Jumat, 15 Januari 2016

Kesongkor Ka’k Baba’k Pintu’

*Nico Ajah
#SerialKisahCintaAnakDayakMali.
Foto: via http://www.fotografindo.com/gallery/351

Ari ujan’t abek, amei ngen, pas ken urek teng’k dio ko. Ko panai ayek? Ken urek da sap amei, kunak nadama ko nghina, kunak nadama ko misoh. Ken pun ojo yak bebuat ani-ani agik, ken hak mang na aja belaba. Suwai ngak nadama ko ayek setuju ngan adep. Ko nana cantek, bala nadama ko na belaba, udah bala pengaya rata. Nge, ken’t ha’k ani meh, jik tekek dudung’k nge, ayek berati ani-ani, udip ken ngak masih numpangk ngan nadama ken’t.

Niat ate yak nyacah ko, kerena ken’t da sangat bener kaseh kak ko, sangat bener sayangk kak ko. Jengen ngak meh ko, ken’t pun panai rati ko sayangk ngak kak ken’t. Da memang tegel adep bekenal, da memang tegel adep bepegei, biasawa sengak aja njumpa dingan duwe’k, pesti adep nyae.

Senin, 11 Januari 2016

Yuk! Mampir di Batang Tarang

Oleh: Nikodemus Niko

Jika sahabat memiliki kesempatan untuk berkunjung ke pulau Kalimantan, apa yang pertama akan sahabat jelajahi? Tidak ada salahnya jika mencoba mengunjungi Suku asli pulau Kalimantan; Dayak. Dayak sendiri memiliki banyak sub-suku dengan bahasa dan kebudayaan yang berbeda-beda, justru disinilah letak keunikannya. Kekayaan budaya dan tradisi adat terdapat pada masing-masing sub-suku Dayak di Kalimantan. Salah satunya Dayak Mali di Batang Tarang, Kalimantan Barat.

Batang Tarang adalah sebuah ibu kota kecil Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Memang, penduduk setempat lebih mengenalnya dengan sebutan ‘Balai’ yang artinya tempat berkumpul. Namun, masyarakat di luar kecamatan ini mengenalnya dengan sebutan Batang Tarang, sebab banyak sebutan Balai yang digunakan di Kabupaten Sanggau, misalnya Balai Karangan dan Balai Sebut yang masih terletak di kabupaten yang sama; Sanggau, yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Masyarakat asli Batang Tarang adalah Etnis mayoritas Dayak sub-suku Dayak Mali, dengan mata pencaharian utama sebagai petani. Nah, jadi apa saja yang dapat dinikmati di daerah yang tidak padat penduduk ini?

Jumat, 01 Januari 2016

Trip Murmer ke Floating Market Lembang “Ngangkot”

*Nico Ajah

Mengawali perjalanan nge-trip kali ini, aku perginya bersama teman-teman alias nggak sorangan (sendiri). Dan kami akan melakukan perjalanan dengan naik angkot alias “ngangkot”. Rencana berangkat pagi tergusur karena menunggu satu diantara kami yang terpaksa tidak datang tepat waktu di meeting point, McDonal simpang dago, bandung, karena ada urusan dengan dosennya. Jadilah kami menunggu selama satu jam setengah. Ekspektasi berangkat jam 8 pagi menjadi jam setengah sepuluh. Aku yang kebetulan tinggal di Dago atas, hanya naik angkot sekali saja (jurusan Riung-Dago atau Stasion-BIP-Dago atau Kalapa-Dago) untuk mencapai meeting point ongkosnya Cuma Rp. 2.000. Setelah semua kumpul, dan siap untuk berpetualang, kami berjalan menuju halte di jalan babakan siliwangi. Disana sudah banyak angkot yang nge-tem untuk tujuan Caheum-Ledeng. Kami naik, dan untuk mencapai terminal Ledeng yang letaknya tidak jauh dari kampus UPI (universitas pendidikan indoensia). Sekitar satu jam di perjalanan, karena kondisi jalan begitu macet. Ongkos angkotnya Cuma Rp. 5.000 per orang.