Pendekatan struktural fungsional.
Pada tahun 1956, 3 tahun setelah David Easton meluncurkankaryanya The Political
System (1953), Gabriel A. Almond menerapkan teori sistem tersebut atassistem
politik suatu bangsa sebagai bentuk metode trial and error layaknya sebuah
teori. Namun,Almond melakukan sejumlah modifikasi atas teori Easton. Jika
Easton membangun suatu grandtheory, maka Almond membangun suatu middle-range
theory. Secara umum, teori sistem yangdibangun Almond terdiri atas 3 tahap.
Tahap 1 :
Gabriel A. Almond dalam Comparative Political Systems (1956)
Tipologi sistem politik Almond
pertama kali ia ajukan pada tahu 1956. Perhatiannya pada tigaasumsi :1.
Sistem menandai totalitas interaksi
di antara unit-unitnya serta keseimbangan di dalamsistem selalu berubah.2.
Hal penting dalam sistem politik
bukan semata-mata lembaga formal, melainkan jugastruktur informal serta peran
yang dijalankannya.3.
Budaya politik adalah kecenderungan
utama dalam sistem politik, di mana budaya inilahyang membedakan satu sistem
politik dengan sistem politik lain.
Tahap 2 :
Gabriel A. Almond dan James Coleman dalam The Politics of Developing
Areas(1960)
Dalam tahap 2 ini Almond berusaha
menghindarkan keterjebakan analisa sistempolitik dari kontitusi/lembaga politik
formal menjadi ke arah struktur serta fungsi yangdijalankan masing-masing unit
dalam sistem politik.
F
ungsi menggantikan konsep
power,sementara struktur menggantikan konsep lembaga politik formal.Dalam tahap
2 ini pula Almond menandaskan bahwa sistem politik memiliki 4 karakteristik
yangbersifat universal. Karakteristik ini dapat berlaku di negara manapun.
Keempat karakteristik tersebut adalah :1.
All political systems have political
structures [setiap sistem politik punya struktur-struktur politik]2.
The same functions are performed in
all political systems [fungsi-fungsi yang sama dapatditemui di setiap sistem
politik]3.
All political structure ... is
multi-functional. [setiap struktur politik « bersifatmultifungsi]4.
All political systems are mixed in
the cultural sense [setiap sistem politik telah bercampur dengan budaya
politik masing-masing]Setelah mengajukan keempat asumsi dasar, Almond
memodifikasi input serta output yangdimaksudkan David Easton. Rincian Almond
ini menjelaskan fungsi-fungsi input serta outputEaston yang cukup abstrak
tersebut. Bagi Almond, secara fungsional setiap sistem politik memiliki
fungsi-fungsi input serta output, yang rinciannya sebagai berikut :
F
ungsi Input terdiri atas
:Sosialisasi dan rekrutmen politik Artikulasi kepentingan Agregasi
(pengelompokan)kepentingan Komunikasi politik
F
ungsi output terdiri atas :Pembuatan
peraturan Penerapan peraturan Pengawasan peraturanSosialisasi dan rekrutmen
politik meliputi rekrutmen individu dari aneka kelas masyarakat, etnik,kelompok,
dan sejenisnya untuk masuk ke dalam partai politik, birokrasi, dan
sebagainya.Artikulasi kepentingan merupakan ekspresi kepentingan politik dan
tuntutan untuk melakukantindakan. Pengelompokan kepentingan merupakan penyatuan
tuntutan dan dukungan darimasyarakat yang diartikulasikan oleh partai politik,
kelompok kepentingan, dan entitas politik lainnya. Komunikasi politik
melayani proses komunikasi di antara seluruh entitas politik yangberkepentingan
oleh sebab baik sosialisasi dan rekrutmen politik, artikulasi kepentingan,
danagregasi kepentingan semua disuarakan melalui proses komunikasi politik.
Di level fungsi output, proses yang
berlangsung adalah dalam konteks pemisahan kekuasaan triaspolitika menurut
Montesquieu. Pembuatan peraturan dilakukan oleh lembaga
legislatif,pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga eksekutif, sementara
pengawasan dilakukan olehlembaga yudikatif.Penjelasan mengenai entitas politik
yang melakukan seluruh proses di fungsi input adalahsebagai berikut :Menurut
Ronald H. Chilcote,pandangan Almond mengenai sistem politik bercorak dualistik.
Artinya, Almond selalumenganggap ada dua bentuk yang bertolak belakang dari
sebuah sistem politik misalnyatradisional vs. modern, agraris vs. industri,
maju dan terbelakang, dan sejenisnya. Almondmenganggap bahwa sistem politik
yang belum berkembang ditandai oleh gaya pembagian kerjayang bercorak
tradisional, bersifat partikularistik, afektif, dan turun-temurun, sementara
sistempolitik yang sudah maju ditandai oleh spesifikasi kerja yang rasional,
universalis, netral afektif,dan bersifat prestasi atau pencapaian
(achievement).Setelah merevisi teori sistem politik dari David Easton, Almond
meringkas pola pikir sistempolitiknya ke dalam skema berikut :Melalui skema di
atas, Almond membagi ada 3 level dalam sistem politik. Level pertama
terdiriatas 6 fungsi konversi yaitu : artikulasi kepentingan, agregasi
kepentingan, komunikasi politik,pembuatan peraturan, pelaksanaan peraturan, dan
pengawasan peraturan.
F
ungsi-fungsi iniberhubugnan dengan
tuntutan dan dukungan pada input serta keputusan dan tingdakan padaoutput.Level
kedua dari aktivitas sistem politik teletak pada fungsi-fungsi kemampuan, yaitu
regulasi,ekstraksi, distribusi, simbolik, dan respon. Almond menyebutkan bahwa
di negara-negara
http://www.scribd.com, diunduh tgl 24 mei 2012, jam 16:24
demokratis, output dari
kemampuan regulasi, ekstaksi, dan distribusi lebih dipengaruhi olehtuntutan
dari kelompokk-kelompok sehingga masyarakat demokratis memiliki
kemampuanresponsif yang lebih tinggi. Sementara itu pada sistem totaliter,
output kurang responsif padatuntuan, perilaku regulatif bercorak paksaan,
seraya lebih mengekstraksi secara maksimalsumber daya dari masyarakatnya.
Sementara itu, yang dimaksud Almond dengan kemampuansimbolik adalah kemampuan
suatu sistem politik untuk menonjolkan diri di lingkunganinternasional.Level
ketiga ditempati oleh fungsi maintenance (pemeliharaan) dan adaptasi. Kedua
fungsi iniditempati oleh sosialisasi dan rekrutmen politik. Teori sistem
politik Gabriel A. Almond inikiranya lebih memperjelas maksud dari David Easton
dalam menjelaskan kinerja suatu sistempolitik. Melalui Gabriel A. Almond,
pendekatan struktural fungsional mulai mendapat tempat didalam analisis kehidupan
politik suatu negara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar