jakarta, extra sabar).
Tiba
juga akhirnya, gedung tempat test nya yang mana? Hikz. Deretan gedung nya
banyak sekali. Akhirnya berkeliling, mencari-cari nama gedung. Finally, tidak
jauh dari tangga salah satu gedung tertulis A.A Maramis II. Itu mencari nya
setengah pingsan. Terburu-buru masuk, bertanya pada satpam. Dan tempat test nya
di lantai 2. Langsung naik, tanpa panjang lebar ngomong. Disana belum ada
siapapun peserta test yang sudah datang, berarti kami yang pertama (standing aplouse, orang Kalimantan Barat
memang sangat menghargai waktu).
Setelah
10 atau 20 menit kami ngadem di lobby
LPDP, semua peserta berdatangan. Ah, kesempatan bagus untuk bisa berkenalan. Setengah
jam setelah itu, waktu menunjukkan pukul 08.00, pengarahan dari panitia, dan
saat itu pula verifikasi berkas di mulai dari kelompok 1 wawancara, dan aku
adalah kelompok 1. Buru-buru meski harus dapat antri terakhir, sekitar jam
10.00 saya baru selesai verifikasi berkas. Duduk manis menunggu. Wawancara pun
mulai, dan di panggil satu per satu memasuki ruangan, adem, ber-AC. Ah, mungkin
itu ruang pasti kursinya panas, bagai bara api mungkin.
Seusai
itu, bete juga menanti jam 13.00, turun ke bawah. Mencari makan untuk makan
siang, kebetulan teman-teman ku yang muslim ke masjid agung, terbesar di
Indonesia (mereka sangat beruntung). Nasib baik, dapat bertemu Hatta Radjasa
(calon wakil presiden pasangan Prabowo). Beliau sedang di kerumuni wartawan
saat kami melewati lobby gedung.
Menuju
kantin, bersama serombongan peserta perempuan. Yah, hanya mereka yang aku
ikuti. Makan siang, dan ngobrol santai dengan peserta yang lain, dari medan,
padang, bengkulu, jakarta dan hanya aku yang dari kalimantan.
Sudah
jam 12.40, sebentar lagi jam 13.00, waktu yang paling di nanti-nanti. Aku sudah
stay sebelum jam 1. Nama kelompok kami di panggil, dan yang tidak ada harus di
ganti dengan nama kelompok berikutnya, sampai cukup. Kami berjumlah 4 orang,
dari padang, jakarta, nusa tenggara barat dan aku kalimantan barat. Senang bisa
berkenalan dengan mereka. Kami memasuki ruangan kecil, yang sudah tersedia 4
kursi dan 1 meja di tengah kami. Memang sudah di tentukan dimana kursi kami
masing-masing. Psikolog itu hanya mengarahkan dan memperhatikan. Kami diberikan
bahan diskusi tentang Kenaikan BBM. Hanya ada 2 pertanyaan, apakah kita setuju
atau tidak dengan pencabutan subsidi BBM tersebut.
Saat
pertama kali psikolog itu mempersilakan, aku adalah orang yang pertama kali
acungkan tangan. Aku kemukakan gagasanku tentang ketidaksetujuan ku jika
subsidi BBM di hapus. Saat itu hanya bayang ayah dan ibu ku yang sangat
kesusahan karena harga komoditi karet anjlok. Sementara harga BBM akan naik,
subsidi akan dicabut, dan tentu harga sembako ikut naik. Lalu, bagaimana nasib
para petani, nelayan, buruh, yang penghasilannya pas-pasan. Seharusnya ada
pembenahan dalam kementrian itu sendiri, baik kementrian ESDM maupun kementrian
perekonomian, karena kebanyakan anggaran tidak tepat sasaran.
Pendapatku
dipatahkan oleh ketiga teman diskusi ku. Mereka sangat setuju jika BBM akan
naik dan subsidi akan di hapus, dengan alasan masyarakat tidak akan manja, dan
dapat mandiri. Kami ngomong sesuai porsi dan bergiliran, sungguh suasana yang
santai dan asyik. Sementara psikolog hanya memperhatikan kami. Setelah 45 menit
berjalan, diskusi selesai. Tepat waktu. Ah, lega sekali setelah meninggalkan
ruangan itu. Selesai untuk hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar