BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Penelitian
Dinamika
kehidupan remaja di Pontianak bergeser menjadi suatu kebebasan seiring dengan
berkembangnya zaman. Pola asuh keluarga bukan lagi menjadi prioritas bagi orang
tua. Kecenderungan keluar malam sudah menjadi sesuatu yang tak tabu lagi bagi
kehidupan remaja di kota pontianak. Sebagian di antara mereka adalah kaum gay.
Oleh sebab itu, skripsi dengan judul “Komunikasi Verbal Gay di Kalangan Pelajar
di Kota Pontianak” ini akan melihat dan meneliti bagaimana pola bahasa gaul
yang selalu eksis di kalangan gay yang berstatus sebagai pelajar di kota
Pontianak, baik di dunia maya seperti social networking maupun di dunia nyata.
Kaum
gay merupakan kaum minoritas di tengah-tengah masyarakat heteroseksual. Keberadaan kaum homoseksual
khususnya kaum gay masih belum dapat diterima di tengah-tengah masyarakat
karena masyarakat masih menganggap homoseksual merupakan suatu penyakit yang
harus disembuhkan sehingga banyak kaum gay yang menutup diri di tengah
masyarakat karena takut dikucilkan dari pergaulan masyarakat.
Penyebab
mengapa seseorang bisa menjadi homoseks sampai sekarang masih diperdebatkan,
belum ada studi yang dapat membuktikan secara pasti penyebab mengapa seseorang
menjadi homoseks. (Greene & Croom, 2000. dalam http://www.berbagaihal.com/) Faktor
biologis seperti misalnya genetik, gangguan prenatal, ataupun kelenjar endokrin
dan juga faktor psikologis seperti misalnya pola asuh, lingkungan budaya
ataupun peran gender tidak memiliki bukti yang konsisten dan kuat untuk
menentukan secara pasti penyebab homoseksualitas.
Adapun
salah satu masalah sosial yang perlu diperhatikan dalam kehidupan bermasyarakat
pada hampir sebagian besar Negara di dunia adalah masalah Gay (Sardjono, 2007:
6). Masalah Gay di Indonesia merupakan fenomena yang menyiratkan suatu keadaan
yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, yaitu norma
susila, norma kesopanan, norma hukum dan norma agama. Masalah sosial merupakan
persoalan, karena menyangkut tata kelakuan amoral, berlawanan dengan hukum
serta bersifat merusak. Sebab itu masalah sosial tidak akan mungkin ditelaah
tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang di anggap
baik dan apa yang di anggap buruk (soekanto, 1990:98).
Mereka
yang menjadi Gay bukan hanya dari kalangan remaja saja, bahkan yang sudah
dewasa dan mempunyai anak dan istri. Perilaku ini di picu karena mereka merasa
nyaman memiliki hubungan sesama jenis.
Mereka
yang gay gay sangat bisa menutup diri dari orang luar yang bukan kelompok mereka dalam berinteraksi. Sikap dan
perilaku nya sama seperti lelaki normal pada umumnya.
Berdasarkan penelusuran
kepustakaan dan internet, terdapat penelitian oleh Sigit Irawan (2008) dan
Ratna Sufiatin (2005), dalam hal ini mereka menggunakan pendekatan deskriptif.
1.2
Perumusan
Dan Identifikasi Masalah
1.2.1
Perumusan
Masalah
Berdasar
kan paparan latar belakang, maka di dapat perumusan masalah berikut:
Bagaimana
pola komunikasi verbal Gay di kalangan remaja ketika mangkal di Hyundai jalan gajah
mada kota Pontianak?
1.2.2
Identifikasi
Masalah
Dari perumusan masalah diatas maka di
identifikasi masalah penelitian berikut:
1.2.2.1 Bagaimana
proses pelajar menjadi Gay?
1.2.2.2 Bagaimana
eksistensi Gay pelajar di kota Pontianak?
1.2.2.3 Bagaimana
pola komunikasi verbal Gay pelajar ketika mangkal?
1.2.2.4 Bagaimana
pengalaman Gay pelajar dalam pergaulan di lingkungan sosial nya?
1.3
Maksud
Dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud
Penelitian
Adapun penelitian ini bermaksud ingin
mengetahui dan memahami berikut:
1.3.1.1 Proses
pelajar menjadi Gay
1.3.1.2 Eksistensi
gay pelajar di kota pontianak
1.3.1.3 Pola
komunikasi verbal Gay pelajar ketika mangkal
1.3.1.4 Pengalaman
gay pelajar dalam pergaulan di lingkungan sosial nya
1.3.2
Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman utuh atas fenomena tentang pola
komunikasi gay di kalangan pelajar di kota Pontianak berikut:
1.3.2.1 Proses
pelajar menjadi Gay
1.3.2.2 Eksistensi
Gay pelajar di kota pontianak
1.3.2.3 Pola
komunikasi verbal Gay pelajar ketika mangkal
1.3.2.4 Pengalaman
Gay pelajar dalam pergaulan di lingkungan sosial nya
1.4
Kegunaan
Penelitian
1.4.1
Kegunaan
Teoritik
Peneliti berharap penelitian ini memberikan sumbangan
pada ilmu sosiologi dan berharap peneliti berikutnya meneliti dengan tema yang
sama, namun dengan perspektif yang berbeda seperti paradigma fakta sosial dan paradigma
perilaku sosial dengan teori-teori yang serumpun dalam paradigma tersebut.
1.4.2
Kegunaan
Praktis
Adapun penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi mahasiswa maupun dosen yang meneliti dengan tema yang sama atau
sejenis. Dapat menjadi bahan telaah bagi pemerhati sosial. Dan dapat menjadi
pembelajaran umum bagi masyarakat luas khususnya di kota Pontianak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA,
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS KERJA
2.1
Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kerangka
acuan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek, baik secara teoritis
maupun empiris yang menumbuhkan gagasan dan mendasari usulan penelitian.
2.1.1
Kajian Konsep
2.1.1.1
Konsep Gay
Kata Gay sekarang ini merupakan istilah yang biasa digunakan untuk merujuk
kepada lelaki penyuka sesama jenis. Namun ternyata pada awalnya, kata Gay ini
ternyata sama sekali tidak memiliki konotasi seksual apa pun. Kata "Gay"
muncul di sekitar abad ke-12 di Inggris, kata ini diperkirakan berasal dari
kata dalam bahasa Prancis "Gai". Arti asli kata tersebut adalah sesuatu
yang memberi efek "menyenangkan", "santai", "penuh
kegembiraan", atau "terang dan mencolok".
Pada sekitar awal abad ke-17, kata ini mulai dikaitkan dengan tindakan
tidak bermoral. Pada pertengahan abad 17, menurut definisi kamus Oxford pada
waktu itu, arti kata ini telah berubah menjadi "kecanduan pada kesenangan
pemborosan" atau juga bisa berarti "hidup tanpa beban dan tidak
bermoral". Selanjutnya pada abad ke-19, kata "Gay" digunakan
untuk menyebut seorang wanita pelacur, dan kata "Gay Man" digunakan
untuk menyebut seorang laki-laki yang tidur dengan banyak wanita dan pelacur.
Selain itu, pada waktu itu dikenal juga istilah "Gay it" yang
dimaksudkan untuk melakukan hubungan seks. Walaupun muncul definisi baru ini,
tetapi makna asli dari kata ini yang berarti "menyenangkan",
"santai", "penuh kegembiraan", atau "terang dan
mencolok" masih tetap digunakan. Oleh karena itu, pada saat ini kata
tersebut tidak secara eksklusif digunakan untuk merujuk kepada seorang wanita
pelacur atau seorang lelaki hidung belang. Pada sekitar tahun 1920-an dan
1930-an, kata ini mulai memiliki makna baru. Kata "Gay Man" yang
tadinya berarti seorang laki-laki yang tidur dengan banyak wanita, mulai
berubah untuk merujuk kepada seorang laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki
lain. Selain itu muncul juga istilah lain yaitu "gay cat" yang
berarti pria homoseksual. Pada tahun 1955, kata gay secara resmi memiliki
definisi tambahan yang bermakna laki-laki homoseksual. Orang yang mendorong
untuk menambahkan definisi baru kata gay ini sendiri adalah seorang
homoseksual. Karena ia merasa bahwa kata "homoseksual" adalah suatu
istilah yang terdengar terlalu medis dan sehingga orang sering menganggap
homoseksual sebagai gangguan atau kelainan jiwa.
2.1.1.2
Konsep Fenomenologi
Tugas fenomenologi adalah
menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari dan dari
kegiatan di mana pengalaman dan pengetahuan berakar (Craib, 1986:126).
Fenomenologi merupakan bentuk
idealisme yang tertarik pada struktur-struktur dan cara bekerjanya kesadaran
manusia yang secara implisit meyakini bahwa dunia yang kita diami diciptakan
atas dasar kesadaran (Craib, 1986:127).
Fenomenologi sosial Schutz dimaksudkan untuk
merumuskan ilmu sosial yang mampu ‘menafsirkan dan menjelaskan tindakan dan
pemikiran manusia’ dengan cara menggambarkan struktur- struktur dasar realita yang tampak ‘nyata’ dimata setiap
orang yang berpegang teguh pada ‘sikap alamiah’. (Schutz dan Luckmann, 1974)
2.1.1.4
Konsep Komunikasi
Adapun Komunikasi
sebagai proses memiliki bentuk:
a. Komunikasi Langsung
Komunikasi
langsung tanpa menggunakan alat komunikasi
berbentuk kata-kata,gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat,
misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita.
b. Komunikasi Tidak Langsung
Biasanya menggunakan alat dan mekanisme
untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk
menghadapi hambatan geografis waktu misalnya menggunakan radio, membaca buku,
dll.
c. Komunikasi
Massa
Komunikasi massa yaitu komunikasi
dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal. Komunikasi
masa yang baik harus :Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak
bertele-tele bahasa yang mudah dimengerti/dipahami.
d.Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang
yang umumnya dapat dihitung ataupun dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan berlangsung
secara timbal balik.
2.1.2
Kajian Penelitian Terdahulu
Menurut Sigit
Irawan dalam tesis nya yang Berjudul “Fenomena Homoseksual (Gay) Ditinjau Dari
Proses Komunikasi Dan Eksistensinya Di Bandung”, menunjukan bahwa proses komunikasi
gay terjadi dengan menggunakan bahasa â€Âœgayâ€Â yang hanya diketahui oleh
kaum gay itu sendiri. Penggunaan teknologi komunikasi sangat membantu gay dalam
berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesamanya untuk menjaga eksistensinya.
Media massa seperti internet, film, novel, dan buletin ada yang dibuat khusus
untuk gay. Dalam penelitian nya Sigit menggunakan pendekatan deskriptif.
Lebih
lanjut Ratna Sufiatin
dalam tesis nya yang berjudul “Pola
Komunikasi dan Interaksi Kaum Gay dalam Masyarakat (Studi Kasus di
Yogyakarta)”, bahwa kaum gay terbagi menjadi dua golongan yaitu
golongan terbuka dan golongan tertutup. Kaum gay terbuka lebih mudah
berkomunikasi dan berinteraksi dilingkungan masyarakat dibanding kaum gay
tertutup. Saat berkomunikasi dan berinteraksi kaum gay kota Yogyakarta belum
bisa secara langsung berterus terang. Pro kontra membuat kaum gay sulit
berkomunikasi dan berinteraksi di lingkungan masyarakat. Hal ini membuat kaum
gay tidak menjadi dirinya sendiri. Saat berkomunikasi dengan masyarakat heteroseksual,
mereka akan menjaga sikap dan menjalankan norma-norma yang ada serta mengikuti
aturan-aturan yang ada di masyarakat.
Terdapat penelitian dengan judul Fenomena Komunitas Homoseksual (Studi
Fenomenologis Komunikasi Verbal dan Nonverbal di kalangan Gay terselubung di
Kota Medan), tahun 2008, dengan
hasil ditemukan bahwa komunikasi verbal dan
nonverbal yang digunakan para gay terselubung di kota Medan cukup bervariasi
dan pengalaman penggunaan simbol-simbol tersebut berbeda satu sama lain. Juga
sebuah kenyataan bahwa Indonesia khususnya Medan masih sebuah tempat di mana
komunitas gay belum dapat menunjukkan eksistensi dirinya sebebas mungkin dikarenakan
ikatan norma yang berlaku. Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana mahirnya
para gay terselubung menyembunyikan identitas ke-gay-an mereka dan berlaku
layaknya para pria heteroseksual.
2.2
Kerangka Pemikiran
Adapun untuk menganalisis fenomena tentang pola
komunikasi gay di kalangan pelajar di kota Pontianak,peneliti menggunakan
Tradisi Kritis dalam konteks bahasa. Dalam kajian komunikasi, para ahli kritik
umumnya tertarik dengan bagaimana pesan memperkuat penekanan dalam masyarakat.
Teori kritis menunjukkan kepada kita bagaimana menggunakan bahasa dalam
percakapan yang menciptakan pembagian sosial dan memegang teguh pandangan
kesetaraan yang membentuk komunikasi dalam member Gay yang wewenang kepada
semua kelompok.
Untuk menganalisis lebih mendalam peneliti menggunakan
teori perspektif bahasa dalam kebudayaan dari Fern Johnson. Johnson mengusulkan
enam asumsi atau aksioma dari perspektif bahasa terpusat: (1) semua komunikasi
terjadi dalam kerangka kerja budaya, (2) semua individu diam-diam mengolah pengetahuan
kebudayaan yang mereka gunakan untuk berkomunikasi, (3) dalam masyarakat
multikultur, ada ideologi linguistik yang dominan yang menggantikan atau
mengesampingkan kelompok budaya lain, (4) anggota kelompok yang terpinggirkan
mengolah pengetahuan tentang kedua budaya mereka dan budaya dominan, (5)
pengetahuan kebudayaan baik yang terpelihara dan lewat begitu saja dan secara
konstan berubah, dan (6) ketika semua budaya pendamping, saling memengaruhi dan
mempergunakan satu sama lain.
Teori ini dirancang untuk mempertimbangkan sebuah
pemahaman terhadap fitur-fitur linguistik dan pola budaya dari kelompok budaya
Gay sama halnya dengan bagaimana wacana dari kelompok Gay muncul, berkembang,
dan berperan melawan ideology linguistik dominan di Pontianak.
2.3
Hipotesis Kerja
Berdasarkan perumusan dan identifikasi masalah di
atas, maka di peroleh jawaban sementara atas pertanyaan penelitian berikut:
2.3.1
Pelajar yang menjadi Gay memiliki cerita yang berbeda-beda selama proses
menjadi Gay.
2.3.2
Gay pelajar memiliki komunitas yang eksis.
2.3.3
Gay pelajar memiliki pola komunikasi verbal yang hanya di ketahui sesama Gay
ketika mangkal.
2.3.4
Gay pelajar memiliki berbagai pengalaman dalam pergaulan di lingkungan sosial
nya.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Subyek Penelitian
Adapun yang menjadi subyek penelitian
ini adalah beberapa Gay dari kalangan pelajar di kota Pontianak.
3.2 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Pola komunikasi
gay di kalangan pelajar yang mangkal di Hyundai jalan gajah mada, kota
Pontianak.
3.3 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang di
gunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan prosedur analisis statistic atau cara kuantifikasi lainnya.
Adapun menurut David Williams
(1995), penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah
dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang
tertarik secara alamiah.
Sementara menurut Jane Richie,
penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan
perspektifnya di dalam dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan
tentang manusia yang diteliti.
(Denzin dan Iincoln 1987)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
3.4 Desain Penelitian
Adapun penelitian ini menggunakan desain
fenomenologi. Pendekatan penelitian praktik interpretif memiliki sederet asumsi
subjektiktivis tentang hak ikat pengalaman nyata dan tatanan sosial. Pendekatan
tersebut mengingatkan kita pada upaya Alfred Schutz dalam membangun
fenomenologi sosial yang mengaitkan sosiologi dengan fenomenologi filosofisnya
Edmund Husserl (1970). Yang utama dalam pemikiran Husserl adalah bahwa ilmu
peretahuan selalu berpijak pada ‘yang eksperiensial’ (yang bersifat pengalaman).
Baginya, hubungan antara persepsi dengan objek - objeknya tidaklah pasif.
Husserl berpendapat bahwa kesadaran manusia secara aktif mengandung objek -
objek pengalaman. Prinsip ini kemudian menjadi pijakan bagi setiap penelitian
kualitatif tentang praktik dan perilaku yang membentuk realitas. Hanya saja,
prinsip tersebut dibelokkan ke berbagai arah yang berbeda.
Peneliti harus
berkonsentrasi pada bagaimana setiap anggota (members) Gay dalam dunia kehidupan mereka memproduksi (secara
interpretif) bentuk - bentuk (yang dapat dikenali dan difahami) yang mereka
anggap nyata. Schultz menyatakan bahwa setiap individu (Gay) berinteraksi
dengan dunia dengan ‘bekal pengetahuan’ yang terdiri atas konstruk - konstruk
dan kategori -kategori ‘umum’ yang pada dasarnay bersifat sosial. Citra, teori,
gagasan, nilai, dan sikap tersebut diterapkan pada berbagai aspek pengalaman
sehingga menjadikannya bermakna. Bekal pengetahuan adalah satu - satunya sumber
yang memungkinkan setiap individu (Gay) untuk menginterpretasi pengalaman,
memahami maksud dan motivasi individu (Gay) memperoleh pemahaman
intersubjektof, dan pada akhirnya, mengupayakan tindakan.
3.5 Metode Rekrutmen
Informan
Adapun
syarat-syarat untuk menjadi informan dalam penelitian ini adalah berikut:
3.5.1
Remaja gay yang berumur dari 14-18 tahun
3.5.2
Kalangan siswa gay yang sudah pernah mangkal di Hyundai jalan gajah mada
Pontianak.
3.6 Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara secara mendalam (indept interview) dan observasi
partisipatif.
Wawancara secara mendalam
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang persoalan yang diteliti
melalui wawancara yang intensif serta berulang-ulang (Yunanto dkk; 2003).
Wawancara mendalam disebut juga
dengan wawancara tidak berstruktur (unstructured interview) dengan pertanyaan
terbuka, dimana informasi atau keterangan yang diperoleh dari informan dalam
bentuk lisan yang mirip dengan percakapan sehari-hari, dan agar informan tidak
merasa dirinya sedang dijadikan subjek dalam penelitian.
Dalam pelaksanaan pengamatan terlibat
atau observasi partisipatif, peneliti harus memupuk terlebih dahulu hubungan
baik dan mendalam dengan informan. Ada rasa saling mempercayai antara peneliti
dengan informan. Pada pengamatan terlibat terjadi interaksi antara peneliti
dengan informan. Parsudi suparlan (1983:43-45) menyarankan delapan hal yang
harus diperhatikan peneliti saat melakukan pengamatan, diantaranya: (1) ruang
dan waktu, (2) pelaku, (3) kegiatan, (4) benda-benda atau alat-alat, (5) waktu,
(6) peristiwa, (7) tujuan, dan (8) perasaan. Kedelapan hal tersebut saling
berkaitan sehingga perhatian peneliti harus total pada apa yang sedang di
amati. Pengamatan terlibat kemungkinan tidak hanya dilakukan sekali atau dua
kali dalam waktu satu jam atau dua jam, melainkan dilakukan secara intensif
dalam waktu yang tidak terbatas, bias dua bulan, enam bulan, bahkan sampai
bertahun-tahun.
