Kenapa lagi ini Tuhan?
Aku hanya bisa melirih dalam hati, saat potongan-potongan kejadian tadi malam
melintas dalam pikiranku. Iya, kau telah menikah dengan perempuan pilihan
orangtuamu, didepan mataku. Kau pasangkan cincin dijari manisnya, merangkulnya
erat, mencium keningnya mesra—sama ketika pertama kali kau memintaku untuk
menjadi bagian dari hidupku. Menghujam hati ini dengan bilahan parang. Sakit. Perih.
Selamat membaca tulisanku....
About Me
Aku adalah manusia biasa yang masih belajar menulis dari jalanan.
Mulai tahun 2020, aku akan buat ulasan-ulasan tentang paper ilmiah dengan bahasa santai.
Selamat membaca...
Senin, 31 Agustus 2015
Jumat, 28 Agustus 2015
Penelitian dan Pengabdian: Bukan Hanya Sekedar Label
*Nikodemus Niko
*Universitas Padjajaran
nicoeman7@gmail.com
disampaikan pada 4th Scientific Meeting 2015, PPBU DIKTI Nasional dengan tema: "Membangun Karakter Dosen untuk Kemajuan Pendidikan Tinggi di Indonesia".
Menjadi seorang dosen merupakan sebuah tugas dan amanah mulia
yang dititipkan kepada tidak banyak orang sebagai generasi muda di Indonesia. Bukan
perkara mudah untuk menjadi pendidik yang secara sungguh-sungguh
mendidik—membangun karakter anak didiknya. Seorang dosen tidak kalah berat
tugasnya, sama seperti seorang guru yang pada dasarnya memiliki fungsi yang
sama: mendidik. Hanya saja yang menjadi pembeda antara guru dan dosen, seorang
guru tidak terlalu dituntut untuk melakukan suatu penelitian atau suatu
publikasi ilmiah, sedangkan seorang dosen dituntut untuk itu sebagai suatu
kontribusi pengabdian kepada masyarakat dan bangsa.
Kamis, 27 Agustus 2015
Manusia Tanpa Kelamin—Tiada Yang Bisa Mengatur Tubuhku Selain ‘aku’ Sendiri
Jenis Kelamin itu tidak bisa didefinisikan dengan sebuah CD (celana dalam) |
Malam
semakin sayup menerpa kelopak dinding-dinding rumah yang terbuat dari bambu—pelapor’o begitu masyarakat subsuku
dayak mali menyebutnya. Rembulan mulai menampakkan dirinya, menyapa lelahku
yang tak telah terbayar lunas ketika tiba di kampung halamanku. Pejalu,
demikian nama kampung yang tidak terlalu dikenal banyak telinga itu. Entah
bagaimana filosofi nama itu, aku pun tidak begitu banyak tahu. Aku pernah
mendengar cerita ayahku, kalau kampung kami dahulunya adalah tempat
persinggahan pasukan belanda. Di hulu sungai kampung ada tempat persembunyian
bernama Kemawang’k Tayan, dimana
pasukan belanda melepas penat dan beristirahat menginap.
Langganan:
Postingan (Atom)