3.7 Metode Analisis Dan
Pemeriksaan Keabsahan Data
3.7.1 Metode
Analisis Data
Data
adalah
informasi tentang sesuatu. Data yang dikumpulkan berapapun banyaknya, bukanlah merupakan tujuan dari penelitian. Akan tetapi data dapat merupakan sarana untuk memudahkan penafsiran dan memahami maknanya. Jadi pengambilan
(pengumpulan) data merupakan langkah yang penting dalam penelitian agar
memudahkan untuk penafsiran.
Analisis data dilakukan mulai sejak awal sampai dengan
sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu:
3.7.1.1
Reduksi Data
Data mentah yang diperoleh di lapangan di sederhanakan
melalui: penajaman, pengolongan, peringkasan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisir data ke dalam tema dan konsep.
3.7.1.2 Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data
yang ada secara utuh, rinci, dan intergratif yang digunakan sebagai pijakan
untuk menetukan langkah berikutnya, untuk menarik kesimpulan peneliti harus
melakukan penelusuran kembali, penyajian data secara naratif juga mencakup
interpretasi data dan tetap berpedoman pada fokus penelitian agar penyajian
tidak menyimpang dari arah penelitian.
3.7.1.2
Menarik Kesimpulan
Atau Verifikasi
Penarikan
kesimpulan dilakukan secara tentatif yang diverifikasi melalui peninjauan ulang
terhadap data yang diperoleh dilapangan, penarikan kesimpulan secara tentatif
itu sendiri dimaksudkan agar peneliti bertindak netral dan objektif atas data
penelitian
3.7.2 Metode
Pemeriksaan Keabsahan Data
Adapun penelitian dengan mengunakan metode
triangulasi, peneliti dapat menekankan pada metode kualitaitif, metode
kuantitaif atau dapat juga dengan menekankan pada kedua metode. Apabila
peneliti menekankan pada metode kualitatif, maka metode kuantitatif dapat digunakan
sebagai fasilitator dalam membantu melancarkan kegiatan peneliatian, dan
sebaliknya jika menekankan metode kuantitatif. Namun. apabila peneliti memberi
tekanan yang sama terhadap kedua metode penelitian (kuantitatif-kualitatif) ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dilakukan yakni : yang pertama
memahami masing-masing metode dan pentingnya metode teersebut dalam suatu
penelitian yang akan dilakukan; kedua, memahami permasalahan dan tujuan
penelitian yang akan dilakukan sehingga penggunaan metode kualitatif dan metode
kuantitatif ini disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian yang
ingin dicapai; ketiga, kedua metode yang digunakan juga dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan prioritas kepentingan, dimana kedua metode dapat digunakan
dalam desain secara bersama-sama namun pada laporan penelitian hanya
diperhitungkan salah satunya saja; dan yang ketiga, kedua metode juga digunakan
berdasarkan pertimbangan keterampilan peneliti, yang terlibat dalam satu
kegiatan penelitian secaara simultan apabila ada hubungan dengan masalah dan
tujuan penelitian. Pada penelitian tentang “KOMUNIKASI VERBAL GAY DI KALANGAN PELAJAR DI KOTA PONTIANAK” ini
peneliti lebih menekankan pada metode penelitian kualitatif.
Triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan keabsahan data memanfatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun
tehnik triangulasi yang banyak digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data
adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam buku Lexy.J. Moleong, Metode
Penelitian Kualitatif, Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajad
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif. Dalam triangulasi dengan sumber yang terpenting adalah
mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedan tersebut.
3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini di mulai
ketika peneliti menerima SK (Surat Keterangan) dari ketua Jurusan Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjung Pura, Pontianak.
Kemudian peneliti langsung terjun lapangan untuk mencari data-data yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3.9 Lokasi Dan Jadwal Penelitian
3.9.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di fokuskan
di Hyundai di jalan gajah mada kecamatan Pontianak selatan. Peneliti memilih
lokasi ini karena di sana adalah pusat di mana komunitas Gay di Pontianak
saling berinteraksi secara terbuka.
3.9.2 Jadwal Penelitian
No.
|
Kegiatan
|
Pertengahan 2012
|
|||
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
||
1
|
Konsultasi
judul
|
|
|
|
|
2
|
Konsultasi
proposal
|
|
|
|
|
3
|
ACC
proposal
|
|
|
|
|
4
|
Seminar
|
|
|
|
|
5
|
Penelitian
|
|
|
|
|
Sumber: Peneliti (Mei 2012)
lampiran 1
PedomanWawancara
1.
Bagaimana proses
pelajar menjadi Gay?
1.1 Apakah mereka menjadi Gay
karena pola asuh dalam keluarga?
1.2 Apakah mereka menjadi Gay karena
ada kelainan jiwa?
1.3
Apakah mereka menjadi Gay
karena menganggap bahwa itu adalah pilihan hidup?
2.
Bagaimana eksistensi Gay pelajar di kota Pontianak?
2.1 Apakah Gay di Pontianak
memiliki komunitas?
2.2 Bagaimana cara mereka bias saling
mengenal sesama Gay?
2.3
Apakah mereka punya tempat
mangkal khusus untuk Gay?
3.
Bagaimana pola komunikasi verbal Gay pelajar ketika mangkal?
3.1 Apakah mereka menggunakan bahasa
symbol dalam berinteraksi sesama Gay?
3.2 Apakah mereka menggunakan bahasa
gaul Gay ketika mangkal?
4.
Bagaimana pengalaman Gay pelajar dalam pergaulan di lingkungan sosial nya?
4.1 Apakah kaum Gay mempunyai pengalaman
dalam berpacaran sesama Gay?
4.2 Apa saja yang mereka lakukan untuk
menyembunyikan identitas mereka sebagai Gay?
4.3 Apakah ada perbedaan cara ketika
mereka berinteraksi dengan sesama Gay dan berinteraksi dengan orang yang bukan Gay?
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan.
2001. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Lincoln,
Yvonna S. & Denzin, Norman K. 2009. Handbook
of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Littlejohn,
Stephen W. & A. Foss Karen. 2009. Teori
komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Moleong, Lexy J.
2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ritzer, George.
1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali.
Sardjono,
Paulus. 2007. Kehidupan Wanita Malam
Penjaja Seks Komersial. Proposal Penelitian Tesis. Pontianak: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
Sukidin,
Basrowi. 2002. Metode Penelitian
Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia.
http://www.scribd.com/doc/13405293/Metode-Analisis-Data di
akses data pada tanggal 7 juni 2012, pukul 04.28 pm
http://rottee.wordpress.com/2008/08/01/fenomena-komunitas-homoseksual-studi-fenomenologis-komunikasi-verbal-dan-nonverbal-di-kalangan-gay-terselubung-di-kota-medan/ di
akses data pada tanggal 5 juni 2012 pukul 04.47 pm
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/BK-Psikologi/article/view/17204
tgl 5 juni 2012, pukul 04.53 pm
http://www.berbagaihal.com/2011/10/kenapa-homoseksual-disebut-gay.html di akses
data 6 juni 2012, pukul 10.37 am
http://www.scribd.com/doc/17403518/pengertian-komunikasi di
akses tanggal 7 juni 2012, pukul 11.38 am
http://ekosanjayatamba.wordpress.com/2010/03/08/metode-penelitian-triangulasi/ di
akses data pada tanggal 7 juni 2012, pukul 04.40 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar